Konten dari Pengguna

Bijak Menggunakan Kata "Maaf"

Denni Candra
Membaca ~ Menulis ~ Menginspirasi, Founder Komunitas Sahabat Aksara, Penulis Buku #BreakTheLimits & #WeAreMasterpiece, www.dennicandra.com
27 Juli 2017 14:37 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Denni Candra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bijak Menggunakan Kata "Maaf"
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pada akhir pekan kemarin saya punya janji untuk bertemu seorang kawan di sebuah cafe. Kami rencananya akan membahas mengenai penawaran pelatihan yang diminta oleh sebuah instansi pemerintahan. Awalnya disepakati kalau kami akan bertemu pada pukul 8 pagi sekalian sambil minum kopi dan sarapan, karena memang sudah lama tidak bertemu dan silaturrahmi. Namun pada hari yang sudah disepakati tersebut, saya tunggu sampai jam 10 tidak ada tanda-tanda kalau kawan tersebut akan datang. Padahal kopi yang saya pesan sudah tinggal ampas dan sarapan yang dihidangkan oleh pelayan cafe tersebut juga sudah habis tanpa sisa.
ADVERTISEMENT
Saat rasa kesal sudah memuncak dan bergemuruh dalam hati, sebuah getaran halus serta bunyi nada sebagai tanda pesan masuk di handphone membuyarkan itu semua. “Maaf, aku gak bisa datang. Kemarin aku lupa kalau hari ini ada janji juga dengan klien bisnis yang tidak bisa ditunda. Sekali lagi maaf ya?”
Maaf.... (Foto: bykst)
zoom-in-whitePerbesar
Maaf.... (Foto: bykst)
Maaf ...!!!
Itulah kata yang begitu hebat dan gampangnya kita ucapkan dan luncurkan kepada orang lain yang mungkin secara sadar kita tahu kalau mereka telah kita kecewakan serta rugikan. Terkadang tanpa kita sadari hal tersebut sering kita lakukan untuk menutupi berbagai kesalahan yang telah kita lakukan. Kita sering beralasan, “ntar kan bisa minta maaf ...?”
Namun apakah benar kalau kata “maaf” tersebut bisa menyelesaikan semua permasalahan? Bisakah kata sakti tersebut mengembalikan segala kerugian, rasa kecewa serta kekesalan yang begitu membuncah dalam perasaan orang-orang yang telah kita zalimi tersebut? Dan yang lebih penting lagi, bisakah kata andalan tersebut mengembalikan kredibilitas dan memulihkan citra diri kita dihadapan orang-orang yang telah kita kecewakan?
ADVERTISEMENT
Satu hal yang mesti kita ketahui, bahwa tidak ada luka hati dan perasaan kecewa yang bisa diobati dengan apa pun. Bahkan tidak terkecuali dengan kata sakti “maaf” tersebut. Kalau pun permintaan maaf yang kita sampaikan tersebut mampu memperbaiki keadaan yang terjadi, namun percayalah bahwa masih ada tersisa rasa perih yang susah untuk disembuhkan. Ibarat kita menancapkan paku ke dinding beton, walaupun paku tersebut telah kita cabut tetapi bekasnya tetap akan tertinggal. Rasa sakit serta perasaan tidak dihargai itu akan tetap bersemi dalam jiwa.
Seperti kata pepatah waktu kita sekolah dulu “sekali lancung ke ujian seumur hidup orang tidak percaya”. Walau pun hanya sekali kita tidak menepati janji untuk bertemu, maka akan tetap dicap sebagai orang yang tidak bisa memegang komitmen serta tidak bisa menghargai orang lain. Sekali saja kita pernah membatalkan kesepakatan tanpa alasan yang jelas dan masuk akal, maka semua orang akan memberi cap buruk kepada kita sebagai orang yang tidak bisa diajak bekerjasama.
ADVERTISEMENT
Jadi bijaklah dalam menggunakan kata "maaf" ...!!!
Salam #SahabatAksara
Denni Candra ~ www.dennicandra.com