Konten dari Pengguna

Refleksi Terhadap Konotasi 'Kiri yang Tertirikan' di Indonesia

Nanda Pratama
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jambi
20 Agustus 2023 15:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nanda Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Koleksi Poto Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Koleksi Poto Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam konteks mayoritas di Indonesia, kata "kiri" sering kali membawa konotasi negatif atau merujuk pada hal-hal yang dianggap kurang baik. Pandangan ini tercermin dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, dari persepsi tentang tangan kiri hingga gerakan politik dan sosial.
ADVERTISEMENT
Di sebagian masyarakat, tangan kiri sering dihubungkan dengan hal-hal kotor, mencerminkan pandangan tradisional tentang tangan dominan untuk melakukan tugas-tugas bersih. Makan dengan tangan kiri bisa menimbulkan persepsi yang aneh dan dianggap tidak sopan.
Bahkan dalam praktik keagamaan, seperti masuk masjid, kaki kanan memiliki makna kebersihan dan hormat terhadap tempat suci, padahal kenyataannya tidak ada perbedaan signifikan dalam hal kotoran atau kebersihan antara tangan atau kaki.
Namun, konotasi ini tidak hanya terbatas pada hal-hal fisik. Pandangan negatif terhadap "kiri" juga merambat ke dunia politik dan sosial. Aktivis kiri sering kali diidentifikasikan dengan semangat perlawanan dan protes terhadap kebijakan yang ada. Gerakan kiri dalam sejarah Indonesia juga sering dihubungkan dengan label komunis, yang membawa persepsi negatif tersendiri.
ADVERTISEMENT
Istilah "Islam kiri" digunakan untuk menggambarkan kaum liberal dalam konteks Islam, yang memiliki pandangan lebih progresif dalam isu-isu sosial dan budaya. Namun, penggunaan istilah ini juga menunjukkan bahwa dalam berbagai aspek kehidupan, "kiri" sering kali dianggap sebagai sesuatu yang kontroversial atau bahkan berpotensi mengancam status quo.
Tidak hanya dalam ranah politik, bahkan di dunia sastra dan pemikiran kritis, pandangan yang berbeda sering kali dihadapkan pada tantangan. Buku-buku dengan pandangan kritis atau alternatif sering kali menjadi target razia oleh petugas keamanan dengan alasan potensial mengancam stabilitas negara.
Di sisi lain, ada nuansa yang lebih lokal dalam persepsi terhadap "kiri." Di daerah perdesaan, tindakan seperti menerobos dari sebelah kiri saat menggunakan motor dianggap sebagai ancaman terhadap keselamatan orang lain. Ini menunjukkan bagaimana persepsi lokal dapat menghasilkan tafsiran yang berbeda terhadap simbol-simbol atau tindakan yang sejatinya netral.
ADVERTISEMENT
Meskipun banyak konotasi negatif, penting untuk diingat bahwa tidak semua persepsi tentang "kiri" memiliki makna yang sama. Tokoh-tokoh seperti Tan Malaka, meskipun dikenal sebagai seorang "kiri," memiliki kontribusi besar terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan adanya gerakan-gerakan kiri, masyarakat bisa memiliki peran penting dalam mengontrol kebijakan pemerintah, mencerminkan keragaman pandangan yang ada.
Sebagai kesimpulan, dalam refleksi terhadap konotasi "kiri", hal tersebut memberikan kita pelajaran bahwa dalam memahami konotasi bahasa perlu ada pandangan bagaimana ia terbentuk dan berkembang, kita dapat membangun dialog yang lebih baik dan menghargai perbedaan dalam masyarakat. jangan sampai mengeneralisasi sebuah kata ke seluruh konteks yang ada.
Ungkapan ini senada dengan kata pepatah bahwa "sekurus-kurusnya ikan pasti ada dagingnya", begitupun sebaliknya "segemuk-gemuknya ikan ada tulangnya". Setiap pandangan mempunyai konteks dan latar belakang nya sendiri dan penting untuk melihat isu-isu dalam pandangan yang lebih luas.
ADVERTISEMENT