Mengubah, Bukan Diubah

Muflih Syamil
Mahasiswa fakultas Psikologi UIN Jakarta
Konten dari Pengguna
2 Desember 2022 18:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muflih Syamil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rubahlah dirimu! Maka hidupmu akan berubah, kata orang bijak
Betul lah perkataan itu, entah siapa yang mengatakannya, kalau kamu merubah maka hidupmu akan merubah, jadi kayak Naruto gitu. Hahaha..
ADVERTISEMENT
Krik krik krik
Bentar bentar, kalian paham tidak maksudnya apa, jangan-jangan tidak paham lagi. Kalau orang yang ahli bahasa pasti langsung tau tuh.
Krik krik krik.
Oke deh oke, aku jelaskan nih. Rubah adalah hewan, beda dengan ubah. Makanya pemakaian kata yang tepat bukan lah merubah tapi mengubah, karena kalau merubah berarti kita menjadi rubah. Entar kalau jadi rubah malah diburu sama Uchiha Madara.
Apaan sih, asli gak paham
Ya sudahlah, skip aja skip, nanti tanya ke orang bahasa ya, kalau tidak baca bukunya bang Ivan yang judulnya Recehan bahasa, bagus tuh bukunya membahas tentang kaidah berbahasa tapi di kemas dengan gaya yang seru. Keren abis lah pokoknya. Kok kita malah bahas bahasa gini ya? Oke kita kembali ke topik.
ADVERTISEMENT
Nah, jadi yang namanya hidup, apalagi manusia, pasti akan mengalami perubahan, bukan me-rubah ya. Dan perubahan adalah salah satu fenomena yang sangat spektakuler. Satu manusia dengan manusia yang lainnya akan selalu saling mengubah, bukan merubah ya.
Iya iya bang, lanjut aja dah.
Oke oke.
Jadi kenapa manusia saya katakan saling merubah? Karena manusia berubah sebab dua faktor, yaitu ada faktor eksternal dan ada faktor internal. Saling mengubah ada dalam faktor eksternal, bukan hanya manusia saja tapi juga alam ikut andil dalam faktor eksternal perubahan manusia. Dan manusia mengubah diri kita melalui banyak hal, baik kita sadari atau tidak kita sadari. Kalian sering liat media sosial kan? Instagram, whatsapp, facebook, line, terus...
ADVERTISEMENT
Gas bang sebutin semuanya.
Cukup cukup, nah tanpa kita sadari banyak dari medsos itu sudah mengubah segala aspek hidup kita. Liat temen posting jalan jalan, kita juga pengen, malah pengen yang lebih bagus dari si temen. Liat iklan jualan baju bagus, di pake sama orang terkenal, padahal belum tentu punya, langsung booking biar tidak kehabisan. Terus liat postingan yang kayaknya ‘Aku banget’, langsung follow kita ikutin saran sarannya.
Gak kerasa kan ternyata media sosial itu sangat mempengaruhi hampir, nih hampir ya, setiap aspek kehidupan kita, mulai dari kebiasaan, fashion, bahkan sampai hal yang bersifat personal bisa berubah karena terpapar postingan yang selalu di scroll sepanjang hari.
Mungkin kita tidak sadar karena kita sudah merasa enak kali ya, enjoy aja sama hal begituan, sesuatu yang hanya lewat berulang-ulang.
ADVERTISEMENT
Itu kan hanya iklan bang, ngabisin kuota doang kalau diliatin.
Eits, tapi secara tidak di sadari itulah yang sangat mempengaruhi gaya bersosmed kita loh.
Lah kok bisa?
Ya bisa lah, karena secara otomatis iklan itu menjadi doktrin tersendiri. Ada iklan game misalnya, awalnya cuman di lewat-lewat aja, setelah beberapa lama terulang-ulang tanpa di sadari akhirnya kita download juga deh, bener nggak?
Ehehe... ketahuan deh.
