Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Remake dan Kontroversinya: Studi Kasus A Business Proposal Versi Indonesia
3 Februari 2025 22:42 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari DADANG BUDI SETIAWAN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam industri hiburan, konsep remake bukanlah hal baru. Banyak film dan drama yang dibuat ulang dengan berbagai tujuan, seperti menyesuaikan dengan pasar lokal atau memperkenalkan kembali cerita yang sudah populer kepada generasi baru. Namun, tidak semua remake diterima dengan baik oleh publik. Salah satu contoh terbaru yang menuai kontroversi adalah remake A Business Proposal versi Indonesia. Proyek ini menjadi sorotan bukan hanya karena popularitas versi aslinya, tetapi juga karena berbagai isu yang muncul selama proses produksi dan promosi.
ADVERTISEMENT
Mengenal Konsep Remake, Reboot, dan Adaptasi
Sebelum membahas lebih jauh mengenai polemik remake A Business Proposal, penting untuk memahami perbedaan beberapa istilah dalam industri film:
1. Remake: Pembuatan ulang suatu karya dengan mempertahankan premis utama, tetapi dengan beberapa penyesuaian, seperti perubahan latar budaya, karakter, atau elemen naratif lainnya. Tujuannya adalah untuk menghadirkan cerita yang sudah dikenal dengan sentuhan baru.
2. Reboot: Menghidupkan kembali waralaba dengan pendekatan yang benar-benar baru, biasanya dengan mengabaikan alur cerita atau karakter dari versi sebelumnya. Reboot sering kali dilakukan untuk menarik audiens baru sambil mempertahankan elemen ikonik dari karya aslinya.
3. Adaptasi: Mengubah suatu cerita dari satu medium ke medium lain, misalnya dari novel atau webtoon menjadi film atau serial TV, dengan kemungkinan adanya perubahan elemen cerita. Adaptasi sering kali melibatkan interpretasi kreatif untuk menyesuaikan cerita dengan medium baru.
ADVERTISEMENT
Dalam A Business Proposal, proyek in menurut saya termasuk remake, karena tetap mengacu pada cerita versi Korea, tetapi dengan perubahan tertentu untuk menyesuaikan dengan pasar Indonesia. Tantangannya adalah bagaimana menghadirkan cerita yang sudah populer ini dengan cara yang segar, tanpa kehilangan esensi yang membuat versi aslinya sukses.
Sukses Besar A Business Proposal 2022
Drama Korea A Business Proposal menjadi salah satu drama yang sukses di tahun 2022. Menurut Nielsen Korea, episode terakhirnya meraih rating nasional rata-rata 11,4 persen, menjadikannya drama dengan peringkat tertinggi di slot tayang Senin-Selasa. Selain itu, drama ini juga mendominasi Netflix Top 10 secara global selama tiga pekan berturut-turut dan masuk 10 besar Netflix untuk kategori Non-Bahasa Inggris di 34 negara, dengan total 32,5 juta jam penayangan dalam periode 28 Maret - 3 April 2022.
ADVERTISEMENT
Hingga 11 April 2022, data Flix Patrol menunjukkan bahwa A Business Proposal telah menduduki posisi pertama di Top TV Shows Netflix Indonesia sebanyak 27 kali, menjadikannya drama dengan pencapaian terbaik di Netflix Indonesia sepanjang tahun tersebut. Kesuksesan ini tentu menciptakan ekspektasi tinggi bagi remake versi Indonesia. Tantangan utama adalah bagaimana mempertahankan kualitas dan daya tarik versi aslinya, sembari tetap relevan bagi penonton lokal.
Kontroversi Remake A Business Proposal Indonesia
Sejak awal pengumuman proyek remake A Business Proposal, banyak penggemar yang sudah skeptis. Kekhawatiran utama adalah apakah versi Indonesia mampu menghadirkan cerita yang menarik tanpa kehilangan daya tarik utama versi aslinya. Namun, yang semakin memperburuk penerimaan publik adalah serangkaian kontroversi yang muncul selama promosi, terutama yang melibatkan pemeran utama, Abidzar Al Ghifari.
