Burung Hantu Memantulkan Cahaya Bulan untuk Mengejutkan Mangsanya

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
15 September 2020 20:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Burung Hantu dan Bulan Purnama. Foto: blende12 from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Burung Hantu dan Bulan Purnama. Foto: blende12 from Pixabay
ADVERTISEMENT
Saat matahari tenggelam di ufuk barat, kehidupan malam muncul, dengan kehadiran burung hantu di tengah kegelapan. Burung hantu adalah burung pemangsa nokturnal yang ditemukan di seluruh dunia, baik di alam liar, maupun sebagai hewan peliharaan. Meskipun burung hantu akrab dengan manusia, masih banyak hal yang belum diketahui pada hewan yang terbagi lebih dari 200 spesies ini.
ADVERTISEMENT
Salah satu hal yang sebelumnya menjadi perdebatan adalah bagaimana perbedaan warna burung hantu, dimana pada sisi bawah berwarna putih, dan bagian lainnya berwarna merah tua. Kondisi cahaya di lingkungan yang diterangi matahari menentukan bagaimana ciri hewan berevolusi.
Hewan dapat diidentifikasi berdasarkan komposisi dan kualitas cahaya. Misalnya, harimau dengan mudah bersembunyi di balik hutan yang lebat, disebabkan oleh pergerakan kanopi yang menghasilkan cahaya menjadi beberapa garis.
Cahaya di malam hari dipengaruhi oleh kemunculan siklus bulan. Pada saat bulan purnama, manusia mungkin tak perlu memerlukan sumber cahaya lain untuk melihat. Lalu, bagaimana burung hantu mengatasi perubahan cahaya dari malam ke malam? Melansir dari the Conversation, berikut penjelasan bagaimana burung hantu memantulkan cahaya bulan untuk mengejutkan mangsa.
ADVERTISEMENT
Penelitian kolaboratif antara Lund University dan Université de Lausanne, mengikuti populasi burung hantu Swiss selama lebih dari 20 tahun. Penelitian memantau perilaku berburu dengan menggunakan kamera serta pelacak GPS. Perekaman dilakukan untuk mengidentifikasi perkembangbiakan setiap tahun dan bagaimana keturunannya berkembang biak.
Hasil penelitian menemukan, bulan purnama tidak serta merta menguntungkan bagi hewan yang mampu mengeluarkan berbagai macam suara ini dalam berburu mangsa. Burung hantu menjadi pemburu yang kurang berhasil dan membawa lebih sedikit mangsa ketika malam terang. Bahkan, hal ini menyebabkan bayi-bayinya tidak mendapatkan makan yang cukup, karena hasil berburu tidak banyak. Keturunannya akan sulit bertambah berat badannya, dan yang termuda memiliki peluang bertahan hidup hingga dewasa.
Penelitian juga melihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu hewan pengerat, sebagai santapan utama burung hantu setiap malam. Eksperimen mencari tahu bagaimana tikus melihat dan bereaksi terhadap burung hantu dalam kondisi cahaya bulan purnama.
ADVERTISEMENT
Tikus lebih mudah mendeteksi kehadiran burung hantu pada malam yang terang. Reaksi yang mengejutkan, tikus tidak bergerak seperti patung sebagai respons terkejut. Anehnya, perilaku tikus ini hanya pada malam bulan purnama dan menghadapi burung hantu putih, bukan merah.
Menurut para peneliti, tikus merespons mematung saat bertemu dengan burung hantu putih, karena hewan pengerat itu takut dengan cahaya terang yang dipantulkan dari bulu putih.
Peneliti medis seringkali memberikan cahaya pada hewan pengerat untuk mengukur respons ketakutan dalam rangka menguji obat-obatan kecemasan. Bulu putih burung hantu memanfaatkan momen ini untuk mengejutkan mangsa. Meskipun begitu, penelitian belum memaparkan lebih lanjut, apakah burung hantu langsung menyerang tikus yang terkejut dan mematung tersebut.
ADVERTISEMENT