Maka disinilah kita harus melatih kejelian kita. Kan ada tuh slogan “Mari bijak menggunankan media sosial” punya-ya polres, untuk mengingatkan kita agar bijak dalam menggunakan sosial media, agar kita sadar sepenuh jiwa tidak gampang kebawa bawa arus muara, nanti malah ketemu buaya.
Telepon genggam itu seperti sebuah pedang, kalau kita tidak bisa menggunakannya dengan benar maka kita sendiri yang akan terluka.
ADVERTISEMENT
Itu mah bukannya waktu ya bang? Kok jadi buat handphone sih?
Iya iya, tapi ke duanya mirip kan? Bisa untung bisa rugi.
Hmm.. iya juga sih.
Kalau begitu coba kita lihat. Sudah berapa banyak anak-anak yang sudah menggenggam pedang tersebut. Bukan hanya anak-anak saja, betapa banyak bayi-bayi yang ketika menangis hanya bisa di hentikan dengan handphone. Bahkan kumpul keluarga pun yang harusnya meriah malah pada menunduk dengan muka bercahayakan telepon genggam, malah pada asik sendiri jadinya, atau malah pada ngobrol memakai whatsapp. Kan jadinya lucu.
Ya begitulah setidaknya gambaran sebuah keluarga hari ini, atau lebih tepatnya kehidupan manusia saat ini. Dimana jaringan internet sudah mulai memasuki kebutuhan primer, kalau nggak ada internet rasanya ada yang kurang gitu. Apalagi di tambah dengan telepon genggam yang mudah di bawa kemana saja.
ADVERTISEMENT
Dan dari sinilah betapa mudahnya perasaan manusia di permainkan. Di buatnya hati ini gelisah. Lihat orang lagi jalan-jalan, hayuklah kita juga. Liat orang ada kesusahan, hayuk lah kita bantu. Lihat orang ada lagi makan-makan, hayuklah kita makan juga.
Maka dari sini timbullah banyak perasaan-perasaan, mulai dari hasad, dengki, sombong, dan macam-macam lagi. Maka hati manusia dibuat gundah gulana, baru memposting jalan-jalan ke jakarta, eh berdering hapenya muncul notif rivalnya pergi ke mandalika, iri lah dia dan menginginkan yang lebih untuk melampaui rivalnya itu.
Dan begitu seterusnya, sampai mereka kehilangan jati dirinya disebabkan kalah oleh hawa nafsunya yang membara, sampai sampai hanguslah dia di karenakan selalu menruti nafsunya. Mereka adalah orang-orang yang telah terluka karena tidak bisa memegang pedangnya dengan benar, bahkan ada yang tewas karenanya.
ADVERTISEMENT
Namun, berbeda dengan orang yang dengan benar menggunakan pedang itu. Mereka yang benar menggunakannya banyak membantu umat manusia. Mereka bisa menggerakan antar manusia untuk saling tolong menolong, saling memberikan empati, menggalang uang manusia untuk manusia itu sendiri, dan membantu manusia dalam pengembangan kualitas diri agar umat manusia menjadi lebih baik.
Ya seperti itulah setidaknya gambaran singkat bagaimana kotak kecil itu mempengaruhi hidup kita, kalau guru saya bilangnya kotak setan. Karena menurut beliau handphone itu lebih banyak hal merusaknya, padahal manfaatnya kan nggak kalah banyak ya.
Paling buat pengingat aja kali bang biar kita nggak ke sleding sama kotak berbahaya itu.
Ahahaha, iya juga sih, ya pokoknya hati hati lah ya. dan selalu ingat bijaklah dalam ber media sosial, hadirkanlah kesdaran, agar terhindar dari doktrin-doktrin liar yang mengubah diri kita. Jadilah agen perubahan dengan handphone yang kita miliki. Manfaatkan dan jangan sia-siakan.
ADVERTISEMENT