Konten dari Pengguna

Feminisme dalam Novel Namaku Bunga Karya Ade Mulyono

Dede Raisman
Sastra Indonesia, Universitas Pamulang
15 Desember 2022 17:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dede Raisman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Namaku Bunga merupakan suatu novel yang dituliskan oleh Ade Mulyono lalu terbit pada Maret 2022, novel ini diterbitkan oleh penerbit sakara lima
Gambar pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Gambar pribadi
ADVERTISEMENT
Dalam novel ini mengisahkan tentang seorang perempuan yang merasakan kelamnya Kota Jakarta. Mungkin, kita sering mendengar bahwa "Ibukota lebih kejam dari ibu tiri" Hal ini pun tergambar tatkala bunga yang memutuskan diri untuk pergi ke Kota Jakarta untuk membanting kartu nasib.
Kekerasan-kekerasan yang terukir dalam novel ini berdampingan dengan pilu yang seperti terus mengikuti Bunga. Kehidupan yang keras seperti menjadi tanda kejamnya ibukota.
Toh,ini pun terukir dalam pengalaman bunga tatkala melihat perempuan-perempuan yang berprofesi sama membawa anaknya yang masih balita.
Bunga yang akan berusia dua puluh tiga selalu tahun mendambakan sebuah pernikahan.
Suatu kalimat yang tercetus dari bunga tatkala mengajak salah satu pelanggannya menikah.Namun, Keinginan bunga untuk menikah tidak semudah diterima lelaki dalam kisah ini,beberapa lelaki yang tergambar hanya menjadikan perempuan sebagai objek kepuasan seksual saja.
ADVERTISEMENT
Bunga yang hidup dan tumbuh dengan keterbatasan, serta budaya patriarki yang masih melekat erat di sekitarnya. Bunga selalu berjuang dalam terjalnya kehidupan agar bisa membantu sang ibu tercinta.
Dalam budaya patriarkis, Bunga sebagai dipandang sebagai perempuan yang tidak mendominasi dibanding laki-laki, hal tersebut mencetus bunga terbelakang, dan tertindas.
Kapitalisme yang seakan mengalienasi manusia, menghilangkan manusia dari manusiaseakan tertanam di Kota ini, seakan menjadi suatu kegagalan dalam melindungi (perempuan) dari kekerasan-kekerasan yang terjadi dalam novel ini.
Dalam novel ini, feminisme mendapatkan ruangnya, feminisme yang merupakan suatu kesadaran terhadap ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat ada dan terkandung dalam novel ini.
Tentang ketidakadilan tersebut, kita bisa melihat bunga yang merasakan ketidakadilan dalam hidupnya tatkala bunga berkeluh.
ADVERTISEMENT
Nasib bunga memang pahit, bunga yang memiliki nama asli sebagai "Suci" ini pernah difitnah sebelum bunga sampai ke titik untuk menjalani profesi seperti ini. Bunga pernah diceraikan dalam pernikahan pertama lantaran dijebak oleh temannya sendiri. Pernah juga bunga dijual tanpa tahu bahwa bunga akan dijual.
Dari novel ini, kita dapat melihat bahwasannya karya sastra dapat menjadi suatu pengantar pesan untuk melahirkan pandangan hidup serta kesadaran berpikir yang sudut yang berbeda.