Konten dari Pengguna

Desa Ngerangan, Tempat Lahirnya Kuliner Angkringan

Denny Kristianto Mukti Stefanus
Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan "Veteran" Yogyakarta
12 Januari 2024 12:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Denny Kristianto Mukti Stefanus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi angkringan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi angkringan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Angkringan merupakan salah satu kuliner yang digemari masyarakat karena harganya bisa dibilang merakyat sehingga kerap kali digunakan untuk nongkrong para kawula muda hingga bapak-bapak. Kuliner yang identik dengan gerobak dan aneka sate-satean ini, seringkali dianggap berasal dari Kota Yogyakarta karena hampir di setiap sudut Kota Yogyakarta gerobak angkringan selalu ada.
ADVERTISEMENT
Terlebih, adanya petikan puisi dari Joko Pinurbo yang menguatkan anggapan tersebut “Jogja terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan.”
Monumen angkringan pikul di Desa Ngerangan, Klaten, Jawa Tengah.
Namun, sejatinya angkringan berasal dari salah satu desa yang terletak di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Desa Ngerangan, menjadi saksi bisu lahir dan berkembangnya kuliner angkringan. Angkringan dapat dengan mudah ditemui di sepanjang jalan menuju Desa ini, ada pula monumen angkringan pikul yang semakin menegaskan bahwa angkringan lahir dari desa ini. Selain itu, terdapat museum angkringan yang didirikan secara swadaya oleh masyarakat Desa Ngerangan.
Museum angkringan yang terletak di Desa Ngerangan ini menyimpan berbagai bukti sejarah mengenai cikal bakal lahirnya angkringan. Mulai dari adanya replika angkringan pikul atau biasa disebut dengan terikan hingga berbagai merek teh yang biasa digunakan untuk membuat racikan teh khas angkringan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, terdapat pula daftar warga Desa Ngerangan yang merantau untuk berjualan angkringan. Museum yang terletak di Dusun Sawit ini dapat dikatakan masih baru karena baru didirikan pada tahun 2020 dengan memanfaatkan salah satu rumah milik warga.
Surono merupakan salah satu pengelola dan perintis museum angkringan di Desa Ngerangan, Klaten, Jawa Tengah.
Salah satu orang yang menggagas dan mengelola museum ini adalah Sarono. Menurut penuturan Sarono, sejarah angkringan berawal dari seorang pemuda Dusun Sawit bernama Karso Djukut atau biasa dikenal dengan Mbah Jukut. Sejak masih berusia 15 tahun Mbah Djukut ditinggal oleh ayahnya sehingga untuk memenuhi kebutuhan adik-adiknya ia harus bekerja keras.
Kemudian seorang juragan terikan bernama Mbah Wono mengajak Mbah Djukut untuk ikut belajar dan berjualan terikan. lambat laun angkringan pikul atau terikan ini berkembang menjadi sebuah gerobak angkringan, Mbah Djukut kemudian mengajak salah satu warga Dusun Sawit bernama Mbah Wiryo Jeman untuk mengembangkan kuliner di Kota Solo. Pada akhirnya kuliner angkringan ini mulai diterima oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Angkringan pada akhirnya mempunyai makna yang besar bagi masyarakat di Desa Ngerangan karena lewat angkringan mereka dapat memperoleh kehidupan lebih layak dari segi ekonomi. Selain itu, warga Desa Ngerangan juga merasa bangga karena kini angkringan telah dikenal oleh masyarakat luas dan berdampak positif bagi masyarakat, serta para pelaku usaha kuliner angkringan.