Konten dari Pengguna

Tingkat Literasi sebagai Tolok Ukur Kualitas Bangsa

Dandung Adityo
Pengajar di IAIN Salatiga, pecinta sastra dan budaya Jawa, penggemar olah raga, mensana in corpore sano.
14 Maret 2023 17:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dandung Adityo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Buku bacaan berkualitas dapat mendorong masyarakat agar lebih dapat meningkatkan minat literasi. Foto: pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Buku bacaan berkualitas dapat mendorong masyarakat agar lebih dapat meningkatkan minat literasi. Foto: pixabay.
ADVERTISEMENT
Berbagai laporan dari lembaga kompeten, baik nasional maupun internasional, baik pemerintah maupun institusi nonpemerintah (Non Governmental Organization), menunjukkan bahwa indeks minat baca dan tingkat literasi masyarakat Indonesia masih sangat rendah dan memprihatinkan.
ADVERTISEMENT
UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) misalnya pernah merilis data yang menunjukkan bahwa indeks minat baca di Indonesia hanya 0,001. Itu artinya dari seribu orang, hanya ada satu yang memiliki minat baca. Ingat, ini hanya “minat baca”. Belum tentu ia suka membaca. Dan belum tentu juga ia suka membaca tulisan-tulisan berkualitas apalagi karya-karya akademik-ilmiah.
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) juga pernah melansir hasil survei yang menunjukkan bahwa kemampuan membaca, berhitung dan pengetahuan sains anak-anak Indonesia masih di bawah negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand, dan sejajar dengan negara-negara miskin di Afrika. Data ini berdasarkan hasil tes The Programme International Student Assessment (PISA).
Bukan hanya anak-anak saja, indeks membaca dan tingkat literasi orang dewasa, menurut OECD, juga jeblok seperti ditunjukkan dari hasil tes The Programme for International Assessment of Adult Competencies, sebuah tes kompetensi sukarela untuk orang dewasa. Bahkan dari 40 negara yang diuji, Indonesia berada di posisi paling buntut. Menurut World Economic Forum, tingkat literasi dasar yang perlu dikuasai oleh orang dewasa meliputi kemampuan baca-tulis, literasi numerasi atau berhitung, literasi finansial (keuangan), literasi sains, literasi budaya dan kewarganegaraan, serta literasi informasi teknologi dan komunikasi atau digital.
ADVERTISEMENT
Memang ada sejumlah anak Indonesia yang beberapa kali menjuarai olimpiade sains dan matematika tingkat internasional, sebuah prestasi gemilang yang perlu diapresiasi. Tetapi itu hanya sekelumit contoh dari anak-anak tangguh dan berprestasi saja, tidak merepresentasikan kondisi anak-anak Indonesia secara umum yang masih sangat tertinggal jauh di belakang dibanding dengan negara-negara lain di kawasan Asia khususnya.

Akselerasi Literasi Masyarakat

Menyadari akan rendahnya minat baca dan tingkat literasi masyarakat, termasuk anak-anak, Pemerintah Indonesia pun sudah melakukan sejumlah terobosan mendasar. Baik dalam bentuk program, kegiatan maupun kebijakan publik yang mendukung peningkatan dunia pendidikan.
Tahun 2022, Kemendikbudristek menyediakan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu disertai pelatihan dan pendampingan untuk lebih dari 20 ribu PAUD dan SD yang paling membutuhkan di Indonesia. “Ini adalah program pengiriman buku dengan jumlah buku dan jumlah penerima yang terbesar sepanjang sejarah Kemendikbudristek. Dan yang paling penting adalah bagaimana kami saat ini menyediakan pelatihan dan pendampingan untuk membantu sekolah memanfaatkan buku-buku yang diterima,” tutur Mendikbudristek.
ADVERTISEMENT
Dengan pelatihan yang diberikan, Mendikbudristek berharap guru-guru dan pustakawan sekolah bisa benar-benar memahami kegunaan dan kebermanfaatan buku yang diterima, sehingga tidak akan ada buku yang menumpuk di perpustakaan karena tidak dimanfaatkan.
Lebih lanjut disampaikan Mendikbudristek, terobosan dalam program pengiriman buku ini dirancang berdasarkan situasi di lapangan yang harus segera ditangani. Berdasarkan hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021, Indonesia saat ini sedang mengalami darurat literasi, yakni satu dari dua peserta didik jenjang SD sampai SMA belum mencapai kompetensi minimum literasi.

Strategi Kemendikbudristek

Terobosan Merdeka Belajar Episode ke-23 diluncurkan untuk melengkapi tiga terobosan Merdeka Belajar yang telah hadir sebelumnya dan berfokus pada peningkatan literasi peserta didik. Pertama, adalah program Kampus Mengajar yang menjadi bagian dari Kampus Merdeka sebagai Merdeka Belajar episode ke-2. Mahasiswa yang menjadi peserta program Kampus Mengajar dikirim ke sekolah-sekolah di daerah untuk membantu peningkatan kemampuan literasi dan numerasi peserta didik.
ADVERTISEMENT
Sejak diluncurkan pada tahun 2020, saat ini sudah ada lebih dari 90 ribu mahasiswa peserta program Kampus Mengajar yang membantu lebih dari 20 ribu sekolah. Mahasiswa dituntut untuk lebih aktif memberikan kontribusi nyata mengenai permasalahan yang terjadi dewasa ini. Sebagai agent of change, mahasiswa diharapkan mampu membuat perubahan di lingkungan sekitarnya, khususnya dalam meningkatkan literasi. Mahasiswa sebagai kaum akademis dengan intelektual yang tinggi seharusnya mampu memberikan ide-ide inovatif dan kreatif yang nantinya menjadi solusi untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa.
Kedua, Organisasi Penggerak yang diluncurkan sebagai Merdeka Belajar episode ke-4. Melalui program ini, 156 lembaga dan organisasi yang bergerak di bidang pendidikan telah mendampingi sekolah untuk mengembangkan penguatan literasi.
Ketiga adalah Kurikulum Merdeka sebagai Merdeka Belajar episode ke-15 yang memberikan keleluasaan yang jauh lebih besar bagi guru untuk memanfaatkan buku-buku bacaan sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Seperti terobosan Merdeka Belajar lainnya, program Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia adalah hasil kolaborasi berbagai unit utama di Kemendikbudristek, antara lain Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa; Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP); Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Ditjen PAUD Dikdasmen); dan Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK).