Jokowi, Laksamana Cheng Ho, dan Jutaan Umat Islam di China

15 Mei 2017 15:20 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Jokowi berdoa di Masjid Niujie, Beijing, China. (Foto: Dok. Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi berdoa di Masjid Niujie, Beijing, China. (Foto: Dok. Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)
Presiden Joko Widodo kaget mendengar ada puluhan juta orang di China yang beragama Islam. Bahkan di negara itu ada puluhan ribu masjid.
ADVERTISEMENT
Keterkejutan ini disampaikan Jokowi saat bertemu dengan Presiden Asosiasi Muslim China di Masjid Niujie, Beijing, Minggu lalu.
Ada sekitar 23 juta Muslim di China, masjid di negara itu sebanyak 23 ribu unit. Di Beijing sendiri ada 70 masjid.
"Terus terang saya baru tahu dan sangat kaget karena ini jumlah yang saya kira tidak sedikit," kata Jokowi saat itu.
Keheranan Jokowi bukannya tanpa sebab. Pasalnya China saat ini di bawah bayang-bayang Partai Komunis yang tidak mengenal agama.
Namun di masa lalu, Islam bukan hal yang aneh di China. Bahkan seorang petinggi dinasti China ada yang beragama Islam, dia adalah Laksmana Cheng Ho.
ADVERTISEMENT
Nama Laksmana Cheng Ho harum karena dianggap turut membantu penyebaran Islam di Indonesia. Cheng Ho membangun komunitas China Muslim di Palembang, pesisir Jawa, Malaysia dan Filipina.
Laksamana Cheng Ho. (Foto: chengho.org)
zoom-in-whitePerbesar
Laksamana Cheng Ho. (Foto: chengho.org)
Cheng Ho adalah putra kedua dari sebuah keluarga Muslim di Kunyang, Yunnan, yang lahir tahun 1300-an. Namanya saat lahir adalah Ma He, atau Muhammad dalam bahasa China.
Nenek moyangnya adalah Sayyid Ajjal Shams al-Din Omar, pejabat Kekaisaran Mongol dan menjadi gubernur di Yunan pada awal pemerintahan Dinasti Yuan. Di masa Dinasti Yuan di abad ke-11, Islam di China tengah berkembang dan Muslim menempati posisi penting di pemerintahan.
Islam diyakini masuk ke China di tahun 600-an saat Khalifah Utsman bin Affan mengirim Sa'ad bin Abi Waqqas untuk berdakwah ke China, sekitar 20 tahun setelah Nabi Muhammad wafat.
ADVERTISEMENT
Rombongan sahabat Nabi itu disambut dengan hangat oleh Kaisar China Yung Wei, pemimpin Dinasti Tang. Yung Wei tidak masuk Islam setelah didakwahi oleh Sahabat, namun dia kagum akan ajaran agama ini dan mendirikan Masjid Kanton sebagai bentuk penghargaan.
Berikutnya penyebaran Islam di China dilakukan oleh pedagang dari Arab. Pada Dinasti Sung, umat Muslim menguasai ekspor dan impor China. Kondisi ini terus berkembang hingga pemerintahan Mongolia dan Dinasti Yuan.
Masjid Niujie di Beijing, China. (Foto: Smartneddy via Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Niujie di Beijing, China. (Foto: Smartneddy via Wikimedia Commons)
Saat Republik China terbentuk usai runtuhnya Dinasti Manchu pada 1911, Muslim Tiongkok mulai membuka diri ke dunia luar. Di masa itu, banyak Muslim China dari etnis Hui kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo, dan organisasi Muslim China didirikan di Beijing.
ADVERTISEMENT
Namun Islam di China mengalami kemunduran pada Revolusi Budaya di zaman pemerintahan Partai Komunis yang mendirikan Republik Rakyat China pada 1949. Saat itu Partai Komunis menuding umat beragama, termasuk Muslim, telah meyakini "takhayul" dan menyebarkan "tren anti-sosial."
Rumah ibadah seperti masjid, gereja, kuil, dan kelenteng dihancurkan oleh Tentara Merah dan pendukungnya kala itu. Saat ini, konflik antara pemerintah dan masyarakat Muslim China dikabarkan kerap pecah di provinsi Xinjiang.
Di tengah era globalisasi saat ini pemerintah China ingin agar negaranya dipandang sebagai tempat yang terbuka bagi semua agama. Jokowi dalam kunjungannya ke masjid di Beijing mengaku bahagia karena umat Islam Indonesia di China diperhatikan dan diperlakukan dengan baik oleh pemerintah setempat.
ADVERTISEMENT
"Saya sangat senang dan bahagia umat Muslim Indonesia di Tiongkok ini sangat didukung dan diberikan ruang yang sangat baik oleh pemerintah Tiongkok," kata Jokowi.