Konten dari Pengguna

Kesalahpahaman Berbicara: Bisakah Pragmatik Menjadi Solusi?

Deswinta
Mahasiswa Universitas Pamulang Program Studi Sastra Indonesia
19 Januari 2025 12:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Deswinta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
                       Sumber Foto:  Shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: Shutterstock.com
ADVERTISEMENT
Komunikasi adalah salah satu keterampilan penting dalam kehidupan manusia. Namun, tak jarang kesalahan berbicara memicu kesalahpahaman, konflik, atau bahkan merusak hubungan antarmanusia. Salah satu penyebab utamanya adalah kurangnya pemahaman terhadap konteks dan tujuan komunikasi. Di sinilah peran pragmatik menjadi penting. Tapi, apakah pragmatik benar-benar perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?
ADVERTISEMENT
Menurut Yule (1996), pragmatik adalah studi tentang makna yang dihasilkan oleh pembicara (speaker meaning) dalam konteks tertentu. Pragmatik melibatkan kemampuan memahami maksud tersirat, implikatur, presupposition, dan deiksis dalam percakapan.
Misalnya, ketika seseorang berkata, “Di sini panas sekali,” dalam konteks tertentu, bisa jadi maksudnya adalah meminta agar kipas angin dinyalakan, bukan sekadar pernyataan tentang suhu ruangan. Tanpa pemahaman pragmatik, lawan bicara mungkin hanya menganggap itu sebagai keluhan biasa tanpa tindakan apa pun.
Contohnya adalah implikatur percakapan yang diperkenalkan oleh Grice (1975) melalui Cooperative Principle dan empat maksim percakapan:
ADVERTISEMENT
Kesalahan berbicara sering kali terjadi dalam sebuah percakapan karena adanya pelanggaran terhadap maksim-maksim percakapan. Beberapa contoh umum pelanggaran maksim adalah:
Selain pelanggaran maksim, kesalahan berbicara juga sering kali terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap konteks atau ketidaksensitifan terhadap kondisi lawan bicara. Berikut adalah beberapa faktor yang sering menyebabkan kesalahan berbicara:
ADVERTISEMENT
Dengan memahami penyebab-penyebab ini, kita dapat lebih berhati-hati dalam berbicara dan memastikan bahwa pesan yang disampaikan sesuai dengan maksud dan konteks percakapan. Hal ini menegaskan pentingnya penerapan pragmatik dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan komunikasi yang lebih efektif.
Di era digital, kesalahan berbicara juga sering terjadi karena komunikasi lebih banyak dilakukan lewat teks, seperti pesan singkat atau media sosial. Tanpa adanya ekspresi wajah atau nada bicara, pesan teks sering kali multitafsir. Sebagai contoh, kata “terserah” bisa dianggap biasa saja, tetapi dalam konteks tertentu bisa diartikan sebagai tanda marah. Komunikasi digital yang terlalu singkat atau langsung juga bisa dianggap kurang sopan. Maka, memahami konteks dan menerapkan prinsip pragmatik sangat diperlukan agar pesan yang kita scaampaikan tidak salah dipahami.
ADVERTISEMENT
Untuk mengurangi kesalahan berbicara, ada beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan. Pertama, cobalah untuk lebih peka terhadap perasaan lawan bicara. Sebelum merespons, pikirkan dulu apakah kata-kata kita sudah sesuai dengan situasi. Kedua, dengarkan lawan bicara dengan baik. Memahami konteks pembicaraan akan membantu kita merespons dengan lebih tepat. Terakhir, gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Hindari kalimat yang terlalu panjang atau berbelit, karena hal itu bisa membuat lawan bicara bingung.
Namun, memahami pragmatik bukanlah hal yang mudah. Perbedaan budaya, kebiasaan, atau latar belakang sering kali membuat kita salah menangkap maksud orang lain. Misalnya, di beberapa budaya, sindiran dianggap wajar dalam percakapan, tapi di budaya lain hal ini bisa dianggap tidak sopan. Karena itu, kita perlu lebih peka dan fleksibel dalam menghadapi berbagai situasi komunikasi.
ADVERTISEMENT
Penerapan pragmatik dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu kita berkomunikasi dengan lebih efektif. Dengan memahami konteks, menghindari kesalahan berbicara, dan lebih berhati-hati dalam menyampaikan pesan, kita bisa membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.