Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Self-love: Kalau Bukan Kita, Siapa Lagi?
23 November 2021 18:50 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari DARLENE VERICA ANGEL tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Self-love dan Media Sosial
Mencintai diri sendiri. Sebuah kalimat yang terlihat sangat mudah diucapkan, tetapi ternyata melaksanakannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dengan maraknya media sosial dan perkembangan era digital, mudah bagi kita untuk membanding-bandingkan hidup dengan orang lain. Diawali dari rasa kurang puas akan diri sendiri yang terus menumpuk, pikiran gelisah yang menghantui setiap harinya, dan ditutup dengan perasaan insecure. Penelitian berjudul “A Tool to Help or Harm? Online Social Media Use and Adult Mental Health in Indonesia” membuktikan bahwa penggunaan media sosial secara berlebihan dapat mengakibatkan gangguan mental pada penggunanya. Kita seringkali melihat citra diri positif yang diunggah oleh pengguna lain dan mulai membandingkannya dengan hidup sendiri yang dinilai biasa saja. Dalam jangka pendek hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh, tetapi dalam jangka panjang hal ini dapat membahayakan kesehatan mental dan memengaruhi cara berpikir kita.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Cara Kita Menanggapi Insecurities Kita?
Insecurities adalah hal yang wajar. Sebagai manusia kita seringkali memiliki kecenderungan untuk membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Perilaku tersebut bisa diawali karena budaya, latar belakang, dan pendidikan. Namun, yang terpenting adalah cara kita mengatasi rasa insecure itu sendiri. Apakah kita tenggelam di dalamnya dan membiarkan rasa itu menggerogoti pikiran secara perlahan? Atau kita memilih untuk bangkit dan memakai hal tersebut untuk memotivasi diri? Media sosial adalah platform publik untuk menunjukkan sisi terbaik dalam hidupnya.
Perbandingan harus kita lakukan secara apple to apple. Ibaratnya, kita tidak bisa membandingkan pertunjukan yang diunggah seseorang di media sosial dengan peristiwa di belakang layar yang terjadi dalam hidup kita. Perbandingan yang tepat adalah perbandingan antara diri kita kemarin dengan diri kita hari ini. Apakah kita sudah melakukan yang terbaik hari ini? Apakah ada hal kecil yang kita lakukan dan perlu dihargai?
ADVERTISEMENT
Lakukan hobi yang kita cintai, habiskan waktu kita untuk belajar hal-hal baru dan ambil kesempatan yang ada. Dengan demikian, kita tidak fokus dengan kehidupan orang lain dan mencoba mengikuti tren yang ada. Alangkah baiknya jika kita mengisi waktu kita dengan melakukan sesuatu yang bisa meningkatkan nilai diri kita. Lihatlah potensi yang telah diberikan di dalam diri kita masing-masing. Setiap orang memiliki keunikannya sendiri dan hal tersebutlah yang seharusnya kita kembangkan. Ketika melihat kehebatan orang lain, jangan malah berkecil hati, tetapi pakailah hal tersebut untuk memotivasi dirimu sehingga bisa semakin giat dalam belajar dan bekerja.
Tidak Mudah Bukan Berarti Tidak Mungkin
Mencintai diri sendiri memang bukan hal yang mudah, tetapi bukan berarti hal tersebut tidak bisa dilakukan. Diperlukan keinginan dari dalam diri kita untuk dapat melakukan hal tersebut. Kalau bukan kita, siapa lagi? Mencintai diri sendiri juga merupakan kunci untuk mencintai orang lain. Ketika kita mencintai diri sendiri, kita mau menerima, menghormati, dan menghargai segala hal yang dimiliki. Kita mengakui bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, hal tersebut merupakan aspek yang membuat setiap orang istimewa. Kita mengakui bahwa kesehatan mental itu penting untuk dijaga dan diprioritaskan. Kita mengakui bahwa perasaan gelisah juga wajar dan bisa dikendalikan. Kita mengakui bahwa self-love berarti memiliki kesadaran, kepercayaan, dan harga diri yang perlu dikembangkan setiap harinya. Pikiran adalah awal dari segala perilaku dan tindakan seseorang. Oleh karena itu, mari kita mulai mengubah pola pikir insecure menjadi pola pikir yang selalu bersyukur dalam segala keadaan.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Sujarwoto, S., Tampubolon, G. & Pierewan, A.C. A Tool to Help or Harm? Online Social Media Use and Adult Mental Health in Indonesia. Int J Ment Health Addiction 17, 1076–1093 (2019). https://doi.org/10.1007/s11469-019-00069-2