Kita dan Air

Muflih Syamil
Mahasiswa fakultas Psikologi UIN Jakarta
Konten dari Pengguna
25 November 2022 22:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muflih Syamil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Galeri Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Galeri Pribadi
ADVERTISEMENT
Mengalir sampai jauh, Rucika
Air adalah hal yang paling penting dalam kehidupan. Dengan air maka bumi pun hidup setelah matinya. Dengan air maka semua makhluk hidup dapat berjalan dengan sehat. Dengan air berbagai jenis tumubuhan tumbuh dan tak terhitung jumlahnya. Air merupakan ciri khas dari kehidupan. Planet bumi pantas di tempati tidaklah lain karena adanya air yang cukup untuk semua makhluk.
ADVERTISEMENT
Air adalah sebuah nikmat agung yang Allah berikan kepada kita. Memiliki sifat menghidupkan bagi siapa saja yang di alirinya. Namun terkadang dapat menjadi azab yang mematikan. Ini menjadi sebuah gambaran besar bagi siapa saja yang tidak bersyukur akan nikmat-Nya. Apapun bentuk nikmat itu ketahuilah bahwa suatu saat itu bisa menjadi nikmat yang sangat menguntungkan bagi kita jika disyukuri dan bisa menjadi sangat merugikan jika kita kufuri.
Penelitiam Prof. Emoto Tentang Kristal Air
Professor Masaru Emoto yang berasal dari Hado Institut Jepang mengemukakan sebuah penelitian luar biasa mengenai sifat air. Melalui penelitiannya dengan lebih dari dua ribu contoh foto kristal air yang dikumpulkan dari berbagai penjuru dunia, Emoto menemukan bahwa molekul air dapat berubah-ubah tergantung perasaan orang-orang di sekitarnya. Dan ini mengisyaratkan bahwa perasaan kita mempunyai sebuah pengaruh besar dalam kualitas air.
ADVERTISEMENT
Kemudian Prof. Emoto mengabadikan penelitianya menjadi sebuah buku yang fenomenal pada abad 21 ini, yaitu Message From Wather. Emoto mengemukakan bahwa air yang dibacakan dengan kata-kata positif dan perasaan positif akan tercipta kristal yang indah. Begitu juga sebaliknya, jika dibackan dengan kata-kata negatif atau dengan perasaan negatif maka akan terbentuk kristal yang tidak enak di pandang mata.
Prof. Emoto melakukan percobaan untuk membentuk kristal dengan mempertemukan kristal itu dengan beberapa hal.
Yang pertama adalah dengan mempertemukan air itu dengan sebuah foto. Emoto memperlihatkan sebuah gambar kepada air. Ada yang diperlihatkan gambar lumba-lumba dan ada pula yang diperlihatkan gambar air terjun Niagara. Ketika air di kristalkan dan di ambil fotonya didapati bentuk yang indah.
ADVERTISEMENT
Yang kedua dengan musik. Kali ini Emoto mencoba untuk memperdengarkan musik kepada dua air dengan dua musik yang berbeda. Air yang pertama diperdengarkan musik yang keras dan sedih, seperti musik metal. Dan air yang kedua diperdengarkan alunan musik yang lembut dan indah. Maka didapatinya bentuk kristal yang berbeda. Air yang pertama tidak membentuk suatu kristal apapun sedangkan air yang kedua membentuk sebuah kristal
Dan yang ketiga dengan kata-kata. Kemudian Emoto mencoba lagi apa yang akan terjadi jika membisikan air dengan kata-kata, baik itu kata-kata positif atau pun negatif. Air pertama ia mulai dengan membisikan kata-kata negatif seperti “kamu bodoh”, “jahat”, dan “kamu membuatku jijik”. Dan air kedua dibisikkan dengan kata-kata positif seperti “terima kasih”, kata cinta dan bersyukur, dan kata-kata yang mendamaikan. Maka hasilnya adalah air pertama yang dibisikkan kata-kata negatif membentuk kristal yang jelek, bahkan hampir tidak berbentuk karena saking jeleknya. sedangkan air yang kedua yang dibisikkan kata-kata positif menghasilkan sebuah kristal yang indah.Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kata-kata, perasaan, gambar dapat mempengaruhi bentuk air itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Hubungan dengan tubuh manusia
Tubuh manusia dikatakan hampir 70% tersusun oleh air bukan? maka dari penelitian Emoto ada sebuah hikmah besar yang dapat kita ambil, yaitu kekuatan kata-kata. Bukan hanya kata-kata, akan tetapi semua rasa ataupun hal yang memiliki sebuah daya pengaruh terhadap alam semesta ini.
Maka tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang orang-orang itu stress, depresi, bahkan hampir bunuh diri dan itu tidaklah lain di sebabkan oleh kata-kata, rasa, ataupun tontonan yang dilihat ataupun didengar di dalam setiap sisi kehidupan. Bisa ia dapatkan di chat, bisa jadi di platform media sosial, atau dari kata-kata negatif yang didengar. Dan masalah terbesarnya itu semua terjadi secara berulang-ulang dan ditambah lagi jika perasaan orang tersebut sedang lagi kacau-kacaunya, misal galau, patah hati, dan men-judge diri sendiri dengan statemen negatif. Semua ini akan menjadi kombinasi yang sempurna untuk menghancurkan psikis seseorang. Seperti kata pepatah, sudah jatuh ketimpa tangga pula.
ADVERTISEMENT
Oh iya, ada satu hal lagi yang penting bahwa didalam air atau cairan yang ada di tubuh manusia itu mengandung sebuah DNA. DNA terletak didalam darah membawa sebuah kode genetik yang bisa jadi tidak dapat dimaksimalkan dan terpendam terlalu dalam jika kita terlalu banyak mendengar atau mengatakan kata-kata dan perasaaan negatif. Ini akan membuat seseorang itu dapat kehilangan identitas asli dirinya. Bisa jadi dia membawa sebuah gen raja, gen panglima, akan tetapi terkubur dalam-dalam karena menumpuknya hal-hal negatif di dalam dirinya.
Maka perbanyaklah kata-kata positif pada diri kita karena di dalam diri kita ada air itu sendiri. Kalau sekiranya tidak bisa maka imbangilah kata-kata negatif itu dengan kata-kata positif. Seringkali kita kurang memperhatikan hal ini, yaitu memperbanyak kata-kata positif.
ADVERTISEMENT
Kenapa kata-kata positif itu penting? Tidak lain karena kata-kata positif dapat membuat suatu dorongan dalam diri kita. Sebuah lonjakan luar biasa yang akan mempengaruhi segala pandangan kita dalam menjalani hidup di dunia ini. Kenapa orang-orang besar kebanyakan selalu menempelkan sebuah pengingat akan tujuan yang ingin dia capai? Itu karena dengan mereka melihat tujuan itu, mereka akan memulai memperbanyak kata-kata positif yang membangun dan menguatkan. Mereka membangun mindset positif dalam diri mereka dan menguatkannya dengan menanamkan sebuah statemen positif yang kuat.
Mungkin rasanya seperti terlambat untuk kita memperbanyak kata-kata positif, apalagi mengimbanginya. Akan tetapi, memang dibutuhkan perjuangan untuk menjadi lebih baik bukan?