Perempuan dan Standar Kecantikan

Deva Okta Riandini
Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
20 Januari 2022 15:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Deva Okta Riandini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi keberagaman perempuan. Foto: Pixels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keberagaman perempuan. Foto: Pixels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perempuan sudah lama terjerat dalam stigma tentang standar kecantikan, standar kecantikan menjadi acuan seseorang untuk menilai penampilan orang lain di masyarakat. Kata “cantik” dimaknai hanya kepada perempuan yang berkulit putih, kurus, langsing dan tinggi. Karena stigma itulah, banyak perempuan melakukan modifikasi pada tubuh mereka supaya dapat mencapai kategori “cantik”.
ADVERTISEMENT
Standar kecantikan yang ada tidak pernah merepresentasikan tubuh perempuan pada umumnya, maka jika perempuan sudah berusaha seperti apa pun juga mereka akan selalu merasa gagal untuk mencapai standar kecantikan tersebut.
“Coba saja kalau kamu tidak gemuk, mungkin banyak laki-laki yang mau sama kamu,”
“Coba kalau kamu rajin merawat diri, pasti putih dan cantik,”
Stereotip tersebut tidak asing terdengar dalam kehidupan sehari-hari, sebagian orang mungkin menganggap ini hal yang biasa. Sebenarnya, kondisi sosial seperti ini merupakan sebuah bentuk penjajahan terhadap tubuh perempuan.
Stigma kecantikan tersebut membuat perempuan tidak percaya diri, karena masih banyak perempuan yang belum bisa berdamai dengan diri sendiri. Tidak sedikit pula perempuan yang menilai diri mereka jelek karena memiliki kulit coklat, tubuh gemuk dan rambut keriting.
ADVERTISEMENT
Apakah stereotip tersebut dapat dihilangkan? Sampai saat ini, stereotip tersebut masih banyak terjadi karena banyak media dan produk kecantikan yang memberikan makna standar kecantikan di masyarakat.
Padahal Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam suku bangsa, agama, etnis dan ras. Perempuan Indonesia tidak hanya terlahir dengan kulit putih ada juga yang terlahir dengan kulit kuning langsat, sawo matang, dan lain sebagainya. Karena pada dasarnya, cukup kita sendiri yang menganggap diri kita cantik dan tidak perlu validasi dari orang lain.
Menurut saya, menerima dan mencintai diri sendiri adalah cara yang dapat dilakukan untuk keluar dari standar kecantikan yang ada. Dengan mencintai diri sendiri, kita tidak akan membandingkan diri kita dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Mari ciptakanlah definisi cantik dengan caramu sendiri, karena kecantikan tak melulu soal paras yang menawan. “Segudang prestasi lebih hebat daripada merias dan menjual pesona semata” ujar Christof.