ADVERTISEMENT
Salah satu momen yang memicu kontroversi adalah pernyataan Abidzar bahwa ia tidak menonton versi aslinya. Pernyataan ini dianggap sebagai bentuk ketidakpedulian terhadap sumber materi yang ia bawakan. Selain itu, beberapa adegan dalam trailer remake dianggap kurang sesuai, sehingga menimbulkan kritik.
Remake Sebelumnya di Indonesia: Kesuksesan Vino G. Bastian
Sebelum A Business Proposal, Indonesia telah memiliki beberapa contoh remake yang sukses, terutama yang dibintangi oleh Vino G. Bastian. Menurut artikel dari Kompas dan KapanLagi, Vino G. Bastian dikenal sebagai aktor yang sering terlibat dalam proyek remake, dan hampir semua filmnya sukses besar.
Beberapa film remake yang dibintangi Vino G. Bastian antara lain:
1. "Badai Pasti Berlalu" (2007): Film ini adalah remake dari film klasik Indonesia tahun 1977 dengan judul yang sama. Film ini berhasil menarik perhatian penonton karena kisah cinta yang dramatis dan musik yang ikonik.
ADVERTISEMENT
2. "Scandal Makers" (2012): Remake dari film Korea Selatan tahun 2008, Scandal Makers menceritakan kisah seorang DJ terkenal yang tiba-tiba harus menghadapi kenyataan bahwa ia memiliki anak dan cucu.
3. "Miracle in Cell No. 7" (2022): Remake dari film Korea Selatan tahun 2013, Miracle in Cell No. 7 menceritakan kisah seorang ayah dengan keterbelakangan mental yang berusaha membuktikan kebenaran di balik tuduhan pembunuhan. Film ini berhasil menyentuh hati penonton dan mendapatkan respons positif.
4. "Kang Mak dari Pee Mak" (2023): Remake dari film Thailand tahun 2013, Pee Mak, film ini menceritakan kisah seorang suami yang kembali ke rumah setelah perang dan menemukan bahwa istrinya mungkin adalah hantu. Film ini berhasil menghadirkan campuran horor dan komedi yang menarik.
ADVERTISEMENT
5. "My Annoying Brother" (2024): Remake dari film Korea Selatan tahun 2016, My Annoying Brother menceritakan kisah dua bersaudara yang memiliki hubungan yang rumit. Film ini berhasil menghadirkan drama keluarga yang mengharukan.
Vino G. Bastian menekankan pentingnya memahami dan menghormati materi sumber ketika terlibat dalam proyek remake atau adaptasi. Dalam wawancara dengan Kompas, Vino menyatakan, "Enggak boleh hilang esensi cerita aslinya. Kita harus menghormati materi sumber dan berusaha menghadirkan sesuatu yang baru tanpa mengorbankan inti cerita."
Perspektif Ilmu Komunikasi dalam Menanggapi Kontroversi
Dalam ilmu komunikasi, cara suatu informasi disampaikan akan sangat memengaruhi bagaimana publik menerimanya. Kontroversi seputar remake A Business Proposal versi Indonesia dapat dijelaskan melalui beberapa teori komunikasi berikut:
ADVERTISEMENT
1. Teori Framing
Teori framing menjelaskan bagaimana media dan pihak tertentu membentuk sudut pandang publik terhadap suatu isu dengan cara menyusun dan menyoroti aspek tertentu dari sebuah informasi. Dalam kasus remake ini, sejak awal media dan netizen cenderung membingkai proyek ini secara negatif.
Frame negatif: Sejak awal, banyak pemberitaan yang menyoroti kekhawatiran tentang kualitas remake dibandingkan versi Korea. Selain itu, pernyataan Abidzar Al Ghifari yang mengaku tidak menonton versi aslinya juga diberi sorotan besar oleh media, membentuk opini bahwa ia kurang profesional.
Dampak framing: Karena sejak awal sudah terbentuk persepsi negatif, publik cenderung menghakimi proyek ini tanpa menunggu hasil akhirnya.
2. Teori Uses and Gratifications
Teori ini menjelaskan bahwa audiens aktif memilih media berdasarkan kebutuhan mereka, seperti hiburan, informasi, atau identitas sosial.
