Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Bagaimana Waktu Tidur Dapat Berkaitan dengan Kesehatan Mental Seseorang?
20 November 2021 16:17 WIB
Tulisan dari Deviana Purbaning Hapsari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Aktivitas tidur adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengistirahatkan tubuh agar kembali segar di keesokan harinya. Namun, faktanya saat ini masih banyak orang yang mengalami permasalahan kurang tidur. Siapa nih yang masih suka mengeluh lelah di pagi hari karena begadang? Padahal, National Sleep Foundation menyatakan bahwa manusia seharusnya memiliki waktu tidur dengan rentang waktu 7 hingga 9 jam setiap malamnya. Permasalahan ini ternyata telah menarik perhatian dari berbagai pihak. Kurang tidur ternyata memiliki kaitan yang erat guys dengan gangguan kesehatan mental. Biasanya kurang tidur dikaitkan dengan peningkatan suasana hati yang negatif, peningkatan reaktivitas emosional terhadap pemandangan visual dan wajah, serta pemrosesan memori emosional yang berubah. Kemudian, kurang tidur juga memiliki konsekuensi kesehatan yang signifikan termasuk pada gangguan metabolisme, penyakit kardiovaskular, dan gangguan kesehatan mental seperti depresi dan gangguan kecemasan.
ADVERTISEMENT
Kalian harus tahu ternyata pernah dilakukan penelitian pada tikus jantan dewasa yang 6 jam kurang tidur ternyata bisa menginduksi perubahan pada aktivitas saraf dalam hipotalamus. Perubahan ini ternyata mampu bertahan hingga 48 jam, loh! Penelitian ini ternyata membuktikan bahwa kurang tidur itu memiliki efek berkepanjangan pada aktivitas di beberapa daerah hipotalamus. Apa sih hipotalamus itu? Hipotalamus adalah bagian dari otak yang berperan penting dalam produksi hormon dan merangsang banyak proses di dalam tubuh kita, loh! Hipotalamus itu sendiri terletak di antara kelenjar pituitari dan talamus. Nah, perubahan hipotalamus ini guys yang menjadi dasar keterkaitan antara kurang tidur dengan beberapa penyakit seperti gangguan metabolisme, stres, dan depresi. Oleh karena itu, kita harus tidur yang cukup nih karena sangat penting untuk fungsi otonom yang dikendalikan oleh hipotalamus.
ADVERTISEMENT
Fakta Pengaruh Kurang Tidur Terhadap Peningkatan Stres, Kecemasan, Gejala Depresi, dan Fungsi Emosional
Hasil penelitian yang pernah dilakukan pada remaja yang memiliki waktu tidur yang kurang ternyata menunjukkan bahwa kurang tidur berkaitan dengan fungsi emosional yang buruk pada remaja, tetapi tanpa gangguan kejiwaan yang didiagnosis. Misalnya, dalam sampel nonklinis, kurang tidur itu dikaitkan dengan lebih banyak gejala depresi, perasaan putus asa, dan kecemasan yang lebih besar. Nah, guys di Indonesia sendiri berdasarkan Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007, ternyata sebanyak 11,6% penduduk Indonesia kelompok usia 15-24 tahun mengalami gangguan mental emosional. Salah satu penyebabnya yaitu ternyata karena waktu tidur yang kurang, teman-teman.
Kita harus tahu, nih! kalau ternyata kurang tidur itu bisa merangsang terjadinya kesulitan emosional, teman-teman! Yang nantinya bisa menyebabkan peningkatan stres dan kecemasan serta meningkatkan reaksi simpatetik terhadap stimulus yang tidak menyenangkan. Tapi jangan cemas dahulu ya teman-teman, karena masih banyak faktor lain dari komponen kualitas tidur yang dapat memengaruhi mental dan emosional seperti atensi tidur, durasi tidur, kualitas tidur subjektif, efisiensi tidur sehari-hari, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, hingga disfungsi di siang hari.
