Hikayat Abu Samah: Manuskrip Sebagai Media Pengenalan Islam

Dantia Ayu Ningtiyas
Dantia Ayu Ningtiyas lahir di Klaten 17 Mei 1999. Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
17 Desember 2020 6:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dantia Ayu Ningtiyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Manuskrip merupakan naskah kuno yang ditulis langsung oleh tangan manusia yang menjadi bahan kajian filologi. Tidak banyak orang yang memahami atau mengetahui bahwa sebenarnya manuskrip merupakan hal yang penting karena berisikan tentang pengetahuan baik budaya, agama, dan bidang ilmu lainnya. Masyarakat masih mengabaikan keberadaan manuskrip, sehingga tidak sedikit manuskrip-manuskrip yang telah punah, baik secara bahasa atau secara fisik.
ADVERTISEMENT
Permasalahan itu yang membuat para pecinta atau peneliti manuskrip sangat khawatir, maka lembaga-lembaga membuat program untuk mendigitalkan manuskrip-manuskrip guna menyelamatkan kelestariannya. Tujuan utama dari mendigitalkan manuskrip yaitu menyelamatkan atau menjaga manuskrip dari bencana alam atau tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Salah satu lembaga yang mendigitalkan manuskrip yaitu KHASTARA.
KHASTARA (Khasanah Pustaka Nusantara) yang berisikan koleksi manuskrip digital yang dimiliki oleh Perpustakaan Nasional, Web tersebut dapat menampilkan informasi detail tentang koleksi yang lengkap dalam bentuk pdf dan juga dapat diunduh. Khastara memiliki koleksi naskah kuno sebanyak 1437 koleksi. Salah satu koleksi yang dimiliki oleh khastara yaitu Hikayat Abu Samah. Manuskrip Hikayat Abu Samah merupakan naskah kesusastraan betawi yang diadaptasi dari kesusastraan melayu, yang memiliki 69 halaman, dengan ukuran sampul 19,5x15,5cm, kemudian ukuran sampul yang dimiliki naskah tersebut yaitu 15x10,5cm, satu halaman berisikan 15 baris.
ADVERTISEMENT
Naskah ini berisikan tentang hukuman dari tindakan berzinah yang dilakukan oleh anak dari Umar ibn Khatab yang bernamakan Abu Samah. Dikisahkan bahwa anak dari Umar bin Khattab, berparas tampan, rupawan, dan memiliki sikap lemah lembut, selain itu Abu Samah memiliki suara yang merdu saat membaca ayat suci Al-Quran.
“Dan dibunuhnya anaknya dengan camati, sebab ia berbuat zina supaya takut segala umat Nabi Muhammad Rasulullah Saliallahu ‘alaihi wa salam. Dan barang siapa tuan-tuan membaca dia atau mendengarkan dia supaya ia menjadi ingatan kepada dirinya tuan-tuan sekalian beroleh rahmat daripada siksa azab Allah Taali. Demikianlah diceritakan oleh orang empunya ceritera.” (HAS, hlm 1-3)
Hikayat Abu Samah
Abu Samah dihukum oleh ayahnya sendiri yang merupakan seorang pemimpin. Seorang pemimpin umumnya harus memiliki sikap tegas, Abu Samah dihukum karena melakukan zinah secara tidak sengaja dengan perempuan yahudi hingga hamil. Hingga akhirnya Abu Samah meninggal dunia dan masuk surga Allah.
ADVERTISEMENT
Pesan yang terdapat dalam naskah Hikayat Abu Samah tentang kasih sayang seorang ayah yang tidak mau menyakiti anaknya, tetapi ia adalah khalifah seorang pemimpin yang harus memiliki sikap tegas. Umar, tetap menghukum Abu Samah walaupun ia adalah putranya sendiri tetapi ia tetap menjalankan dan menegakkan hukum Allah, karena yang telah dilakukan Abu Samah yaitu berzinah merupakan tindakan yang salah. Selain itu dijelaskan dalam naskah bahwa Allah memiliki sifat pemaaf, karena Abu Samah yang melakukan zinah secara tidak sengaja dan lebih tepatnya dijebak, telah diampunkan dan setelah ia meninggal Abu Samah di masukan ke dalam surga Allah
Penjelasan singkat tentang manuskrip Hikayat Abu Samah di atas merupakan salah satu naskah kuno yang berisikan tentang cerita bergenre Islami. Masih banyak naskah kuno yang tersebar diseluruh usantara yang berisikan sejarah, hikayat-hikayat, bahkan hukum-hukum yang membahas tentang Islam. Hal tersebut yang harusnya dimanfaatkan oleh para generasi muda unntuk menggunakan manuskrip menjadi media untuk mengenal Islam.
ADVERTISEMENT
Minat untuk membaca dan mempelajari manuskrip pada masyarakat masih sedikit, karena banyak yang berpikiran bahwa manuskrip kolot tidak modern. Padahal banyak naskah-naskah manuskrip yang berisikan tentang ilmu-ilmu yang bermanfaat. Contohnya yang mengandung nilai keislaman. Manuskrip-manuskrip tentang islam hanya dipelajari dalam pesantren saja, sedangkan pada madrasah-madrasah jarang dilakukan bahkan tidak ada dalam kurikulum.
Padahal selain mendapatkan ilmu, membaca manuskrip jadi hal yang asik dan dapat menarik perhatian siswa-siswa untuk mengenal Islam lebih dalam. Selain itu juga dapat melestarikan budaya dan bahasa dalam naskah kuno tersebut, hal ini sangat disayangkan. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan naskah-naskah kuno dan membantu untuk melestarikannya. Karena di dalam manuskrip terdapat banyak kekayaan bahasa dan budaya bahkan ilmu-ilmu keagamaan, ilmu kedokteran, dan masih banyak yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu pentingnya untuk menjaga dan melestarikan manusrip sangat penting bagi kehidupan. Karena seperti yang telah kita ketahui bahwa manuskrip memiliki keuinikan dan kekayaan. Mengenal Islam lebih dalam melalui manuskrip menjadi daya Tarik tersendiri, lebih menarik jika membaca hikayat-hikayat seperti Hikayat Abu Samah.