Benarkah Tanaman Bisa Egois?

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
21 Desember 2020 14:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pohon palem. Foto: fotoblend from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Pohon palem. Foto: fotoblend from Pixabay
ADVERTISEMENT
Tanaman membutuhkan air dan nutrisi dengan mengambil bahan tersebut dari akar dan menyalurkan kembali ke tubuh. Tetapi masalahnya, adakah pengaruh dari tetangga sekitarnya? Selama bertahun-tahun, para peneliti telah melihat persaingan akar dan menghasilkan temuan yang beragam.
ADVERTISEMENT
Sebuah penelitian pada jurnal Science yang diringkas ke dalam situs New York Times, merinci model baru dengan memperhitungkan distribusi spasial akar bersama dengan prevalensinya. Dalam tes awal yang dilakukan oleh penulis makalah, tanaman menunjukkan aktivitas sesuai dengan model atau metode yang digunakan.
Tanaman membutuhkan energi dan bahan untuk menumbuhkan dan memelihara akar. Idealnya, tanaman mendapatkan lebih banyak sumber daya dari akarnya daripada dihabiskan untuk pemeliharaan. Tanaman dapat merasakan konsentrasi air dan nutrisi di bidang tanah tertentu dan membagi akar yang sesuai untuk mencapai hasil yang maksimal.
Tanaman yang hidup sendiri tidak terhalang dalam persaingan menyerap semua nutrisi. Tetapi, ini akan berbeda jika tanaman tumbuh dalam jumlah berkelompok. Satu model yang diperkenalkan tahun 2001, mengindikasi bahwa tanaman yang tumbuh berdekatan akan berakhir dalam “tragedi milik bersama”.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, setiap individu dalam bidang tanah bersama harus membuat lebih banyak akar daripada tanaman yang hidup menyendiri. Tetapi, konsekuensinya, meskipun memiliki lebih banyak akar, setiap individu dalam kelompok akan mendapatkan pasokan air yang lebih sedikit karena terdistribusi pada anggota lain.
Meskipun demikian, penelitian lain menemukan sebaliknya. Tanaman yang bersaing menumbuhkan akar yang jauh lebih sedikit. Ciro Cabal, seorang mahasiswa doktoral jurusan ekologi dan biologi evolusi dari University of Princeton, tidak menentang perbedaan dari setiap penelitian.
Sebatang bunga dengan akarnya yang muncul dari dalam tanah. Foto: analogicus
Cabal lalu bereksperimen dengan memperlakukan semua akar secara adil, tidak peduli jaraknya dari batang tanaman. Namun kenyataannya, semakin jauh akar tumbuh dari tanaman, semakin mahal biaya produksi dan pemeliharaannya. Jadi, dia dan rekan penulisnya membangun model baru untuk menjelaskan hal itu melalui metode penggabungan ruang.
ADVERTISEMENT
Dalam modelnya, tanaman yang menghadapi persaingan akan menghasilkan lebih sedikit akar yang lebih mahal dan beragam. Hal itu juga memungkinkan terjadinya tumpang tindih dengan tanaman tetangga. Cabal menegaskan, perilaku bersaing lebih kepada faktor seberapa jauh jarak kedua tanaman tersebut.
Selanjutnya, para peneliti lain melakukan percobaan dengan tanaman paprika. Tanaman diletakkan dalam sebuah wadah, di mana sebagian sendirian, dan yang lainnya berpasangan dengan jarak 4 inci. Setelah beberapa bulan, paprika yang berpasangan menumbuhkan lebih banyak akar dibandingkan dengan paprika yang tumbuh menyendiri.
“Model baru dapat memberikan prediksi dasar yang sangat baik tentang bagaimana sistem akar mungkin berperilaku di hadapan tetangga," kata Jochen Schenk, seorang profesor biologi tanaman di California State University, yang tidak terlibat dalam penelitian.
ADVERTISEMENT
Spesies yang berbeda mungkin merespons satu sama lain dengan cara yang beragam pula. Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa bentuk kehidupan lain, seperti jamur dan mikroba, bergantung pada bagaimana tumbuhan tertentu berinteraksi di bawah tanah.
Cabal tidak menyangka bahwa model dan eksperimennya akan sesuai dan berjalan dengan baik. Selanjutnya, dia berencana untuk mencoba melanjutkan eksperimennya di alam liar. Sampel tanaman akan diambil dari beberapa spesies semak Mediterania.
Jika strategi ini ternyata digunakan secara luas oleh berbagai jenis tanaman, maka orang dapat memanfaatkannya dalam permodelan iklim. Selain itu, metode juga dapat diaplikasikan dalam bidang pertanian. Para petani sering kali terhalang oleh tanaman yang mementingkan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Cabal dan rekan penulisnya juga mencontoh apa yang disebutnya sebagai "solusi kooperatif". Dalam skenario ini, setiap tanaman tidak bertindak egois. Sebaliknya, tanaman secara bersama-sama memposisikan akarnya untuk menghasilkan serapan hara paling banyak.
Tanaman paprika. Foto: pixel2013 from Pixabay