Dari IRA Hingga ISIS, Ancaman Tak Berkesudahan Bagi Inggris

23 Maret 2017 13:56 WIB
ADVERTISEMENT
Garis polisi di sekitar Gedung Parlemen Inggris. (Foto: REUTERS/Stefan Wermuth)
Serangan teroris di London yang menewaskan lima orang dan melukai 40 lainnya Rabu kemarin menjadi pengingat bahwa ancaman keamanan terhadap Inggris masih berlanjut. Sejak tahun 1800-an hingga sekarang, Inggris masih menjadi sasaran serangan teroris, mulai dari separatis hingga kelompok radikal.
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 1970-an hingga 2000-an, ancaman terbesar Inggris datang dari Tentara Republik Irlandia atau IRA, yang menginginkan Inggris mengakhiri kekuasaan di Irlandia Utara dan penyatuan Irlandia.
IRA secara formal berdiri pada 1917, berisikan para relawan Irlandia yang menolak masuk ketentaraan Inggris pada Perang Dunia I. Seiring berjalannya waktu, kelompok ini menghalalkan kekerasan untuk mengintimidasi Inggris agar melepas Irlandia Utara.
Tentara IRA (Foto: wikimedia commons)
Kelompok ini kerap melancarkan serangan bom di beberapa wilayah Inggris, seperti London dan Irlandia Utara. Salah satu serangan paling mematikan dikenal dengan pengeboman Omagh tahun 1998, menewaskan 29 orang dan melukai 220 lainnya di Tyrone, Irlandia Utara.
ADVERTISEMENT
Di tahun 1980-an, serangan IRA juga menghantui London. Salah satunya pada Juli 1982 dalam pengeboman yang menewaskan 11 orang dan melukai 50 lainnya.
Sepanjang tahun 1990-an, ancaman Inggris kebanyakan berasal dari IRA. Pada tahun 1993, IRA mengebom wilayah finansial Bishopgate yang melukai 44 orang dan menewaskan 1 orang.
Tahun 1996, IRA meledakkan bom seberat truk 1.500 kg di Manchester. Ini adalah bom terbesar yang meledak di Inggris sejak Perang Dunia II, merugikan Inggris hingga miliaran pound sterling.
Pengeboman oleh IRA di Inggris, 1984 (Foto: commons wikimedia)
Sedikitnya 200 orang terluka, namun tidak ada yang tewas dalam peristiwa ini. Pasalnya sekitar 90 menit sebelum bom meledak, IRA menelepon soal rencana pengeboman itu. Sebanyak 7.500 orang dievakuasi.
ADVERTISEMENT
IRA mulai sedikit "jinak" setelah dicapai kesepakatan damai tahun 1998 dengan Inggris. Namun sempalan-sempalan IRA masih berulah di beberapa wilayah negara itu.
Konflik dengan IRA dengan Inggris sejak 1960-an telah menewaskan 3.600 orang, termasuk di antaranya 1.000 tentara Inggris.
Di awal 2000-an, ancaman bagi Inggris tidak hanya berdatangan dari kelompok separatis, tapi juga kelompok radikal sayap kanan dan Al-Qaidah. Serangan terbesar di Inggris terjadi pada 7 Juli 2005.
7/7 Bombing (Foto: commons wikimedia)
Dalam peristiwa yang dikenal dengan pengeboman 7/7 ini, empat orang simpatisan al-Qaidah meledakkan diri dengan bom rakitan di tiga gerbong kereta bawah tanah dan sebuah bus di jam sibuk London. Serangan ini menewaskan 52 orang dan melukai 700 lainnya.
ADVERTISEMENT
Serangan pendukung Al-Qaidah terjadi beberapa kali di Inggris pada tahun 2000-an, salah satunya adalah upaya serangan bunuh diri Kafeel Ahmed ke Bandara Glasgow pada 2007. Ahmed menabrakkan mobil Jeep yang terbakar ke bandara tersebut. Insiden ini menewaskan Ahmed dan melukai lima orang lainnya.
Pada tahun 2013, tentara Inggris Lee Rigby dibunuh di London oleh dua simpatisan al-Qaidah, Michael Adebolajo dan Michael Adebowale. Kedua pelaku mencoba memenggal kepada Rigby di tengah jalan sebelum ditembak oleh polisi. Pengadilan Inggris memvonis keduanya dengan hukuman seumur hidup.
Setelah ISIS mengumumkan kekhalifahan di tengah konflik Suriah pada 2014, ancaman terhadap Inggris bertambah satu. Inggris diincar ISIS setelah bergabung dengan koalisi tempur udara AS di Suriah dan Irak.
ADVERTISEMENT
Lee Rigby (Foto: flickr)
Salah satu serangan yang dimotivasi ISIS terjadi di stasiun kereta bawah tanah Leytonstone, London. Pelaku yang bernama Muhiddin Mire menikam penumpang kereta sambil berteriak soal balas dendam untuk Suriah. Tiga orang terluka dan pelaku berhasil dibekuk.
Belum ada klaim dari ISIS bahwa serangan di London pekan ini dilakukan oleh simpatisan mereka. Identitas maupun motif pelaku masih belum diketahui. Namun melihat motifnya, yaitu menabrakkan mobil, mirip dengan serangan ISIS lainnya di Jerman dan Prancis yang menewaskan lebih dari 90 orang.
Inggris sendiri salah satu negara yang paling banyak menerima ancaman dari ISIS selama 18 bulan terakhir. Anggota ISIS dari Inggris adalah kedua terbanyak setelah Prancis di Suriah dan Irak.
ADVERTISEMENT
Menurut penyidik terorisme Inggris Max Hill pada akhir Februari lalu, tingkat ancaman ISIS terhadap Inggris saat ini mirip dengan IRA di puncak ketegangan separatisme di tahun 1970-an. ISIS dan IRA, kata Hill, sama-sama mengincar nyawa warga sipil yang tidak berdosa.
"Tidak diragukan lagi ada risiko yang besar, sebesar ancaman yang terjadi di London pada 1970-an," kata Hill.