Konten dari Pengguna

Mengapa Pantai Blibis Perlu Manajemen Risiko Demi Wisata yang Berkelanjutan?

Dafangga Raffi
Mahasiswa Manajemen Bisnis Pariwisata Universitas Indonesia
31 Maret 2025 17:33 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dafangga Raffi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pantai by mrsiraphol (freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pantai by mrsiraphol (freepik.com)
ADVERTISEMENT
Pantai Blibis di Banyuwangi mungkin belum sepopuler Pantai Boom atau Pulau Merah. Namun siapa sangka, di balik tenangnya ombak dan rindangnya pepohonan kelapa, pantai ini menyimpan potensi luar biasa sebagai destinasi wisata bahari berbasis masyarakat. Sayangnya, potensi ini belum benar-benar tergarap optimal. Masalah seperti abrasi, tumpukan sampah, hingga sengketa tanah menjadi ancaman nyata bagi kelestarian dan daya tariknya. Ketika pengunjung semakin ramai, tapi pengelolaan belum seimbang, apakah Pantai Blibis siap menjadi destinasi wisata berkelanjutan?
ADVERTISEMENT
Risiko di Balik Potensi Wisata yang Terabaikan
Pantai Blibis terletak di Dusun Patoman, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi. Meski posisinya strategis, tidak jauh dari bandara internasional dan berada satu garis pantai dengan beberapa destinasi populer, Pantai Blibis masih tertinggal dalam hal pengelolaan. Penelitian menemukan sembilan risiko utama yang mengancam keberlanjutan ekologis pantai ini, lima berasal dari faktor sumber daya alam dan empat dari faktor sumber daya manusia (Darmawan et al., 2022).
Risiko dari aspek sumber daya alam antara lain adalah abrasi pantai, penumpukan sampah dari dua muara sungai besar, penurunan hasil tangkapan ikan karena cuaca ekstrem, penanaman vegetasi pantai yang tidak tepat sasaran, serta sengketa tanah di beberapa titik strategis. Sementara dari aspek sumber daya manusia, ditemukan rendahnya kepedulian pengunjung terhadap kebersihan, lemahnya koordinasi pengelola dengan pemerintah, minimnya komunikasi antar nelayan, hingga alat kerja nelayan yang sudah tidak layak pakai.
ADVERTISEMENT
Masalah-masalah ini berdampak serius terhadap keberlanjutan pantai. Jika tidak segera ditangani, bukan hanya kelestarian lingkungan yang rusak, tetapi juga potensi ekonomi masyarakat yang bergantung pada sektor wisata dan perikanan akan terancam.
Ilustrasi pantai tercemar sampah (pexels.com)
Pendekatan Manajemen Risiko sebagai Solusi Strategis
Untuk menanggulangi masalah tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan manajemen risiko berbasis matriks risiko. Model ini terdiri dari empat tahapan utama yaitu identifikasi risiko, penilaian risiko, respon risiko, dan pengendalian risiko (Mulyawan, 2015). Metode ini sebelumnya juga digunakan dalam konteks lain seperti pengelolaan air limbah dan proyek pembangunan (Simamora & Kurniat, 2016; Sufa’atin, 2017), yang menegaskan efektivitasnya dalam berbagai bidang termasuk pariwisata.
Langkah pertama adalah identifikasi risiko melalui observasi lapangan dan wawancara dengan pengelola pantai dan tokoh masyarakat. Setelah risiko teridentifikasi, dilakukan penilaian risiko dengan mengukur dua variabel utama yaitu tingkat kemungkinan terjadinya (occurrence) dan tingkat dampak (severity). Skoring dari dua variabel ini menghasilkan nilai risiko yang kemudian dipetakan dalam risk matrix (Berg, 2010).
ADVERTISEMENT
Hasil analisis menunjukkan tiga risiko dengan tingkat ekstrem yaitu lemahnya koordinasi pemerintah dan pengelola, sampah yang menumpuk, serta rendahnya kepedulian pengunjung terhadap kebersihan. Dua risiko dikategorikan tinggi, yaitu konflik antar nelayan dan abrasi pantai. Tiga risiko lainnya dikategorikan sedang hingga rendah. Pentingnya pemetaan ini adalah agar pihak pengelola dapat memprioritaskan tindakan berdasarkan urgensi dan dampaknya.
Strategi Respon dan Pengendalian Risiko yang Diperlukan
Setelah risiko dipetakan, langkah berikutnya adalah menyusun respon dan pengendalian risiko. Pada risiko ekstrem seperti koordinasi yang buruk antara pengelola dan pemerintah, peneliti menyarankan pembentukan kerja sama strategis dengan pihak swasta serta integrasi promosi digital yang terhubung dengan kalender event Kabupaten Banyuwangi. Strategi ini tidak hanya memperkuat branding Pantai Blibis tetapi juga mendorong perhatian pemerintah untuk turut serta dalam pengelolaan.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi masalah sampah, direkomendasikan pemasangan alat penyaring di muara sungai serta mengadakan kegiatan rutin bersih pantai yang melibatkan komunitas peduli lingkungan dan mahasiswa. Di sisi lain, untuk meningkatkan kesadaran pengunjung, bisa dilakukan edukasi melalui poster, pemasangan tempat sampah terpilah, dan sosialisasi langsung oleh petugas.
Abrasi pantai yang sudah menggerus area vital di sekitar pesisir juga perlu ditangani dengan pendekatan vegetatif dan struktural. Penanaman pohon cemara, mangrove, dan bakau harus disesuaikan dengan kondisi lahan dan ditangani oleh tenaga ahli. Jika memungkinkan, pemerintah setempat juga diajak berkolaborasi dalam pembangunan pemecah ombak.
Untuk risiko sosial seperti konflik antar nelayan, penting dibentuk forum komunikasi yang rutin dan terbuka, serta dihadiri oleh pemerintah, akademisi, dan tokoh masyarakat. Forum ini dapat menjadi ruang dialog sekaligus pembinaan yang menghindari gesekan antar pelaku wisata bahari.
ADVERTISEMENT
Menuju Pantai Berbasis Masyarakat yang Berkelanjutan
Pendekatan manajemen risiko berdasarkan penelitian Darmawan et al. (2022) menunjukkan bahwa keberlanjutan tidak terlepas dari sistem pengelolaan yang terukur dan partisipatif. Pariwisata berbasis masyarakat atau community-based tourism yang ingin diwujudkan di Pantai Blibis hanya bisa berjalan jika semua pihak dilibatkan secara aktif. Penanganan risiko bukanlah tugas satu pihak saja, tetapi harus melibatkan pengelola, pemerintah, masyarakat lokal, dan wisatawan itu sendiri.
Pantai Blibis menjadi bukti bahwa tanpa sistem pengelolaan risiko yang baik, potensi wisata bisa berubah menjadi bencana ekologis. Namun dengan pendekatan ilmiah yang tepat dan kolaborasi lintas sektor, Pantai Blibis masih memiliki peluang besar untuk menjadi destinasi unggulan Banyuwangi. Tidak hanya indah, tetapi juga aman, bersih, dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka