Jengkol Menghilang di Pasaran

3 Juni 2017 20:44 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Jengkol Mentah. (Foto: Wikipedia)
zoom-in-whitePerbesar
Jengkol Mentah. (Foto: Wikipedia)
Pasokan bahan pangan pada pekan kedua Ramadhan masih relatif stabil. Namun, komoditas yang saat ini sulit untuk ditemui adalah jengkol.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pantauan kumparan (kumparan.com) di Pasar Senen Jakarta, tak terlihat satupun pedagang yang menjual jengkol. Menurut salah satu pedagang di sana, harga jengkol melambung hingga Rp 70 ribu per kg sehingga para pedagang malas menjualnya. Normalnya, harga jengkol rata-rata Rp 30-35 ribu per kg.
"Kosong jengkol, harganya sampe Rp 70 ribu per kg," ujar Ajis kepada kumparan (kumparan.com) di Pasar Senen Jakarta, Sabtu (3/6).
Ajis mengaku, permintaan buah yang berbau khas tersebut saat ini tidak terlalu banyak. Sehingga dirinya merasa rugi jika harus menjual jengkol.
"Dari sananya udah langka, kalau dipaksain jual rugi, yang beli sedikit," katanya.
ADVERTISEMENT
Jengkol. (Foto:  Instagram/@supraptowijoyo)
zoom-in-whitePerbesar
Jengkol. (Foto: Instagram/@supraptowijoyo)
Menurutnya, jengkol merupakan buah musiman, sehingga pasokan baru akan ada lagi pada Oktober atau November 2017 nanti.
"Kayaknya Oktober atau November baru ada lagi," ucapnya.
Naiknya harga jengkol di Jakarta hingga menyentuh angka Rp 70 ribu per kg membuat tanda tanya besar. Tak hanya mahal, pasokan buah berbau khas tersebut juga langka di pasar.
Ajis mengatakan, sejak tiga pekan terakhir, pasokan jengkol dari petani menghilang. Sebab menurutnya, saat ini belum memasuki musim panen jengkol.
"Melebihi daging ayam kalau ada, Rp 70 ribu per kg. Ayam aja cuma Rp 35 ribu," ujarnya.
Jengkol balado. (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Jengkol balado. (Foto: Flickr)
ADVERTISEMENT
Bahkan ia mengatakan, pasokan berkurang karena banyak pohon jengkol ditebang untuk keperluan bangunan perumahan maupun kerajinan tangan lainnya.
"Banyak yang nebang sekarang, buat bangun rumah atau biasanya buat kerajinan tangan itu dari rantingnya," jelasnya.
Pemerintah sendiri seakan tak mampu menahan laju kenaikan harga jengkol. Sebab, jengkol bukanlah komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada Mei 2017 sebesar 0,39 persen (month to month/mtm), lebih besar dibandingkan periode bulan sebelumnya sebesar 0,09 persen (mtm).
Sumbangan tertinggi berasal dari komponen bahan makanan yang memiliki andil terhadap inflasi sebesar 0,17 persen. Komoditi penyebabnya yakni kenaikan harga bawang putih, cabai merah, telur ayam, daging ayam, dan jengkol dengan masing-masing menyumbang inflasi 0,01 persen.
ADVERTISEMENT