news-card-video
25 Ramadhan 1446 HSelasa, 25 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Pendidikan Tidak Relevan: Masa Depan Yang Tidak Menentu

Devi Yanti Girsang
Mahasiswa Universitas Katolik Santo Thomas Medan prodi Manajemen
23 Maret 2025 11:19 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Devi Yanti Girsang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh Devi Yanti Girsang
ilustrasi pelatihan wirausaha (sumber:(pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi pelatihan wirausaha (sumber:(pixabay)
Sistem pendidikan saat ini belum mampu mengakomodasi perubahan zaman yang cepat, sehingga banyak lulusan yang tidak siap menghadapi dunia kerja. Dimana sistem pendidikan yang saat ini berubah-ubah kurikulumnya, beda pemerintahan beda pula kurikulum. Selain itu juga kurikulum pendidikan masih berfokus pada teori dan hafalan daripada keterampilan praktis yang dibutuhkan di dunia nyata.
ADVERTISEMENT
Salah satu indikator untuk mengukur kemajuan suatu negara dapat dilihat melalui kualitas pendidikan formalnya. Hal ini karena pendidikan dapat mencerminkan tingkah laku, sikap, dan sifat masyarakatnya melalui penerapan ilmu pada kehidupan sehari-hari. Sayangnya, masalah pendidikan di Indonesia yang harus dihadapi sekarang bukan hanya soal pilihan ganda yang diubah jadi jawaban terbuka, melainkan masalah sistemik yang masih sulit dipecahkan. Sementara sistem Pendidikan yang hanya berfokus pada teori, hafalan dan nilai ujian tidak dapat mengembangkan keterampilan yang dapat di aplikasikan dalam dunia nyata.
Sistem pendidikan harus berubah menjadi lebih dinamis, fleksibel, dan berbasis keterampilan agar dapat membekali generasi muda dengan kemampuan yang relevan untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian. Dampak dari sistem pendidikan yang tidak relevan mengakibatkan lulusan yang tidak siap kerja, meningkatnya pengangguran, kurangnya inovasi, ketimpangan sosial, dan kesulitan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Reformasi pendidikan diperlukan agar lebih fokus pada keterampilan dan kesiapan menghadapi dunia kerja.
ADVERTISEMENT

Hubungan Etika Terhadap Masa Depan Generasi Penerus

Etika merupakan hal yang mendasar dalam merancang masa depan untuk generasi berikutnya. Etika bukan hanya memiliki prinsip sah atau tidaknya tindakan seseorang dimata hukum. Pembentukan karakter yang kuat adalah aspek penting dari pelatihan tiap individu. Tantangan mempertahankan nilai -nilai etika di tengah modernisasi yang lebih cepat dan globalisasi menjadi semakin sulit untuk dilestarikan.
Penggunaan bahasa yang kasar dan kurang sopan sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan remaja saat ini. Bahkan tidak jarang remaja yang merasa bahwa bahasa-bahasa seperti itu sudah menjadi budaya dalam cara berkomunikasi mereka. Banyak anak-anak muda yang terpengaruh menggunakan bahasa seperti itu karena melihat banyaknya konten-konten di media sosial yang menggunakan bahasa yang kasar dan tidak baik untuk ditiru. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi memainkan peran penting dalam membentuk etika dan perilaku remaja di zaman sekarang.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pendidikan moral memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk generasi penerus yang berkualitas. Menurut para ahli, pendidikan moral merupakan landasan utama dalam proses pembentukan karakter individu. Hal ini sejalan dengan pendapat Bapak Bangsa, Soekarno, yang pernah mengatakan bahwa
Menurut saya, Etika tidak hanya sekedar menghormati yang lebih tua, atau menghargai perbedaan pendapat, dan tidak memandang rendah orang lain melainkan moral usia muda yang terintegrasi dan bertanggung jawab adalah investasi jangka panjang.
Pendidikan moral harus diberi bobot lebih, terutama untuk menciptakan generasi penerus yang masa depannya lebih pastisukses, yang dapat ditunjukkan melalui sikap integritas dan menjadi seseorang yang profesional.
Baik buruknya etika dapat menetukan masa depan seseorang dalam mengambil sikap.
ADVERTISEMENT

Menyiapkan Pemuda untuk Masa Depan yang Pasti

Masa depan yang penuh ketidakpastian menuntut pemuda untuk memiliki keterampilan dan kesiapan yang matang dalam menghadapi perubahan zaman. Perkembangan teknologi, perubahan pasar kerja, serta dinamika sosial dan ekonomi yang cepat menjadi tantangan besar bagi generasi muda.
Kesenjangan antara pendidikan dan dunia kerja adalah ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki lulusan dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Pendidikan seharusnya menjadi jembatan bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja namun, kenyataannya, banyak lulusan perguruan tinggi yang merasa ilmu yang mereka pelajari tidak relevan dengan kebutuhan industri saat ini. Kesenjangan antara pendidikan dan dunia kerja menjadi masalah serius yang berdampak pada meningkatnya angka pengangguran dan rendahnya daya saing tenaga kerja.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2024, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,47 juta orang. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia berdasarkan tingkat pendidikan SD ke bawah: 2,32% , SMP: 4,11%,SMA: 7,05%,SMK: 9,01%, Diploma (D1/D2/D3): 4,83%, Sarjana (D4/S1/S2/S3): 5,25%.
Fenomena pengangguran ini banyak melibatkan lulusan SMA dan Perguruan Tinggi, yang menunjukkan adanya kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki oleh pencari kerja dan yang dibutuhkan oleh industri. Hal ini menjadi perhatian utama karena banyak lulusan tidak memiliki keterampilan yang relevan, baik itu hard skills (keterampilan teknis) maupun soft skills (keterampilan interpersonal dan problem solving). Menurut laporan World Economic Forum, diperkirakan sekitar 50% pekerja global akan membutuhkan reskilling pada tahun 2025 untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan industri yang terus berubah.
ADVERTISEMENT
Kesenjangan antara pendidikan dan dunia kerja merupakan permasalahan serius yang harus segera diatasi, dikarenakan tingginya angka pengangguran dikalangan lulusan SMA dan perguruan tinggi. Dimana fenomena ini menunjukkan bahwa sistem Pendidikan di Indonesia sekarang tidak membekali anak muda dengan keterampilan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan industri.
Kerena seringnya terjadi perubahan kurikulum yang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhan oleh generasi saat ini memperparah kesenjangan ini. Salah satu penyebab utama masalah ini adalah pendekatan pendidikan yang masih berfokus pada teori dan hafalan, bukan pada keterampilan praktis yang dibutuhkan di dunia kerja.
Untuk mengatasi permasalahan ini, perlu adanya reformasi pendidikan yang lebih adaptif, seperti integrasi pelatihan keterampilan digital, program magang yang lebih luas, serta kolaborasi erat antara dunia akademik dan industri.
ADVERTISEMENT
Penulis Mahasiswa Ekonomi dan Bisnis Prodi Manajemen Unika Medan