Konten dari Pengguna

Wajah Baru Timnas Indonesia: Fenomena Pemain Naturalisasi dan Pemain Diaspora

Deri Rahmi
Nama saya Deri Rahmi. Saya merupakan Mahasiswa S1 UIN Malang prodi Bahasa dan sastra Arab. Sejak kecil, saya memiliki minat yang kuat di bidang olahraga, khususnya sepak bola, serta kegemaran membaca beberapa buku.
29 Oktober 2024 8:55 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Deri Rahmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Skuad timnas Indonesia pada laga melawan China dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia di Stadion Qingdao Youth Football pada Selasa (15/10/2024) malam. (Dok. PSSI)
zoom-in-whitePerbesar
Skuad timnas Indonesia pada laga melawan China dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia di Stadion Qingdao Youth Football pada Selasa (15/10/2024) malam. (Dok. PSSI)
ADVERTISEMENT
Timnas Indonesia kini dipenuhi oleh wajah-wajah baru yang membuat banyak orang tertarik. Nama-nama seperti Justin Hubner, Ivar Jenner, Rafael Struick, Jay Idzes, Nathan Tjoe-A-On, Thom Haye dan Marteen Paes sering menjadi sorotan.
ADVERTISEMENT
Namun, saat ini masih ada yang mempertanyakan fenomena ini, meskipun mereka telah menjadi warga negara Indonesia. Sebelum itu kita akan sedikit membahas faktor-faktor apa yang memungkinkan mereka bermain untuk negara kita.
Isu pemain naturalisasi dan pemain diaspora di timnas Indonesia merupakan topik yang sering diperdebatkan akhir-akhir ini. Masuknya mereka ke timnas Indonesia dianggap akan merugikan pemain lokal. Namun, pandangan ini perlu dikaji lebih dalam.

Apa Penyebab Adanya Pemain Naturalisasi dan Pemain Diaspora?

Sebenarnya banyak negara Asia seperti Indonesia dan bahkan negara-negara sepak bola besar Eropa lainnya yang telah melakukan hal ini dalam waktu yang lama.
Coach Justinus Lhaksana menanggapi hal ini dalam sebuah podcast nya di youtube, dan mengklarifikasi para pemain asing tersebut dengan 2 kategori, yaitu pemain naturalisasi dan pemain diaspora. Jadi apa yang membedakan keduanya?
ADVERTISEMENT
Pertama-tama apa itu pemain naturalisasi? Pemain naturalisasi adalah pemain yang awalnya tidak memiliki kewarganegaraan negara yang ingin dia bela, namun kemudian melalui proses formal barulah dia menjadi warga negara yang sah. Contohnya seperti Marteen Paes yang asalnya dari Belanda
Sedangkan pemain diaspora, gampangnya itu adalah pemain yang tinggal di luar negara asal mereka. Pemain diaspora biasanya memiliki nenek moyang yang bermigrasi dari Indonesia.
Meskipun mereka tinggal di luar negeri, tetapi pemain diaspora adalah mereka yang punya hubungan dengan Indonesia, baik karena mereka lahir di Indonesia atau memiliki keturunan Indonesia. Contohnya Ivar Jenner, Rafael Struick, dan Nathan Tjoe-A-On.
Bahkan pemain timnas Indonesia seperti Pratama Arhan, Asnawi Mangkualam, Ronaldo Kwateh dan yang terbaru ada Marselino Ferdinand yang bermain di klub Inggris, mereka adalah pemain diaspora karena sekarang berkarier di luar negeri.
Pratama Arhan pemain Suwon FC asal Indonesia. Berposisi sebagai bek kiri. (Dok. https://www.transfermarkt.co.id)
Ada banyak alasan mengapa orang pindah ke luar negeri. Alasan tersebut bisa bersifat pribadi, peluang karier, alasan ekonomi atau bahkan kondisi politik. Ada begitu banyak hal yang bisa kita pelajari jika kita pergi ke luar negeri, dan tidak semua orang berkesempatan untuk melakukannya.
ADVERTISEMENT
Warga diaspora sering kali memiliki akses ke pendidikan, teknologi, pengalaman, dan peluang kerja yang lebih baik di negara tempat mereka tinggal. Hal ini membantu mereka meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka, yang dapat berguna ketika mereka kembali ke negara asalnya.
Ketika tinggal di luar negeri, kita akan mendapatkan pengalaman internasional yang memperluas wawasan kita. Hal ini membuat kita lebih fleksibel dan terbuka terhadap perspektif dan budaya yang berbeda.
Sebagai contoh, kondisi Indonesia saat ini yang mencari pemain berpengalaman dan berkualitas dalam sepak bola. Tujuannya adalah untuk meningkatkan standar timnas Indonesia agar dapat bersaing di level dunia. Pada akhirnya, ini adalah untuk hal yang lebih baik.
Indonesia bukan satu-satunya negara yang punya warga diaspora di luar konteks olahraga. Contohnya seperti Cina yang sekarang kita kenal merupakan pemain utama dalam dunia bisnis, terutama di Asia Tenggara dan Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Mereka telah melakukan pekerjaan yang baik dalam membangun jaringan ekonomi yang kuat serta menghubungkan dunia dengan tanah leluhur mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pemain diaspora bukan hanya sekadar orang asing di negara lain. Mereka membawa pengaruh global dan tetap mempertahankan identitas budaya mereka.
Atau jika kita berbicara tentang Indonesia, siapa yang tidak mengenal B.J. Habibi, presiden ketiga Indonesia? Beliau menghabiskan sebagian besar hidupnya di luar negeri, terutama di Jerman, untuk belajar dan bekerja di bidang teknologi pesawat terbang sebelum kembali ke Indonesia.
Ketika kembali ke Indonesia, beliau membawa pengetahuan dan teknologi yang memiliki dampak besar bagi Indonesia, terutama dalam teknologi penerbangan. Saat ini kita melihat dimulainya era baru di mana warga diaspora tidak hanya di bidang teknologi penerbangan, tetapi juga di bidang lainnya.
ADVERTISEMENT
Di kancah internasional, mulai dari pemain sepak bola di lapangan hingga pebisnis di seluruh dunia, para warga diaspora Indonesia dapat menjadi kekuatan besar jika kita memberikan dukungan yang mereka butuhkan.

