Biang Kerok Rendahnya Tingkat Literasi Indonesia

Darynaufal Mulyaman
Dosen Prodi HI UKI Jakarta dan Research Fellow di INADIS
Konten dari Pengguna
1 Juni 2023 14:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Darynaufal Mulyaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Membaca (Thought Catalog/Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Membaca (Thought Catalog/Unsplash)
ADVERTISEMENT

Tingkat literasi dapat menjadi tolok ukur yang baik dari tingkat pembangunan manusia sebuah bangsa. Melalui fenomena terkini, dapat ditelisik bahwa tingkat literasi Bangsa Indonesia tergolong rendah dan dapat disimpulkan bahwa kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor.

Meskipun tingkat literasi di Indonesia tidak dianggap sangat rendah, tetapi relatif lebih rendah dibandingkan dengan beberapa negara lain di antara negara-negara anggota G20 atau MIKTA. Beberapa faktor secara historis berkontribusi pada tingkat literasi yang relatif rendah di Indonesia. Berikut adalah beberapa alasan utama yang dapat disimpulkan dari berbagai pengamatan,
ADVERTISEMENT
Pertama adalah faktor geografis dan demografi Indonesia. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau, yang menimbulkan tantangan untuk menyediakan akses pendidikan yang merata di seluruh negeri. Daerah terpencil dan pedesaan sering kekurangan infrastruktur pendidikan yang layak, seperti sekolah, guru, dan sumber belajar. Selain itu, ukuran populasi Indonesia yang besar, dengan latar belakang budaya dan bahasa yang beragam, membuatnya lebih menantang untuk memastikan literasi yang meluas.
Kemudian faktor sosial ekonomi juga menjadi salah satu faktor penyebab tingkat literasi Bangsa Indonesia rendah. Kesenjangan sosial ekonomi memainkan peran penting dalam tingkat melek huruf Indonesia. Kemiskinan, terutama di daerah pedesaan dan terpencil, membatasi akses terhadap pendidikan.
Keluarga yang menghadapi kesulitan ekonomi dapat memprioritaskan kebutuhan mendesak daripada berinvestasi dalam pendidikan. Tingkat putus sekolah yang tinggi dapat terjadi karena kendala keuangan, karena anak-anak mungkin terpaksa bekerja untuk menghidupi keluarga mereka.
ADVERTISEMENT
Lalu, infrastruktur dan sumber daya menjadi faktor berikutnya. Infrastruktur pendidikan yang tidak memadai dan sumber daya yang terbatas dapat menghambat pengembangan literasi. Beberapa sekolah kekurangan fasilitas dasar, seperti perpustakaan, komputer, dan buku teks, sehingga sulit bagi siswa untuk memperoleh keterampilan membaca dan menulis yang penting. Pendanaan yang tidak mencukupi untuk pendidikan di berbagai tingkatan semakin memperburuk tantangan meningkatkan tingkat literasi masyarakat.
Lebih lanjut lagi, keragaman bahasa dan budaya yang dimiliki oleh Indonesia adalah fakot penyulit yang khusus dari mengapa tingkat literasi Indonesia rendah. Indonesia adalah negara yang beragam dengan lebih dari 700 bahasa dan dialek yang digunakan di seluruh wilayahnya.
Bahasa resmi, Bahasa Indonesia, diajarkan di sekolah-sekolah, tetapi hambatan bahasa dan perbedaan dalam dialek lokal dapat mempengaruhi tingkat melek huruf, terutama di kalangan masyarakat yang terpinggirkan. Lebih lanjut lagi, di tengah gempuran informasi era globalisasi, bahasa-bahasa asing lainnya bercampur dan menjadi tantangan baru bagi masyarakan lokal untuk bergerak maju pada era yang semakin kompetitif.
ADVERTISEMENT
Kemudian, kesenjangan gender. Ketidaksetaraan gender menjadi faktor yang berkontribusi terhadap tingkat melek huruf yang lebih rendah, terutama di kalangan perempuan dan anak perempuan. Norma-norma sosial tradisional, pernikahan dini, dan kesempatan pendidikan yang terbatas untuk anak perempuan di daerah tertentu secara historis mempengaruhi tingkat melek huruf perempuan. Namun, perlu dicatat bahwa upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini dan meningkatkan kesetaraan gender dalam pendidikan.
Penting untuk diketahui bahwa pemerintah Indonesia dan berbagai organisasi telah berupaya meningkatkan tingkat literasi. Inisiatif termasuk perluasan infrastruktur pendidikan, program pelatihan guru, peningkatan kurikulum, dan kampanye untuk mempromosikan pentingnya pendidikan. Upaya ini bertujuan untuk mengatasi faktor-faktor mendasar dan meningkatkan tingkat melek huruf di seluruh negeri walaupun memang belum berdampak signifikan.
ADVERTISEMENT