Segitiga Bermuda dan Misteri yang Menyelimutinya

17 Mei 2017 12:09 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Segitiga bermuda di Amerika Latin (Foto: Wikimedia Commons )
zoom-in-whitePerbesar
Segitiga bermuda di Amerika Latin (Foto: Wikimedia Commons )
Nama Segitiga Bermuda kembali mencuat pekan ini setelah sebuah pesawat hilang misterius. Pesawat pribadi berpenumpang lima orang itu raib tanpa penjelasan.
ADVERTISEMENT
Sejak lama, nama Segitiga Bermuda berkonotasi negatif dengan kesan angker yang menyelimutinya. Lebih dari 1.000 kapal dan pesawat yang hilang tanpa alasan yang jelas di perairan antara Florida, Bermuda, dan Puerto Rico ini dalam 5 abad terakhir.
Dirunut dari sejarahnya, reputasi buruk Segitiga Bermuda bermula dari pengakuan Christopher Columbus. Berdasarkan catatan pribadinya tertanggal 8 Oktober 1492, Columbus mengaku kompas miliknya tiba-tiba rusak saat melintasi perairan seluas 500 ribu mil persegi ini.
Dalam pelayaran pertama Columbus menuju Dunia Baru itu, dia juga mengaku menyaksikan bola api yang jatuh ke laut Segitiga Bermuda, lalu beberapa pekan setelahnya, dia melihat cahaya aneh di kejauhan.
Para ahli menduga yang disaksikan Columbus kala itu adalah meteor jatuh.
ADVERTISEMENT
Christopher Columbus (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Christopher Columbus (Foto: Wikimedia Commons)
Kisah hilangnya pesawat di Segitiga Bermuda baru memantik perhatian publik di abad ke-20. Salah satu yang paling menarik perhatian hilangnya kapal kargo Angkatan Laut AS, USS Cyclops pada tahun 1918. Kapal sepanjang 600 meter dan berawak 300 orang itu tenggelam tiba-tiba di Segitiga Bermuda.
USS Cyclops tidak pernah mengirim sinyal SOS dan bangkainya tidak pernah ditemukan. Pada tahun 1941, dua kapal AL AS lainnya juga hilang misterius di jalur yang sama.
Kasus besar lainnya terjadi pada Desember 1945. Saat itu lima pesawat pengebom militer AS yang membawa 14 orang terbang dari Fort Lauderdale untuk latihan penyerangan lepas pantai.
Tiba-tiba kompas mereka rusak. Lima pesawat ini kemudian terbang tak tentu arah hingga kehabisan bahan bakar dan jatuh di laut. Di hari yang sama, kapal pencari berisi 13 kru juga hilang tanpa jejak.
ADVERTISEMENT
Pesawat MU-2B (Foto: x-aviation.com)
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat MU-2B (Foto: x-aviation.com)
Perhatian terhadap Segitiga Bermuda bermula pada 1950 setelah Edward Van Winkle Jones menulis di Associated Press. Jones dalam tulisan itu mengumpulkan kasus-kasus hilang misterius di Segitiga Bermuda, yaitu sekitar 135 pesawat.
Teori-teori lantas bermunculan, mulai dari medan magnet, benteng setan, lubang hitam, hingga alien.
Salah satu teori aneh dimulai oleh M. K. Jessup melalui bukunya "The Case for the UFO" pada 1955. Namun istilah "Segitiga Bermuda" sendiri baru muncul pada 1964, dibuat oleh Vincent H. Gaddis dalam artikelnya di sebuah majalah. Hingga tahun 1970-an, demam misteri Segitiga Bermuda mencapai puncaknya dengan banyaknya tulisan dan buku yang mengupasnya, salah satunya "The Bermuda Triangle" oleh Charles Berlitz.
Namun berbagai teori itu dipatahkan oleh Larry Kusche dalam tulisannya pada buku "The Bermuda Triangle Mystery: Solved" tahun 1975. Menurut dia, para penulis teori-teori itu melebih-lebihkan dan tidak punya bukti-bukti yang kuat.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi kapal laut berpenumpang. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kapal laut berpenumpang. (Foto: Pixabay)
Kusche melanjutkan, insiden di Segitiga Bermuda tidak ubahnya insiden serupa di banyak samudera di seluruh dunia. Negara-negara mengamini Kusche, di antaranya adalah Amerika Serikat yang menolak istilah Segitiga Bermuda.
Segitiga Bermuda saat ini masih menjadi daerah dengan lalu lintas kapal dan pesawat terpadat di dunia. Ini adalah jalur pelayaran penting bagi kapal dagang menuju pelabuhan Amerika, Eropa dan Kepulauan Karibia.
"Dalam peninjauan dari kapal dan pesawat yang hilang di wilayah itu selama bertahun-tahun, tidak ditemukan penyebab lain selain sebab fisik. Tidak ada faktor luar biasa yang teridentifikasi," kata pernyataan Polisi Laut Amerika Serikat kala itu.