Konten dari Pengguna
DNA vs Morfologi: Mengapa Validasi Genetik Hewan Jadi Urgensi di Indonesia?
26 September 2025 9:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
Kiriman Pengguna
DNA vs Morfologi: Mengapa Validasi Genetik Hewan Jadi Urgensi di Indonesia?
DNA vs Morfologi. Mengapa validasi genetik hewan jadi urgensi di Indonesia? Kini menjadi urgensi untuk identifikasi spesies yang lebih akurat, terutama konservasi sampai ekonomi. #userstoryDeden Sumirat Hidayat
Tulisan dari Deden Sumirat Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam dunia riset keanekaragaman hayati atau disebut juga biodiversitas, satu pertanyaan terus bergema: Bagaimana kita bisa memastikan identitas suatu spesies dengan tepat? Selama berabad-abad, peneliti mengandalkan morfologi, yaitu dengan ciri fisik seperti bentuk tubuh, warna, atau ukuran—untuk menentukan jenis hewan umum dan hewan langka. Namun, pendekatan ini semakin dipertanyakan di tengah temuan spesies “kembar identik” atau cryptic spesies yang secara fisik mirip, tetapi ternyata berbeda secara genetik khususnya seperti di dunia hewan kupu-kupu, burung dan serangga.
ADVERTISEMENT
Di sinilah validasi DNA hadir sebagai penentu arah baru. Dengan analisis molekuler, ilmuwan dapat mengungkap “sidik jari genetik” hewan sehingga kesalahan identifikasi dapat diminimalisir. Hal ini sangat penting, terutama ketika hasil identifikasi menjadi dasar kebijakan konservasi, penegakan hukum, hingga kepentingan ekonomi.
Mengapa DNA Lebih Mendesak Ketimbang Morfologi?
Beberapa alasan menunjukkan bahwa validasi DNA kini menjadi kebutuhan mendesak.
Pertama, potensi spesies baru. Indonesia dikenal sebagai negara megabiodiversitas. Banyak hewan kemungkinan masih belum tercatat secara resmi. Tanpa DNA, spesies baru sulit dipisahkan dari kerabat dekatnya yang mirip secara morfologi.
Kedua, kepentingan konservasi. Identifikasi keliru bisa berakibat fatal. Bayangkan jika satwa dilindungi disalahartikan sebagai spesies umum hanya karena penampakan fisiknya mirip. DNA mampu menjadi bukti sahih dalam memastikan status spesies, sekaligus mendukung strategi perlindungan satwa.
ADVERTISEMENT
Ketiga, risiko kesehatan publik. Beberapa serangga seperti nyamuk adalah vektor penyakit berbahaya. Identifikasi morfologi nyamuk sering kali membingungkan karena perbedaan antarspesies sangat halus. DNA barcoding memberi jawaban cepat dan akurat, membantu upaya pengendalian penyakit.
Terakhir, kepentingan ekonomi. Dalam sektor perikanan, kesalahan identifikasi ikan konsumsi bisa menimbulkan kerugian ekonomi sekaligus risiko kesehatan konsumen. Validasi DNA memastikan rantai pasok tetap aman dan transparan.
Konteks Indonesia: Peran Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah-BRIN
Di Indonesia, Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah (DPKI), BRIN, menjadi garda depan dalam pengelolaan koleksi ilmiah nasional—mulai dari hewan hidup, awetan, hingga taksidermi. Koleksi ini bukan sekadar artefak biologi, melainkan basis data penting bagi penelitian, konservasi, hingga inovasi ekonomi.
Dengan memadukan analisis morfologi dan DNA, DPKI dapat memastikan identitas hewan dengan tingkat akurasi lebih tinggi. Kombinasi ini sangat penting mengingat Indonesia menghadapi ancaman nyata: hilangnya habitat, perdagangan ilegal satwa liar,potensi wabah penyakit yang dibawa hewan.
ADVERTISEMENT
DPKI memegang peran strategis dalam empat bidang. Pertama, potensi spesies baru. Dengan mengelola koleksi hewan dari berbagai wilayah, DPKI menyediakan bahan penelitian yang memungkinkan ditemukannya spesies baru. DNA menjadi kunci untuk membuktikan apakah hewan tersebut benar-benar spesies yang berbeda dari yang sudah tercatat.
Lalu, konservasi satwa dilindungi. Koleksi DNA dan data morfologi yang dikelola DPKI membantu memastikan identitas satwa dilindungi. Hasil ini sangat penting untuk penyusunan kebijakan konservasi nasional, sekaligus mendukung penegakan hukum terhadap perdagangan ilegal satwa liar.
Kemudian, risiko kesehatan publik. Melalui penelitian terhadap spesies serangga, termasuk nyamuk dan hewan pembawa penyakit, DPKI berperan dalam pemetaan potensi vektor penyakit. Validasi DNA mempercepat identifikasi spesies berbahaya, sehingga pemerintah dapat lebih tanggap dalam mencegah penyebaran penyakit berbasis hewan.
ADVERTISEMENT
Terakhir, kepentingan ekonomi. Indonesia bergantung besar pada sektor perikanan dan pangan hewani. DPKI menyediakan data DNA yang dapat digunakan untuk menjamin keaslian produk laut dan darat. Hal ini tidak hanya melindungi konsumen dari risiko penipuan produk, tetapi juga meningkatkan daya saing ekspor perikanan Indonesia.
Tantangan: Biaya dan Akses
Tentunya, validasi DNA bukan tanpa hambatan. Biaya laboratorium, keterbatasan sumber daya manusia, hingga kualitas sampel kerap menjadi kendala. Namun, teknologi DNA kini semakin berkembang. Metode seperti environmental DNA (eDNA) bahkan memungkinkan identifikasi spesies dari jejak genetik di air atau tanah, tanpa harus menangkap hewan secara langsung.
Meski menjanjikan, validasi DNA masih menghadapi kendala: biaya tinggi untuk peralatan dan pelatihan, kualitas sampel yang sering rusak atau terkontaminasi, dan ketersediaan database referensi DNA yang masih terbatas untuk satwa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun, dengan dukungan lembaga seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah (DPKI), pengembangan laboratorium DNA dan pelatihan sumber daya manusia dapat dipercepat.
Para ahli sepakat: yang terbaik adalah menggabungkan kedua metode. Morfologi tetap berguna untuk identifikasi cepat dan lapangan, sementara DNA memberikan kepastian untuk kasus-kasus kritis. Pendekatan integratif ini sudah diterapkan di banyak negara dan mulai dikembangkan di Indonesia.
Masa Depan Identifikasi Spesies: Real-Time DNA Sequencing
Teknasi terbaru seperti portable DNA sequencer memungkinkan analisis genetik di lapangan—bahkan di hutan atau laut. BRIN dan DPKI dapat memanfaatkan inovasi ini untuk memetakan keanekaragaman hayati Indonesia dengan lebih cepat dan akurat.
Morfologi tetap memiliki peran penting, terutama karena murah dan mudah diakses. Namun, di era ketika konservasi, kesehatan publik, dan ekonomi saling terkait, validasi DNA tidak lagi bisa ditunda.
ADVERTISEMENT
Bagi Indonesia, negara dengan kekayaan hayati luar biasa, menguatkan riset DNA berarti melindungi masa depan biodiversitas sekaligus menyiapkan fondasi bagi ketahanan ekologi dan ekonomi.
Seperti yang disimpulkan para peneliti, integrasi morfologi dan DNA adalah jalan terbaik—tetapi urgensi DNA hari ini jauh lebih mendesak untuk menjawab tantangan zaman.

