HARDIKNAS: MEMUTAR FILM YANG MENDIDIK

Konten dari Pengguna
30 April 2018 7:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari creativity film tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
HARDIKNAS: MEMUTAR FILM YANG MENDIDIK
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Instagram pusbangfilm#Hardiknas 2018 mempublish peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2018, tema Menguatkan Pendidikan Memajukan Kebudayaan dengan mengadakan Nonton bersama masyarakat pada tanggal 2 Mei. Film yang diputar berjudul Kartini dan judul film Yowis Ben pada pukul 11.00 - 16.30 WIB di Graha Utama, Gedung A lantai 3 Kantor Kemdikbud, Senayan, Jakarta, terbuka untuk umum.
ADVERTISEMENT
Film Kartini adalah sebuah film biografi dari tokoh perjuangan emansipasi wanita Indonesia, Kartini. Film ini menjadi penampilan ketiga Kartini di layar lebar setelah biografi R.A. Kartini (film) (1984), kisah fiksi asmara Kartini Surat Cinta Untuk Kartini (2016). Film Kartini yang sekarang diperankan Dian Sastrowardoyo.
Film Kartini, mengisahkan wanita ningrat Jawa yang memperjuangkan kesetaraan hak bagi semua orang, dan hak pendidikan bagi semua orang, terutama untuk perempuan. Film Kartini perjalanan penuh emosional dari sosok Kartini yang harus melawan tradisi yang dianggap sakral bahkan menentang keluarganya sendiri.
Sedangkan film Yowis Ben drama komedi yang mengisahkan Bayu (Bayu Skak) menyukai Susan (Cut Meyriska). Namun, ia tidak percaya diri karena merasa serba pas-pasan. Demi mendapat perhatian Susan dan bersaing dengan pacarnya (Indra Wijaya), Bayu membentuk band musik bersama tiga temannya (Joshua Suherman, Tutus Thomson, Brandon Salim).
ADVERTISEMENT
Kedua film itu, menjadi bagian rangkaian peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2018, yaitu nonton bareng film Indonesia, untuk lebih mencintai dan menghargai film karya anak bangsa dengan cara nobar film Indonesia,” kata Kasubbag Layanan Informasi Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud Anandes Langguana dalam keterangannya seperti dikutip dari Detik.com.
“Sebetulnya memang banyak sih film lain yang lebih sarat nilai-nilai pendidikannya, yang mengajarkan juga bagaimana sebaiknya hubungan warga sekolah, yaitu murid, guru, dan orang tua, dengan masyarakat, ini juga ada kaitannya dengan tripusat pendidikan yang sebenarnya harus sinergis sehingga pendidikan karakter di sekolah betul-betul bisa berjalan dengan baik,” jelas Anandes lebih lanjut.
Namun untuk film judul Yowis Ben, banyak warganet akun @idacreative mengecam dan menyesalkan langkah Kemendikbud yang justru diperingatan Hardiknas malah menggelar nonton film yang sebenarnya sangat sedikit relevansinya dengan kemajuan pendidikan Indonesia di masa depan.
ADVERTISEMENT
Padahal film yang ada pendidikan karakternya, seperti film MRAS: Mimpi Ananda Raih Semesta, film drama Indonesia yang dirilis pada 4 Mei 2016. yang diadaptasi dari novel berjudul sama. Film yang bercerita Tupon, wanita tua di kaki Gunung Kidul, tanpa kenal lelah membesarkan Sekar Palupi untuk terus sekolah. Sang ibu yang buta huruf yang selalu membawa Sekar Palupi melihat alam semesta, Tupon selalu menunjukan lintang lantip (bintang yang cerdas), planet Mars. Ia selalu bilang bahwa Sekar bisa ke sana dengan ilmu pengetahuan. Sekar mampu meraih gelar master dalam bidang astronomi di Oxford Univeristy, Inggris. Ini kok film ngak berpendidikan... Gimana pendidikan maju,” kata @shellaazizah18.
Selain itu ada juga film berjudul 12 MENIT UNTUK SELAMANYA adalah film drama Indonesia walaupun diproduksi tahun 2014 masih dijadikan sarana belajar dan pembelajaran, film berdurasi 108 menit, yang diadaptasi dari skenarion ke dalam novel karya Oka Aurora, menceritakan kisah nyata kehidupan anak-anak marching band di Kota Bontang, Kalimantan Timur yang tergabung dalam Marching Band Bontang Pupuk Kaltim (MBBPKT). Mereka berjuang dengan latihan keras selama ribuan jam, latihan beneran selama setahun, untuk tampil hanya 12 menit di kejuaraan tingkat nasional.
ADVERTISEMENT
Ikatan Guru Indonesia (IGI), meminta kepada pak Menteri agar menyajikan film-film yang menghargai seorang pendidik, menghormati guru, menjaga etika dan norma yang dijunjung tinggi di lingkungan sekolah, di masyarakat dan keluarga. Bukan sekedar tontonan yang menuai jumlah penonton terbanyak, tetapi film yang juga memotivasi belajar, semacam ‘LASKAR PELANGI’.
Apalah artinya sebanyak 900.000 penonton film Yowis Ben, berdasarkan data filmindonesia.or.id atau film Dilan 1990 yang mencapai 6.3 juta penonton, dibandingkan jutaan anak-anak bangsa di negeri ini, yang bakal terpengaruh karakternya? Menanggapi hal tersebut, anggota DPR Komisi X, yang membidangi pendidikan, mempertanyakan apakah film yang mengandung unsur pendidikan dan kebudayaannya yang kayak, gitu. Tidak pantas di Hardiknas malah memutar film yang tidak mendidik” kata Ferdiansyah, seperti dikutip Detikcom. (CREATIFILM)
ADVERTISEMENT