Terima kasih Belu, darimu kami belajar banyak

darmia dimu
Green lover and beach admirer
Konten dari Pengguna
20 Agustus 2018 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari darmia dimu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Para Kepala Sekolah Kabupaten Belu (foto: Sesdilu 61)
ADVERTISEMENT
Malam tanggal 17 Agustus 2018, mataku tak kunjung dapat ditutup. Selama 5 hari di Belu, tanah sahabat, kami peserta Sesdilu 61 banyak pelajaran yang mungkin tidak semua orang bisa mendapatkannya. Di tengah keterbatasan alamnya, penduduk Belu tetap mempunyai semangat berbagi, bekerja keras, pantang menyerah, tulus, rela berkorban dan patriotik.
Betapa ini adalah perjalanan spiritual yang sangat berharga bagi saya dan teman-teman saya. Dimulai dari sambutan dan kebaikan yang luar biasa dari Bupati Belu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Belu, Kepala Pos Lintas Batas Motaain, Mama dan Bapak Guru, Rektor IISIP Fajar Timur, Mahasiswa hingga siswa dan siswi Kabupaten Belu. Perlakuan mereka kepada kami dan sikap mereka menghadapi situasi di Belu membuat kami optimis masa depan Indonesia di perbatasan akan gemilang.
Titik kulminasi kebaikan yang kami dapatkan adalah dengan hadirnya Joni, bocah pemberani penyelamat upacara pengibaran bendera kami. Pada sabtu 18 Agustus 2018, kami pulang ke Jakarta. Banyak berita baik yang kami dapatkan khususnya untuk Joni, bocah pemberani penyelamat upacara kami.
ADVERTISEMENT
Penghargaan, beasiswa, mengikuti pembukaan Asian Games di Jakarta dan bertemu dengan Presiden RI. Belu, kabupaten yang berbatasan langsung dengan Timor Leste, menghasilkan berbagai kebaikan. Walaupun tanahnya kering, tandus dan berbatu-batu namun membuahkan jiwa-jiwa yang memperkaya hati kami.
Bagaimana tidak, ketika salah satu teman peserta Sesdilu tidak mendapatkan jatah syal di sekolah tempat kami mengajar, salah satu mama guru langsung sigap memberikan syalnya kepadanya. Ditengah keterbatasan sarana pendidikan, salah seorang kepala sekolah malah berpikir bagaimana agar para penduduk Timor Leste dapat juga bersekolah di tempatnya.
Kecerdasan dan sopan santun para siswa di Belu pun tidak kalah dengan siswa di kota besar. Hal ini merupakan buah kerja keras mama dan bapak guru - guru yang tak kenal lelah mendidik mereka. Rasanya kami semua optimis bahwa masa depan Indonesia akan berjaya ditangan generasi penerus ini.
Namun, banyak dari para guru tersebut merupakan guru non pns yang mendapat upah sebulan hanya seperempat dari gaji pokok pns setempat. Hal ini tentunya perlu mendapat perhatian dari pemerintah agar dapat meningkatkan kesejahteraan dan status para pengajar menjadi pns.
foto: daratan Belu (koleksi pribadi)
ADVERTISEMENT
Berbagai kebaikan dan pelajaran tersebut seakan memenuhi memoriku ketika pesawat membawa rombongan kami bertolak ke Jakarta melalui Kupang. Di atas pesawat, tanah Belu yang tandus dengan sungai-sungai yang kering seakan tersenyum melepas kepergian kami. Namun, air mataku tak terasa meleleh. Kami yang dikaruniai Tuhan untuk besar dan hidup di tanah subur, dimana air melimpah ruah masih saja berkeluh kesah.
Terima kasih Belu, kunjungan ke tanah sahabat menyadarkanku akan arti bersyukur. Nikmat Tuhan mana lagi yang saya dustakan. Dan air mata ini tak kunjung berhenti.....