Ini Toh Rasanya Bertemu Anak Presiden

Cornelius Bintang
+62 | 94's
Konten dari Pengguna
1 September 2017 11:01 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cornelius Bintang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gibran dan Kaesang (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gibran dan Kaesang (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Akhir pekan lalu menjadi salah satu penugasan yang (mungkin) akan saya ingat selama karier saya. Bagaimana tidak, saya mendapat tugas untuk bertemu dan mengikuti keseharian anak Presiden Joko Widodo di Solo. Sontak pikiran saya pun berlari kesana kemari. Kesempatan ini sangat langka dan saya berkewajiban untuk menghasilkan produk yang bagus. "Yasudahlah, tidak semua orang dapat kesempatan ini, harus dimaksimalkan," pikir saya kala itu.
ADVERTISEMENT
Hari itu pun tiba, Sabtu (26/8), saya yang sedang cuti untuk acara keluarga di Kutoarjo, Jawa Tengah, harus angkat kaki lebih cepat. Sore itu menyenangkan karena saya baru saja merayakan ulang tahun pernikahan ke-50 Kakek dan Nenek saya. Semoga esok juga menyenangkan, harapan saya saat itu.
Saya memilih naik kereta api Prambanan Ekspres (Prameks) dengan jam keberangkatan terakhir menuju Solo. Dengan moda transportasi ini, hanya membutuhkan waktu dua jam untuk sampai di Stasiun Solo Balapan. Tiketnya pun hanya Rp 15.000. Sekitar pukul 21.30 saya tiba di Solo dan langsung bergegas bertemu rekan saya yang sudah tiba terlebih dahulu.
Setelah meeting persiapan dengan Ananda Teresia (Redaktur Politik kumparan) dan Anissa Sadino (Asisten Redaktur Hiburan kumparan) di sebuah kafe, saya pun kembali ke hotel untuk beristirahat dan mempersiapkan alat tempur untuk esok harinya.
ADVERTISEMENT
***
Jam tangan saya sudah menunjukan pukul 06.30 WIB dan saya beserta tim sudah standby di area Car Free Day (CFD) Slamet Riyadi, Solo. Malangnya, kami berada di sisi yang salah, tempat janjian dengan Gibran dan Kaesang berada 3 km di sisi seberang. Becak pun menjadi pilihan saya dan tim untuk menuju Patung Slamet Riyadi, Gladak, Solo.
Kaesan dan Gibran di atas panggung. (Foto: ananda teresia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kaesan dan Gibran di atas panggung. (Foto: ananda teresia/kumparan)
Setibanya di tempat janjian, warga sudah mengerumuni Gibran dan Kaesang. Mereka sedang melakukan launching produk terbaru mereka. Kaesang dengan kaos Sang Javas dan Gibran dengan martabak tipker Markobarnya. Saya bergegas mengeluarkan alat perang saya (baca: kamera dan clip on). Perbelanjaan gambar pun dimulai.
Sebenarnya kami hanya janjian dengan Gibran saja, akan tetapi senyuman Kaesang saat pertama kali melihat saya dan tim merupakan sinyal positif. Senang rasanya pagi itu.
ADVERTISEMENT
“Bintang, ayo Gibran mau sekarang,” teriak Nanda kepadaku yang sedang sibuk mengabadikan momen Kaesang berjualan. Panik, ya saat itu saya panik dan tentunya deg-deg an. “Oke siap mbak!” hanya itu yang bisa saya katakan.
Terburu-buru itu yang dirasakan, segala persiapan dan rencana yang sudah disiapkan rasanya luntur seketika. Perubahan rencana yang begitu cepat dan banyak membuat saya bingung.
Oh tidak, pagi itu sungguh rumit.
Terbatasnya lokasi interview pun menjadi bumbu tambahan pagi itu. “Clip on nya sudah nyala mas?” tanya Gibran kepadaku dan kami pun memulai interview. Layaknya sebuah pertunjukan, kami ditonton puluhan warga yang mengantri untuk berfoto dengan putra sulung Presiden Jokowi ini.
Gibran Rakabuming (Foto: Ananda Teresia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gibran Rakabuming (Foto: Ananda Teresia/kumparan)
Gibran yang terkenal kalem dan pendiam, membuat Anissa bekerja keras untuk mencairkan interview. Berbagai lawakan Anissa keluarkan untuk memunculkan tawa Gibran yang sungguh langka.
ADVERTISEMENT
Berbagai informasi berhasil kami dapatkan dalam wawancara sekitar 30 menit itu. Selain dengan set di foodtruck Cekupi, Gibran pun mau diajak interview sambil berjalan santai di CFD. Selesailah tugas kami dengan Gibran.
“Mas, itu kamu cek dulu video dan audionya bagus atau tidak. Kalau kurang nanti kita ketemu lagi saja jam 3,” tutup Gibran kepada saya. “Okey siap Mas Gibran,” jawab saya sambil bersalaman dengannya. Senang rasanya ditanya seperti itu, jarang sekali ada narasumber yang melakukan hal macam ini.
Kaesang bersama kumparan (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kaesang bersama kumparan (Foto: Cornelius Bintang/kumparan)
Satu selesai tapi masih ada satu lagi! Untuk Kaesang saya langsung mengambil set berjalan di CFD. Setelah melayani beberapa warga untuk berfoto, interview pun dimulai. “Action!” tiru Kaesang menirukan aba-aba dari saya untuk Anissa memulai interview.
