Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Menyoal Pertumbuhan Ekonomi RI yang Disebut Jokowi
8 Mei 2017 14:58 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT

Presiden Joko Widodo sempat menerima kritikan dari salah satu kolumnis media Hong Kong, South China Morning Post, Van Der Kamp, karena menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2016 merupakan tertinggi ketiga di dunia. Namun, kolumnis tersebut keliru, yang dimaksud Jokowi adalah ekonomi Indonesia tertinggi ketiga di antara negara-negara yang tergabung dalam G20.
ADVERTISEMENT
Informasi saja, anggota G20 terdiri dari 19 negara dengan perekonomian besar dan ditambah dengan Uni Eropa. Tujuan utama G20 adalah menghimpun para pemimpin negara ekonomi maju dan berkembang utama dunia untuk mengatasi tantangan ekonomi global. Pertemuan para pemimpin Negara G20 dilakukan setiap setahun sekali, sedangkan pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dilakukan beberapa kali dalam setahun.
Negara-negara G20 ini menguasai 75 persen dari perdagangan dunia. Indonesia adalah satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota G-20.
Lima negara dari benua Asia yang menjadi anggota G20 adalah Arab Saudi, Republik Rakyat Tiongkok, India, Jepang, dan Korea Selatan. Tigabelas negara lainnya adalah Afrika Selatan, Amerika Serikat, Argentina, Australia, Brasil, Inggris, Italia, Jerman, Kanada, Meksiko, Prancis, Rusia, dan Turki.
ADVERTISEMENT
Kembali soal perrtumbuhan ekonomi yang disebut Jokowi yang menuai polemik, pengamat ekonomi Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih mengatakan, pernyataan Presiden Jokowi tersebut dalam konteks negara besar yang tergabung dalam G20. Ia pun membenarkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2016 berada di urutan ketiga, setelah China dan India.
"Saya kira bukan suatu hal yang perlu ditanggapi negatif pernyataan Pak Jokowi, mungkin yang kolumnisnya kurang informasi juga. Secara persentase pertumbuhan ekonomi kita 2016 sebesar 5,02 persen itu tertinggi setelah China dan India," ujar Lana kepada kumparan (kumparan.com), Senin (8/5).

Lebih lanjut ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia, berdasarkan kriteria keadaan negara ataupun jumlah penduduknya, hampir sama dengan India, Turki, dan Brasil. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di bawah India.
ADVERTISEMENT
"Kalau mau apple to apple, kita sama seperti India, Turki, Brasil, tapi untuk India kita memang masih di bawahnya. Kalau Brasil sama Turki, kita lebih baik," jelasnya.
Meski demikian, jika dibandingkan dengan Product Domestic Bruto (PDB), tentunya angka PDB Indonesia memang jauh lebih kecil dibandingkan negara lain. Sebagai informasi, PDB Indonesia selama 2016 sebesar Rp 12.406 triliun.
"Pasti kalah sama AS misalnya, mereka PDB nya bisa sampai 12 ribu triliun dolar AS, kalau dibandingkan sama PDB tentu kita kalah. Tapi Pak Jokowi kemarin kan konteksnya pertumbuhan, berarti persentase, ya benar, urutan ketiga di G20. AS itu pertumbuhan ekonominya cuma 2 persen, kita 5 persen, tapi kalau PDB kita kalah sama AS," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ia pun menyarankan agar para pengkritik bisa lebih hati-hati, apalagi membandingkan dua hal yang berbeda, antara pertumbuhan ekonomi dan PDB.
"Terkadang orang suka sebut pertumbuhannya saja sekian persen, tapi nilai PDB-nya enggak mereka sebutkan, lalu dibandingkan. Saya kira itu hal yang berbeda. Pak Jokowi membandingkan pertumbuhan, tapi kalau dikritiknya berdasarkan PDB tentu tidak bisa apple to apple," jelas Lana.
Kritikan Kamp diduga merujuk pada pernyataan Jokowi dalam kunjungannya ke Hong Kong pada pekan lalu. Dalam salah satu kalimatnya yang juga dikutip SCMP dan terekam dalam sebuah video di Youtube, Jokowi menyebutkan kalimat itu.
ADVERTISEMENT
"Ekonomi dunia dalam kondisi yang tidak baik, tapi pertumbuhan ekonomi kita masih masuk dalam tiga besar negara-negara di dunia, kita kalahnya hanya dengan India dan Tiongkok," ungkap Jokowi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati turut menanggapi kritik Kamp tersebut. Sri meminta agar Kamp membaca dan melihat ekonomi Indonesia sebelum berkomentar lebih jauh.
"Kalau seluruh dunia kan banyak negara-negara yang income-nya lebih rendah dari Indonesia, tapi gross-nya tinggi. Di ASEAN saja kalau kita lihat, Kamboja dan Laos itu lebih tinggi dari kita," kata Sri di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (3/5).
Salah satu pernyataan Jokowi terkait pertumbuhan ekonomi adalah pada Peresmian Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Bidang Kemaritiman Tahun 2017, 4 Mei 2017, di Sasana Kriya, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.
ADVERTISEMENT
Untuk mengetahui lebih detail isi pidato Jokowi soal pertumbuhan ekonomi, bisa lihat di link berikut di paragraf 17.