Pertama Kalinya Sejak 1998, RI Raih Layak Investasi dari S&P

20 Mei 2017 9:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Standard & Poor's (Foto: Reuters/Brendan McDermid)
Indonesia mendapatkan peringkat layak investasi (investment grade) dari lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P). Kenaikan peringkat ini merupakan yang tertinggi untuk pertama kalinya sejak Indonesia mengalami krisis ekonomi 1998. Sebelumnya, S&P memberikan rating BB+ atau positif bagi Indonesia pada Mei 2015.
ADVERTISEMENT
Dikutip kumparan (kumparan.com) dari Financial Times, Sabtu (20/5), peringkat surat utang pemerintah (sovereign) Indonesia diangkat dari BB+ menjadi BBB-. S&P juga melaporkan bahwa outlook diubah menjadi stabil.
Dalam sejarahnya, Indonesia meraih status investment grade pertama kali dari S&P pada pertengahan 1992. Kemudian lembaga pemeringkat internasional lainnya yaitu Moody’s menyusulnya pada Maret 1994 dan Fitch pada Juni 1997.
Ekonomi Indonesia dinilai menjanjikan karena memiliki stabilitas yang terjaga dalam periode tersebut.
Namun, pada saat krisis Finansial Asia menghantam pada 1997-1999 mengubah kondisi Indonesia. Saat diterpa krisis ekonomi, lembaga-lembaga kredit menilai betapa rentannya ekonomi Indonesia dalam menghadapi guncangan.
Fitch dan Moody’s mulai menurunkan peringkat atas Indonesia menjadi B- dan B3. Bahkan S&P memangkas peringkat Indonesia menjadi SD (selective default) atau gagal bayar selektif pada Maret 1999.
ADVERTISEMENT
Lembaga Rating S&P (Foto: Wikimedia Commons)
Keputusan S&P menaikkan peringkat Indonesia setelah lembaga internasional tersebut menilai momentum dalam ekonomi Indonesia telah meningkat tahun ini karena ekspor kembali pulih, di mana Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di angka 5,1 persen pada 2017.
Kenaikan pemeringkatan oleh S&P ini juga didukung dari keberhasilan program pengampunan pajak (tax amnesty) dengan komitmen membawa pulang dana dari luar negeri sebesar Rp 147 triliun. Dana ini membantu mengurangi tekanan dalam anggaran dan menjadi sumber pemasukan untuk beberapa proyek infrastruktur ke depan.
ADVERTISEMENT
Tahun lalu, pemerintah Indonesia memangkas pengeluaran publik untuk memenuhi target defisit fiskal sebesar 3 persen dari PDB (Product Domestic Bruto). Pemerintah juga membangun cadangan devisa ke level tertinggi sebesar 123 miliar dolar AS atau Rp 1.635 triliun (kurs Rp 13.300).