Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Gas Kimia Pembantai Rakyat Suriah Tidak Dikenali Jenisnya
5 April 2017 15:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Senjata kimia kembali digunakan rezim Bashar al-Assad untuk membantai rakyat Suriah. Namun dalam serangan kali ini, pekerja medis tidak dapat memastikan jenis senjata kimia yang digunakan.
ADVERTISEMENT
Sedikitnya 58 orang tewas, 11 di antaranya anak-anak, dalam serangan senjata kimia di wilayah Khan Sheikhoun wilayah provinsi Idlib yang dikuasai pejuang oposisi. Ahli pulmonologi di rumah sakit Khan Sheikhoun, Abdulhaj Tennari, mengaku tidak mengetahui jenis senjata kimia apa yang digunakan kali ini.
Pasalnya menurut Tennari, kondisi pasien-pasiennya lebih parah dibanding para korban paparan senjata kimia gas klorin sebelumnya. Ditambah lagi, penawar racun kimia untuk kasus ini, yaitu Pralidoxem, kian menipis pasokannya.
Kebanyakan korban meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. "Jika mereka sampai ke rumah sakit, kami bisa merawatnya," ujar Tennari.
Ahli Radiologi, Mohammed Tennari, mengatakan bahwa serangan kimia kali ini lebih parah ketimbang serangan serupa yang menggunakan klorin silinder.
ADVERTISEMENT
"Sejujurnya, kami tidak pernah melihatnya sebelumnya. Dalam kasus sebelumnya, lukanya tidak seberapa parah," kata Mohammed.
Mohammed yang pernah bersaksi di PBB tahun 2015 atas penggunaan senjata kimia baru oleh rezim Suriah mengaku mencium bau klorin dalam serangan Selasa kemarin. Tapi, kata dia, ada campuran lain yang tidak diketahuinya, sebuah "gas beracun yang menyebabkan kematian."
Mohammed Hassoun, seorang aktivis media di kota Sarmin, selemparan batu dari Khan Sheikhoun, mengatakan para dokter meyakini serangan itu menggunakan lebih dari satu gas beracun.
"Gas klorin tidak menyebabkan kejang (konvulsi). Ada 18 korban yang kritis saat ini. Mereka tidak sadarkan diri, kejang dan ketika diberi oksigen, darah keluar dari hidung dan mulut," kata Hassoun.
ADVERTISEMENT