Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mampukah Tumbuhan ‘Memberi Tahu’ Lokasi Mayat atau Orang Hilang?
28 September 2020 19:11 WIB
Diperbarui 28 Oktober 2020 19:41 WIB
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gagasan tentang tumbuhan yang mampu memberi tahu tentang orang mati terdengar seperti film horor menyeramkan. Namun, sebuah penelitian dari University of Tennessee mencari tahu tentang hal ini. Melansir dari The Conversation, berikut penjelasan tentang pernyataan tumbuhan dapat memprediksi lokasi mayat atau orang hilang, yang selama ini dipertanyakan oleh banyak ilmuwan.
ADVERTISEMENT
Setiap hari diperkirakan terdapat 160.000 orang meninggal di dunia, terlebih lagi pandemi COVID-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda penurunan signifikan. Manusia dapat meninggal di dekat orang yang dicintai, seperti pasangan, keluarga, teman, kerabat, dan lainnya.
Terkadang kematian merenggut jiwa yang malang di tempat yang jauh dalam jangkauan, seperti lautan, gurun, hutan, lokasi perang, dan sebagainya. Bahkan, dalam kasus pembunuhan atau genosida, pelakunya tidak dihukum tanpa bukti mayat yang ditemukan.
Penulis penelitian, Neal Stewart, yang juga ahli biologi tumbuhan, menggunakan pendekatan bioteknologi dan biologi sintetik. Selama kurun 20 tahun, Stewart menciptakan kata “fitosensor” dalam tulisannya, yang mengacu pada tumbuhan rekayasa secara genetik dengan kemampuan pengindraan dan pelaporan. Stewart lalu memberikan contoh ide fitosensor, sebuah tanaman dapat 'memberi tahu' sebelum sakit bahkan mati.
Para ilmuwan percaya bahwa tumbuhan dapat merespons perubahan lingkungan disekitar, termasuk mengubah kimiawi dan biologi, ketika diserang hama atau tantangan lain seperti kekeringan. Tanaman berumur panjang diprediksi mampu melalui tantangan ini dengan mengelola stres yang dihadapi. Kemampuan resiliensi ini memungkinkan tanaman untuk tumbuh tinggi dan memberikan keteduhan selama berabad-abad.
ADVERTISEMENT
(Baca juga: Tanaman Mampu 'Menjerit' Ketika Stres? )
Kasus tubuh orang hilang atau mati, entah itu disebabkan oleh faktor alamiah ataupun korban kriminalitas, akan membusuk didukung oleh cuaca hangat. Jasad akan sangat sulit ditemukan di bawah hutan yang lebat dan menjadi tantangan tersendiri bagi tim pencari. Salah satu solusinya adalah mempelajari bagaimana kepekaan tumbuhan dalam merespons manusia yang membusuk di dekatnya.
‘Body Farm’ atau Pusat Antropologi Forensik, University of Tennessee, memfasilitasi penelitian ini. Bill Bass, seorang profesor Antropologi, menggunakan hutan sumbangan di dekat kampus untuk memahami fase pembusukan manusia, setelah tubuh manusia yang disumbangkan tersebut dibiarkan di permukaan atau dikubur. Fasilitas luar ruangan ini sangat bermanfaat karena meningkatkan pemahaman bagaimana berbagai macam organisme berinteraksi dengan orang mati selama proses pembusukan.
ADVERTISEMENT
Hasilnya diterbitkan dalam sebuah jurnal Trends in Plant Science, bagaimana hutan dapat 'memberi tahu' dimana jasad mati terkubur. Tim membahas unsur berpengaruh yang berasal dari bangkai, seperti nitrogen, di mana mampu memberikan manfaat menyuburkan tanah di dekat mayat.
Nitrogen membantu tumbuhan berkembang lebih subur, dengan ciri seperti daun yang lebih lebat dan warnanya jauh lebih hijau. Zat tersebut akan mengubah mikroba di dekat akar. Pada akhirnya, unsur nitrogen mengubah nutrisi yang diserap tanaman melalui akarnya dan membuat tanaman tampak lebih meneduhkan.
Meskipun begitu, keterbatasan penelitian ini masih terbentur bagaimana tumbuhan membedakan respons antara jasad hewan dan manusia. Sejauh ini, tim menyimpulkan bahwa tanaman seharusnya akan memberikan respons berbeda, mengingat sebagian besar ukuran mamalia lebih kecil dibandingkan manusia. Namun, dugaan ini masih harus diverifikasi lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, para ilmuwan berharap dalam kurun dua tahun kedepan, tim yang terdiri dari sumber daya multidisiplin tersebut, menemukan pemahaman yang lebih baik terkait masalah ini. Bahkan, mereka berencana jika memungkinkan untuk mempelajari bagaimana respons tanaman untuk 'memberi tahu' jasad melalui udara.