Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Dapatkah Hewan Memiliki ‘Mata Ketiga’?
8 September 2020 21:38 WIB
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mungkin kita sering mendengar percakapan sarat akan ‘spiritual’, atau hal-hal yang masih membutuhkan kebenaran, namun banyak orang yakin akan keberadaannya.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa gagasan, 'mata ketiga' muncul dalam pembicaraan penuh dengan perdebatan, lalu mungkin akan menimbulkan pertanyaan, apakah ada hewan yang memiliki 'mata ketiga'?Jawabannya adalah, ya mungkin saja.
Dalam istilah ilmiah, mata ketiga disebut dengan mata parietal, hanya ditemukan pada spesies kadal, hiu, ikan bertulang, salamander, dan katak tertentu. Berdasarkan Science Abc, berikut penjelasan terkait dengan hewan yang memiliki organ parietal.
Sejarah 'Mata Ketiga'
Manusia dipercaya memiliki 'mata ketiga' itu, tetapi terkubur jauh di dalam otak, dan dikenal dengan kelenjar pineal. Bagian ini juga sangat penting untuk regulasi hormon pada mamalia dan vertebrata.
Beberapa hewan diyakini melewati masa evolusi panjang, dimana spesies tertentu masih dapat menikmati 'mata ketiga', meskipun tidak memiliki fungsi yang sama dengan mata lainnya. Bahkan, beberapa jenis hewan memiliki titik sensitif di atas kepalanya. Struktur selanjutnya, disebut dengan epithalamus, terdiri dari epifisis atau kelenjar pineal seperti manusia atau organ pineal lainnya, dan organ parietal atau yang disebut dengan ‘mata ketiga’.
Beberapa fosil vertebrata tua ditemukan memiliki rongga di atas kepalanya, dimana 'mata ketiga' bisa saja berada. Soket ini masih dapat dilihat dan diukur pada struktur tulang amfibi dan reptil tertentu, tetapi sudah lama hilang pada burung dan mamalia lain akibat evolusi.
ADVERTISEMENT
Mata parietal tidak berfungsi dengan cara yang sama seperti mata utama dalam memberikan penglihatan. Parietal hanyalah sebuah titik di kepala yang mampu menerima cahaya, yang berarti bagian ini agak sensitif terhadap gerakan atau perubahan cahaya di sekitar. Bahkan, untuk beberapa spesies yang memiliki 'mata ketiga' ini, biasanya tertutup oleh lapisan kulit, sehingga sulit dikenali dengan mata telanjang.
Akankah Semua Hewan Pada Akhirnya Kehilangan 'Mata Ketiga'?
Sulit untuk memprediksi arah perjalanan sejarah evolusi. Beberapa spesies mampu mempertahankan bentuk tubuh dan adaptasinya selama ratusan juta tahun. Untuk hewan dengan organ ‘mata ketiga’ yang paling menonjol, adalah tuatara, kadal purba endemik Selandia Baru. Kadal ini merupakan sisa dari ordo Rhynchocephalia, yang berkembang biak sekitar 200 juta tahun lalu, dan hanya tersisa spesies tuatara hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Mata parietal berkembang sangat baik pada kadal eksotis ini, dimana memiliki lensa dan retina. Organ unik tersebut paling jelas ditemukan pada tuatara muda, sebelum lapisan kulit tumbuh di atasnya. Parietal memungkinkan tuatara mendeteksi penglihatan dengan sangat baik, dan membantu reptil menentukan perubahan iklim secara temporal.
Pada hewan lain, seperti lamprey purba, terdapat dua mata parietal, yaitu dari kelenjar parietal dan kelenjar pineal. Kedua ‘mata’ ini berbaris di atas kepala. Karena ini lamprey kuno, beberapa peneliti percaya, orientasi asli ini secara bertahap bergeser akibat evolusi, dimana hanya menjadi satu parietal, dan pada akhirnya tidak ada sama sekali.
Hewan lainnya, seperti arakhnida, terdiri dari delapan mata yang memiliki fungsi berbeda, seperti untuk melihat detail, gerakan, dll. Belalang sembah memiliki 5 mata, seperti halnya serangga lainnya, dengan dua mata majemuk besar dilengkapi dengan tiga mata kecil untuk mendeteksi cahaya, mirip dengan fungsi mata parietal yang disinggung seelumnya,
ADVERTISEMENT
Hewan laut mengalami proses evolusi yang sangat aneh, dimana memiliki tatanan visual yang mengejutkan. Bintang laut memiliki mata pada setiap lengan, memungkinkan untuk memiliki bidang penglihatan 360 derajat. Sementara bivalvia, sejenis kerang, dapat memiliki ribuan mata fotoreseptor pada permukaan mantelnya. Beberapa kerang juga memiliki lebih dari 100 mata reflektor canggih, menyerupai cermin cekung bulat, yang dapat melihat, bahkan berenang.