Nasib Pemain Lokal di Timnas Indonesia

Pada dasarnya, olahraga profesional adalah arena kompetisi yang sehat. Kehadiran pemain naturalisasi dan pemain diaspora justru dapat memotivasi pemain lokal untuk bekerja lebih keras dan meningkatkan kualitas permainan mereka.
Seperti yang dikatakan Ernando Ari (kiper timnas Indonesia) persaingan ini akan mendorong dirinya untuk terus bersaing dan berkembang. Tanpa adanya persaingan, pemain lokal tidak akan termotivasi untuk naik level.
Beberapa menyatakan bahwa pemain diaspora menghilangkan kesempatan pemain lokal untuk berkembang. Namun, jika kita melihat Liga 3 Indonesia saat ini, kita akan melihat bahwa setiap hari penuh dengan pertikaian. Kondisi seperti itu jelas tidak akan memberi kesempatan bagi pemain lokal untuk berkembang.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, pemain naturalisasi dan pemain diaspora, umumnya memiliki etos kerja yang lebih baik dan berbeda dengan sebagian besar pemain lokal.
Faktanya pemain Indonesia yang saat ini bermain di Liga 1 juga diberi kesempatan bermain di timnas. Tetapi jika mereka tidak tampil baik, maka mereka akan diganti. Hal ini menunjukkan bahwa pemain lokal, seperti Rizky Ridho dan Witan Sulaeman, tidak seharusnya dipertahankan ketika penampilan mereka kurang memuaskan.
Rizky Ridho pemain Persija Jakarta melawan saat Arema FC di pekan ke-9 BRI Liga 1 2024/2025 pada Sabtu 26/10/2024 malam. (Dok. https://ligaindonesiabaru.com)
Semua pemain timnas lokal diberikan kesempatan yang sama oleh Shin Tae-yong (pelatih timnas senior Indonesia), termasuk Rizky Ridho, Witan Sulaeman dan Malik Risaldi yang kini dapat bermain dengan baik dikarenakan adanya waktu bermain yang diberikan sebelumnya di timnas Indonesia.
Selain itu, pemain naturalisasi dan pemain diaspora juga dapat menjadi sumber pembelajaran bagi pemain lokal. Contohnya Ernando Ari yang dapat belajar banyak hal dari Martin Paes. Seperti teknik, strategi, maupun pengalaman bertanding di level internasional.
ADVERTISEMENT
Interaksi dan kolaborasi antara pemain lokal, pemain naturalisasi dan pemain diaspora ini dapat membawa manfaat positif bagi perkembangan timnas Indonesia secara keseluruhan.
Di sisi lain, proses perekrutan dan pembinaan pemain timnas oleh Shin Tae-yong juga telah melebihi ekspektasi masyarakat Indonesia. Shin Tae-yong berani memotong generasi pemain timnas yang ada saat ini, di mana pemain senior masih dapat bermain 8-10 tahun lagi. Maka Ini merupakan salah satu investasi berharga bagi masa depan timnas Indonesia.
Maka seharusnya kita tidak melihat mereka sebagai orang asing, baik di bidang olahraga maupun di luar olahraga. Bagaimanapun mereka berjuang untuk mengharumkan nama Indonesia di mata dunia.
Kemudian kita tidak boleh lupa bahwa mereka juga meningkatkan level tim. Harapan kita saat ini tentu agar timnas Indonesia bisa mendominasi di Piala Asia dan bahkan nantinya bisa berlaga di Piala Dunia 2026.
Kiper timnas Indonesia Maarten Paes (kiri) dan pelatih Shin Tae-yong (kanan) pada sesi jumpa pers pra laga melawan China pada Senin 14/10/2024. (Dok. PSSI)
Dengan demikian, kehadiran mereka di timnas Indonesia seharusnya tidak dilihat sebagai ancaman, melainkan sebagai peluang untuk meningkatkan kualitas dan daya saing tim.
ADVERTISEMENT
Selama dikelola dengan baik, mereka dapat berkontribusi positif bagi kemajuan sepak bola Indonesia. Jadi, sebagai suporter sepak bola, fokus kita adalah mendukung segala bentuk perkembangan timnas Indonesia.