ADVERTISEMENT
Kebutuhan hiburan: Banyak penonton yang menikmati versi Korea karena elemen visual, akting, dan komedi romantisnya yang khas. Jika versi Indonesia gagal memenuhi ekspektasi tersebut, maka publik akan merasa kecewa.
Kebutuhan identitas sosial: Sebagian penonton menikmati drama Korea karena keunikan budaya dan estetika yang ditampilkan. Jika remake justru terasa seperti tiruan yang kurang menarik, maka penonton tidak akan merasa puas.
3. Teori Two-Step Flow
Teori ini menjelaskan bahwa opini publik sering kali dipengaruhi oleh pemimpin opini (opinion leaders), seperti influencer, kritikus, atau media besar.
Peran influencer: Sejak awal, banyak influencer yang skeptis terhadap remake ini. Ketika mereka menyampaikan opini negatif, audiens yang mengikuti mereka cenderung terpengaruh dan ikut membentuk sentimen negatif terhadap proyek ini.
ADVERTISEMENT
Dampak pada audiens: Alih-alih menunggu hasil akhir, publik sudah lebih dulu membentuk opini bahwa remake ini tidak akan sukses.
4. Teori Spiral of Silence
Teori ini menjelaskan bahwa individu cenderung diam jika merasa opini mereka berlawanan dengan opini mayoritas karena takut dikucilkan atau dihujat.
Efek dalam kontroversi ini: Jika ada penonton yang sebenarnya tertarik atau menyukai remake ini, mereka mungkin enggan mengungkapkan pendapatnya di media sosial karena mayoritas publik sudah menolaknya. Hal ini menyebabkan opini negatif semakin dominan, meskipun mungkin ada juga yang menikmati versi ini.
5. Teori Krisis Komunikasi
Teori ini membahas bagaimana organisasi atau individu menangani krisis komunikasi untuk menghindari dampak negatif yang lebih besar.
Kesalahan dalam komunikasi: aktor utama tidak memiliki strategi komunikasi yang jelas dalam menghadapi kritik. Alih-alih memberikan penjelasan yang meyakinkan, pernyataan-pernyataannya justru semakin memperburuk citra proyek ini.
ADVERTISEMENT
Seharusnya sejak awal tim produksi lebih transparan mengenai pendekatan mereka dalam remake ini dan pemeran utama dapat menanggapi kritik dengan bijak, mungkin sentimen negatif bisa dikurangi.
Kesimpulan
Remake adalah proyek yang penuh tantangan, terutama jika versi aslinya sangat populer seperti A Business Proposal. Kontroversi yang muncul dalam promosi versi Indonesia menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang buruk bisa berdampak besar terhadap penerimaan publik. Jika sejak awal tim produksi dan pemeran lebih berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan, mungkin respons publik akan lebih positif.
Sebagai pembelajaran ke depan, proyek remake seharusnya tidak hanya fokus pada perbedaan dengan versi asli, tetapi juga pada meningkatkan kualitas adaptasi agar tetap menarik bagi penonton lokal. Penting bagi aktor dan tim produksi untuk tidak mengabaikan ekspektasi penggemar, tetapi juga tidak sekadar mengikuti tren tanpa perencanaan matang. Jika tidak, remake hanya akan menjadi proyek yang menuai kontroversi, tanpa memberikan dampak positif bagi industri hiburan itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Dari contoh sukses remake sebelumnya di Indonesia, seperti yang dibintangi Vino G. Bastian, kita bisa belajar bahwa menghormati materi sumber dan menghadirkan sesuatu yang baru tanpa mengorbankan esensi cerita adalah kunci utama kesuksesan. Dengan pendekatan yang lebih matang dan strategi komunikasi yang baik, remake bisa menjadi peluang untuk menghadirkan karya yang berkualitas dan diterima dengan baik oleh penonton.
Sebagai Informasi, Film Business Proposal versi Indonesia dijadwalkan tayang di bioskop mulai 6 Februari 2025. Produser berharap film ini dapat menjadi hiburan yang menyenangkan dan menginspirasi, serta mampu memberikan kesan yang mendalam bagi penontonnya.
Sekedar saran saat menyaksikan film ini, nikmati setiap adegannya, tak perlu dicampur dengan ekspetasi dan membandingkan dengan drama Korea nya.
ADVERTISEMENT