ADVERTISEMENT
Belum lama berjalan, musibah datang lagi. “Cut! Cut! Cut! Kameranya overheat,” teriakku panik. Kecairan interview pun harus terpotong. Bak ditelanjangi depan umum, malu rasanya saat itu. Seperti tidak mempersiapkan interview ini dengan baik. “Sial sekali hari ini,” umpat saya dalam hati.
Anissa dan Nanda pun berusaha mengulur waktu dengan mengajak ngobrol Kaesang sembari saya “memarahi” kamera yang saya bawa ini. “Punyaku tak jual mas, makanya aku gamau pake itu (karena mudah panas),” celetuk Kaesang menanggapi neraka kecil yang saya hadapi. Tetapi tak bisa dipungkiri, matahari pagi itu sangat terik, saya pun memaklumi dan paham mengapa kamera ini menyerah.
Tak ada pilihan lain, kamera handphone menjadi satu-satunya solusi yang kami miliki saat itu. Sangat terpukul tentunya, rasa jengkel tak perlu ditanyakan lagi.
ADVERTISEMENT
Sudahlah, saya ingin melewatkan bagian ini. Terlalu sedih untuk diingat-ingat.
“Sudahlah tang, kita cek dulu aja yuk,” ujar Nanda yang coba menenangkan. Memang pagi itu, muka saya terlihat seperti sedang tertimpa masalah paling berat di dunia. Bagaimana tidak? Sebagai videografer, visual merupakan hal utama yang harus saya dapatkan sementara kamera overheat sampai tidak dapat digunakan. Huft!
Soto Triwindu cukup menolong pagi itu, semangkuk soto dengan potongan babat dan paru berhasil sedikit menaikkan mood saya. “Kita extend ya, Kaesang dan Gibran nawarin interview satu frame nanti sore,” ujar Nanda sembari menikmati sotonya. “Kesempatan kedua nih, ga akan saya sia-siakan,” pikirku dalam hati sambil mengunyah paru.
Satu hal yang membuat saya kagum, Nanda merupakan seorang wartawan senior yang mempunyai banyak relasi di Istana.
ADVERTISEMENT
Sekedar informasi saja, Nanda mengobrol langsung dengan Gibran dan Kaesang menggunakan salah satu aplikasi chatting. Iya kalian tidak salah baca kok, Nanda berkomunikasi langsung dengan dua anak Presiden tanpa perantara. “Mas Kaesang minta nomor hape dong,” minta Nanda santai kepada Kaesang. Dengan santainya pun Kaesang memberikan nomornya.
Sembari menunggu jadwal bertemu selanjutnya, saya dan tim kembali ke hotel untuk melihat hasil tadi pagi. Ternyata semua hal yang ditakutkan dari interview pagi tadi, masih tertolong. Gambar-gambar yang kami dapat masih layak untuk dijadikan sebuah video. Tenang rasanya.
***
kumparan ngobrol bareng Kaesang dan Gibran (Foto: Ananda Theresia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
kumparan ngobrol bareng Kaesang dan Gibran (Foto: Ananda Theresia/kumparan)
Sore itu kami tiba terlebih dahulu di lokasi janjian. Sebuah kantor berbentuk rumah nan asri. Kali ini, saya berharap alat perang lebih bersahabat. Lokasinya pun indoor, seharusnya kamera ini bisa bertahan untuk menjalankan tugas.
ADVERTISEMENT
Bagian ini merupakan bagian yang paling penting karena target dari kantor adalah membuat mereka satu frame. Yeay, kami berhasil!
Interview ini sangat cair, kami melakukan dua segmen interview. Kaesang berhasil membuat Gibran tertawa, satu lagi titipan kantor terpenuhi. Saya pun harus menahan tawa meliha canda gurau mereka dari balik kamera, tak kuat rasanya!.
Selesai sudah akhirnya tugas bersama dengan dua anak Presiden ini.
Ini Toh Rasanya Bertemu Anak Presiden (5)
zoom-in-whitePerbesar
Kesederhanaan mereka yang membuat saya kagum selama seharian bersama mereka. Tak ada penjagaan khusus dari Paspampres saat di CFD. Mereka berbaur dengan warga Solo, menerima mereka berfoto, bahkan Kaesang pun santai saja saat ada becak yang mengklaksonnya saat interview bersama kami.
Keramahan dan bercandaan mereka semakin meyakinkan saya, bahwa mereka merupakan sosok yang rendah hati. “Loh yang penting kan bapak, kebetulan aja aku itu anaknya bapak,” jelas Kaesang.
ADVERTISEMENT
Kesempatan ini tidak mudah didapat, dengan segala kekurangan yang ada saya bersyukur dan menikmati penugasan yang penuh tantangan, tawa, dan kesederhanaan ini.
Terimakasih Mas Gibran dan Mas Kaesang untuk sehari kemarin. Terimakasih juga Korlip kumparan yang memberikan penugasan ini, dan tentunya untuk tim lapanganku yang suka banget makan, Nanda dan Anissa. Kalian luar biasa!
Ini Toh Rasanya Bertemu Anak Presiden (6)
zoom-in-whitePerbesar
Oiya, untuk melihat hasil dari liputan kemarin silahkan tonton di bawah ya. Jangan lupa like, komen, dan subscribe channel kumparan di Youtube ya.