Ancaman Bagi Dunia Jika AS Keluar dari Kesepakatan Iklim Paris

2 Juni 2017 10:42 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat terjadi badai debbie. (Foto: Reuters/Dan Peled)
Keputusan Donald Trump menarik Amerika Serikat dari perjanjian iklim Paris meresahkan banyak orang. Pasalnya, yang jadi pertaruhan dari langkah Trump ini adalah masa depan dunia.
ADVERTISEMENT
Perjanjian Paris pada 2015 memang tidak mengikat, hanya berisi komitmen negara-negara dalam mengurangi pembuangan karbondioksida hingga 117 miliar ton ke udara pada 2030. Namun dampaknya akan sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia.
Karbondioksida adalah hasil pembakaran batu bara, minyak, gas, yang menguap ke udara dan bertahan di atmosfer selama 100 tahun sebelum terurai. Karbondioksida menyelimuti bumi dan memerangkap panas di bawah atmosfer, atau yang dikenal dengan efek rumah kaca.
Donald Trump. (Foto: Reuters/Kevin Lamarque)
Efek rumah kaca terbentuk sejak Revolusi Industri tahun 1800-an. Sejak saat itu, suhu dunia semakin memanas. Tiga tahun terakhir, suhu dunia mencapai yang terpanas dalam sejarah.
Panas bumi memicu mencairnya Arktik dan Antartika, menyebabkan peningkatan volume permukaan laut. Selain itu pola pertumbuhan tanaman dan migrasi hewan juga berubah karena musim dingin yang semakin pendek. Di sisi lain, cuaca ekstrem terjadi di bagian bumi lainnya, memicu banjir dan kekeringan parah.
ADVERTISEMENT
Perjanjian Paris bertujuan mengurangi pemanasan bumi hingga 2 derajat Celcius sejak dimulainya Revolusi Industri.
Apa hubungannya dengan AS?
Dalam hal perubahan iklim, AS berperan besar. Negara Trump ini adalah pembuang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia setelah China.
Dalam kesepakatan yang ditandatangani Barack Obama pada 2015, AS berkomitmen mengurangi emisi gas buang hingga 28 persen pada 2025, atau sekitar 1,6 miliar ton dari emisi tahunan.
Kelaparan di Somalia (Foto: Reuters)
AS hingga saat ini belum berbuat banyak untuk memenuhi komitmen mereka, sementara China sudah lebih serius mengurangi emisi. China negara polutan nomor satu dunia berhasil mengurangi emisi gas buang mereka satu dekade lebih cepat dari yang direncanakan.
ADVERTISEMENT
Para peneliti mengatakan dampaknya akan buruk jika AS keluar dari perjanjian di Paris. Menurut profesor meteorologi dari University of Oklahoma Jason Furtado kepada Associated Press, tanpa keikutsertaan AS upaya dunia menghindari peningkatan suhu bumi sebanyak 2 derajat akan mustahil.
Dalam sebuah simulasi komputer, jika hanya AS yang tidak ikut dalam perjanjian Paris, sementara negara-negara lain berhasil memenuhi target pengurangan emisi, maka AS akan menyebabkan peningkatan suhu bumi 0,3 derajat Celcius.
Suhu yang lebih tinggi berarti bencana alam yang lebih besar, seperti peningkatan permukaan air laut, banjir di kota-kota pesisir, kekeringan parah, gelombang tinggi, gagal panen, dan badai yang lebih besar.