ADVERTISEMENT
Mekanisme saraf pada remaja menunjukkan peningkatan depresi, kecemasan, dan kelelahan setelah kurang tidur. Satu studi longitudinal, misalnya, meneliti gejala insomnia pada gadis remaja awal pada usia 9 hingga 13 tahun, kemudian mengukur pemrosesan penghargaan saraf melalui mesin functional magnetic resonance imaging(FMRI). Hingga akhirnya ditemukan bahwa muncul perasaan tidak tenang saat bangun tidur pada usia 9-13 tahun secara positif berkaitan dengan respons korteks prefrontal medial dorsal (dmPFC) untuk mengantisipasi gejala depresi. Sehingga, bisa disimpulkan kalau kurang tidur juga bisa berkontribusi pada pengaruh depresi, guys!
Fakta Kurang Tidur Terhadap Perilaku Penarikan Sosial dan Perasaan Kesepian
Selain menyebabkan gangguan metabolisme, gangguan mental emosional, kurang tidur ternyata juga menyebabkan perilaku penarikan sosial dan kesepian, guys! Jadi, kalian harus berhati-hati dan memperhatikan jam tidur kalian ya. Kurang tidur ternyata dapat menyebabkan perubahan ciri khas saraf pada beberapa orang yang nanti nya bisa menimbulkan perilaku penarikan sosial serta munculnya perasaan kesepian. Salah satu dampak yang dapat dirasakan oleh anggota masyarakat lainnya secara timbal balik adalah membuat anggota masyarakat menjadi lebih merasa kesepian (Ben & Walker,2018)
ADVERTISEMENT
Manusia sejatinya tidak berevolusi sendirian, seperti yang kita tahu bahwa manusia tidak akan pernah bisa lepas dari orang lain. Karena manusia adalah makhluk sosial, bukan? Sosialitas sudah memainkan peran mendasar dalam kesejahteraan manusia. Sebaliknya, isolasi sosial dan kesepian diketahui sebagai faktor risiko kematian dini lebih besar daripada obesitas. Individu yang merasa terisolasi secara sosial juga memiliki tingkat penyakit kardiovaskular, alkoholisme, dan bunuh diri yang lebih tinggi. Selain itu, perasaan kesepian juga dapat menyebabkan penyakit fisik yang terkait dengan stres, gangguan fungsi kekebalan, serta risiko demensia degeneratif yang lebih besar di kemudian hari. Jika seseorang dianggap kesepian, orang lain akan sering melepaskan diri dari interaksi bersama mereka, sehingga menghasilkan siklus isolasi sosial yang rumit. Wah, ternyata akibat dari perasaan kesepian itu menyeramkan ya, karena bisa berakibat fatal bagi seseorang.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Dengan demikian, kita semua harus bisa menjaga pola tidur agar memiliki waktu istirahat yang cukup untuk tubuh yaitu sekitar 7-9 jam setiap malamnya sesuai anjuran dari National Sleep Foundation. Hal ini juga membantu kita agar terhindar dari gangguan fisik dan gangguan kesehatan mental yang ditimbulkan akibat kurang tidur. Karena ternyata akibat dari kurang tidur itu seram sekali bukan? Kurangnya waktu tidur bisa menjadi salah satu pemicu untuk terjadinya gangguan mental emosional, seperti depresi, gangguan kecemasan, penarikan diri sosial, dan kesepian. Selain itu, tidur dengan waktu yang cukup dapat mencegah untuk terjadinya kerusakan otak dan mencegah untuk terjadinya gangguan metabolisme tubuh.
Referensi
Ben Simon, E., & Walker, M. P. (2018). Sleep loss causes social withdrawal and loneliness. Nature Communications, 9(1). https://doi.org/10.1038/s41467-018-05377-0
ADVERTISEMENT
Fifel, K., Meijer, J. H., & Deboer, T. (2018). Long-term effects of sleep deprivation on neuronal activity in four hypothalamic areas. Neurobiology of Disease, 109, 54–63. https://doi.org/10.1016/j.nbd.2017.10.005
Suni, E. (2021, March 10). How much sleep do we really need? Sleep Foundation. Retrieved November 20, 2021, from https://www.sleepfoundation.org/how-sleep-works/how-much-sleep-do-we-really-need.
Tarokh, L., Saletin, J. M., & Carskadon, M. A. (2016). Sleep in adolescence: Physiology, Cognition and Mental Health. Neuroscience & Biobehavioral Reviews, 70, 182–188. https://doi.org/10.1016/j.neubiorev.2016.08.008
Live Update