Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Rolls-Royce Minta Maaf Telah Melakukan Suap
19 Januari 2017 16:58 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT

Perusahaan Rolls-Royce asal Inggris menyatakan permintaan maaf atas praktik suap yang mereka lakukan di berbagai negara, termasuk Indonesia, selama puluhan tahun. Permintaan maaf disampaikan dalam pernyataan resmi Rolls-Royce pada Selasa (17/1).
ADVERTISEMENT
“Perbuatan yang terungkap dalam tindakan investigasi oleh Serious Fraud Office (SFO) dan para pihak berwenang lainnya sama sekali tidak dapat diterima dan kami memohon maaf sebesar-besarnya," kata Warren East, Presiden Direktur Rolls-Royce.
Indonesia adalah satu dari tujuh negara yang disebut SFO telah menerima suap dari broker Rolls-Royce untuk pengadaan mesin pesawat. Selain Indonesia, negara lainnya adalah Thailand, India, Rusia, Nigeria, China dan Malaysia. Penyelidikan suap Rolls- Roycejuga dilakukan oleh Amerika Serikat dan Brasil.
Dalam dokumen SFO, praktik suap Rolls-Royce telah berlangsung sejak tahun 1980-an, di masa Orde Baru . Kasus suap Rolls-Royce menyeret nama Emirsyah Satar, Mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia, yang diduga menerima suap terkait pengadaan mesin untuk Airbus A330.
ADVERTISEMENT

SFO menyatakan Rolls-Royce gagal mencegah penyuapan kendati mengetahuinya dan menganggap praktik itu "tidak etis". East mengatakan, praktik itu tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Rolls-Royce
"Hal ini sama sekali tidak layak dibandingkan dengan apa yang menjadi prinsip Rolls-Royce, dan apa yang diharapkan oleh semua karyawan, pelanggan, investor, dan para mitra kami," kata East.
East juga menegaskan praktik itu tidak lagi mereka lakukan saat ini.
"Praktik-praktik terdahulu yang telah terungkap tidak mencerminkan sikap bagaimana Rolls-Royce melakukan bisnisnya sekarang. Kami sekarang melakukannya sendiri dengan cara yang pada dasarnya berbeda. Kami memiliki nol toleransi terhadap pelanggaran apa pun,” tegas dia lagi.
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara diresmikan Senin (24/2). Danantara dibentuk sebagai superholding BUMN dengan tujuan mengoptimalkan kekayaan negara melalui investasi strategis. Aset yang dikelola Rp 14.659 triliun.