Yang China Butuh: Revolusi Bertoilet, Paling Tidak Edukasi Soal Flush

Denny Armandhanu
Pernah jadi editor @Kumparan.
Konten dari Pengguna
28 November 2017 9:34 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Denny Armandhanu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Yang China Butuh: Revolusi Bertoilet, Paling Tidak Edukasi Soal Flush
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Peringatan -- Jangan baca tulisan ini sambil makan. Not for the faint hearted.
ADVERTISEMENT
----------------------
Sebenarnya cerita itu sudah banyak saya dengar. Tapi ternyata lebih ngeri ketika melihatnya langsung, dan memang benar, mengerikan, bikin terhenyak, terbelalak, mual.
Ini soal toilet umum di China.
Akhir Oktober lalu saya berkesempatan mengunjungi China, tepatnya Beijing dan Shanghai. Kedua kota ini jadi tujuan karena merupakan gambaran gamblang dari kemajuan ekonomi negara itu.
Dengan bangganya pemerintah China menunjukkan kemajuan kedua kota ini kepada para wartawan dari Indonesia. Apalagi Shanghai, yang tumbuh dari desa nelayan bau amis jadi metropolitan dengan gedung kedua tertinggi di dunia.
Tidak ada yang bisa dipungkiri dari hal itu. Beijing dan Shanghai memang maju pesat. Jalanan kotanya bersih, trotoarnya rapih, tata kotanya apik, dan sistem transportasinya canggih.
ADVERTISEMENT
Lantas bagaimana dengan toilet umumnya?
Semenjak di Indonesia saya mendengar kabar miring soal kotornya toilet umum di Beijing. Dari bau pesing hingga kakus yang masih ada hajatnya. Menjijikkan pokoknya.
Dan saya membuktikannya langsung.......bahwa kabar itu benar adanya.
Maafkan bila saya akan terlalu detail menjelaskannya, tapi ini penting demi kemaslahatan kita semua.
Toilet umum di Beijing memang modern, berkeramik, dan rapih tertata. Tapi ketika masuk, bau pesing menyeruak dibarengi dengan bau tinja dan suara "rentetan tembakan" di dalam bilik.
Jika saja bukan karena ingin kencing yang tak tertahankan, ingin rasanya segera angkat kaki dari situ.
Kemudian saya melakukan tindakan yang saya sesali sangat: Membuka salah satu bilik.
ADVERTISEMENT
Di dalamnya terdapat kakus jongkok khas China, di pinggirnya ada tempat sampah kecil. Di dalam kakus itu, astagfirulloh, ada tahi teronggok, tercecer, seakan berebut ingin keluar dengan memanjat dinding kakus.
Sialnya lagi, mata saya bergerak ke dalam tong sampah. Di dalamnya beragam tisu bekas tinja, berwarna cokelat dan entah warna apalagi itu. Segera saya tutup kencang-kencang bilik itu, mual saya, mau muntah.
Tapi seperti kata orang Jawa, semua itu ada "untungnya". Untung saya lelaki. Jika perempuan, tidak ada pilihan lain selain pakai bilik tersebut. Menurut kabar yang saya dengar dari kolega wanita saya, di toilet perempuan bahkan lebih menakutkan. Ibu di "Pengabdi Setan" kalah seram.
Begini toilet umum perempuan di Beijing: Selain toilet tidak di-flush, di dalam tong sampah juga banyak terdapat pembalut tidak tercuci, memerah. Kaget betul mereka ketika lihat para wanita China asyik-masyuk buang hajat sementara pintu bilik terbuka lebar, aurat kemana-mana.
ADVERTISEMENT
Apes, Oktober adalah peralihan menuju musim dingin, suhu sekitar 10-15 derajat, bikin pingin kencing terus. Mau tidak mau kami harus "bertarung" dengan pemandangan itu.
Ini ditemui hampir semua toilet umum yang saya masuki. Di tempat wisata, restoran, gedung pemerintah, bahkan kampus ternama sekalipun. Ampun!
Perkara hajat yang tidak ikhlas masuk lubang wc ternyata disadari juga oleh warga China sendiri. Menurut mereka ini adalah kebiasaan buruk yang memalukan bagi negara.
Wang Ruilu, seorang warga Beijing yang saya tanya mengaku selalu menyiram toilet setelah kelar. Dia mengatakan mungkin orang yang tidak mem-flush mengira itu adalah toilet otomatis.
"Atau mereka mengira handle untuk flush kotor. Atau mereka cuma malas, mungkin," kata Wang.
Warga China lainnya, Andrew --yang juga mengaku selalu menyiram toilet-- mengatakan pemakai toilet umum mungkin mengira "mem-flush bukan urusan mereka."
ADVERTISEMENT
"Saya rasa mereka mengira itu [siram toilet] bukan urusan mereka. Kau tahu, kami mempekerjakan orang untuk membersihkannya," kata dia.
Entahlah.
Taruhlah China memang sedang merevolusi toilet mereka, dicanangkan sendiri oleh Presiden Xi Jinping pada 2015. Keluar kocek triliunan rupiah, China memperbarui dan memodernisasi toilet mereka.
Badan Wisata China menurut berita kumparan ini bahkan berencana membangun dan memperbaiki 64 ribu toilet antara 2018 dan 2020. Selama tiga tahun terakhir, China telah merenovasi lebih 68 ribu toilet.
Tapi apalah gunanya toilet yang modern sementara pemakainya masih berpikiran tradisional: buka celana, berekskresi, pakai celana, berlalu.
Mungkin sebelum merevolusi rupa toilet, pemerintah China seharusnya lebih dulu merevolusi mental bertoilet. Edukasi soal buang air kecil maupun besar itu penting.
ADVERTISEMENT
Jangan sampai gara-gara toilet, muka merah di mata internasional.
"Semoga lain kali masyarakat saya akan lebih baik saat kamu ke China lagi," kata Andrew, malu.