Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Rayakan HUT Ke-3, Indonesian Gastronomy Community Ingin Makanan Lokal Mendunia
29 Mei 2023 3:59 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Dewi Sulistiawaty tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara yang kaya akan warisan budaya, termasuk kulinernya. Setiap daerah memiliki beragam kuliner dengan ciri khasnya masing-masing. Jika dijumlahkan, tercatat lebih dari 5.300 jenis kuliner yang ada di Indonesia. Dari ribuan jenis kuliner tersebut, hanya segelintir saja yang diketahui oleh masyarakat dunia, seperti nasi goreng, rendang, dan sate. Padahal masih banyak lagi aneka kuliner lainnya, yang tak kalah lezat dan patut untuk dicicipi.
ADVERTISEMENT
Untuk mengoptimalkan potensi kuliner Indonesia, sekaligus sebagai ajang untuk mempromosikannya ke kancah internasional, Indonesian Gastronomy Community (IGC) menerbitkan sebuah buku berjudul “Handrawina Adiboga Nusantara”.
Buku ini berisikan berbagai aneka pangan lokal untuk jamuan makan perwakilan RI di luar negeri, antara lain tumpeng punar, nasi gudeg, nasi liwet, lontong sate ayam, nasi pecel, gado-gado, nasi goreng, selat Solo, serta beragam kudapan, seperti singkong goreng, loempia, lemper, dan bakwan udang. Tak hanya itu, makanan tersebut juga disajikan lengkap dengan perencanaan brunch, makan siang, makan malam, risjsttafel, coffee morning, afternoon tea, dan cocktail party.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum IGC, Ria Musiawan pada saat gelaran pameran budaya, sekaligus perayaan hari ulang tahun IGC yang ke-3 di Park Regis Arion Kemang, Jakarta pada Minggu, 18 Mei 2023. “Kami berupaya untuk dapat melakukan kerjasama dengan berbagai pihak agar makanan khas Indonesia tidak hanya dikenal di dalam negeri, namun juga di luar negeri. Tahun ke depan ini kami akan bersinergi dengan Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia untuk mengangkat gatronomi Bali Kuno,” ungkap Ria.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana diketahui, IGC merupakan komunitas non-profit, wadah berkumpul dan berkarya, untuk memajukan Indonesia melalui kecintaan terhadap makanan dan minuman, beserta nilai kebudayaannya. IGC memiliki maksud dan tujuan untuk memberikan kontribusi nyata melalui pemberdayaan, penguatan, dan peningkatan nilai tambah, serta daya saing makanan dan minuman Indonesia di kancah nasional maupun internasional.
Indonesian Gastronomy Community (IGC) Ingin Makanan Lokal Bisa Mendunia
Merayakan hari jadi yang ke-3, IGC menyelenggarakan beragam kegiatan yang dapat mengangkat gastronomi Indonesia di mata dunia. Para pendiri IGC berharap bahwa di tahun ke-3 ini, IGC dapat berkembang menjadi organisasi yang diakui oleh para stakeholder, tidak saja di Indonesia, namun juga dunia.
Beberapa tahun ini, IGC melalui program Gastronosia melakukan rekonstruksi makanan dari prasasti, yaitu di Prambanan pada tahun 2021, dan di Borobodur pada tahun 2022 bersama dengan Balai Konservasi Budaya Jawa Tengah, serta Restoran Bale Raos. Selain itu IGC juga membuat Pop-up Museum Gastronomi Indonesia Bersama dengan Siji Solusi Digital. Materi-materi ini akan diterjemahkan dalam bahasa Inggris untuk dapat dipromosikan ke luar negeri, bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri dan diaspora Indonesia yang memiliki restoran.
ADVERTISEMENT
“Kami melihat bahwa IGC sudah banyak terlibat dalam kegiatan yang mendukung pemerintah dalam memperkenalkan makanan khas Indonesia, antara lain keterlibatan dalam ‘Indonesia Spice Up the World’, yang merupakan program pemerintah, dan penerbitan buku Handrawina Adiboga Nusantara bagi perwakilan Indonesia di bawah naungan Kementerian Luar Negeri,” ujar James Budiono selaku Wakil Pendiri IGC, sekaligus pengusaha makanan.
Berdasarkan diskusi yang pernah diselenggarakan IGC dengan narasumber perwakilan Indonesia di beberapa negara, serta pemilik Restoran Djawa di Perancis, Stephani Dambron, dapat disimpulkan bahwa warga asing menyukai makanan Indonesia, namun dengan tingkat kepedasan yang harus dikurangi. Ini karena makanan Indonesia kaya akan rasa, serta menggunakan beragam bahan makanan.
Untuk kegiatan di dalam negeri, IGC menggelar Lomba Tumpeng saat perayaan HUT Indonesia dan Indonesian Cooking Festival (ICF), yang diikuti oleh para peminat makanan, perguruan tinggi, pelajar, dan asosiasi jasa boga, untuk dapat terlibat dalam kegiatan keanekaragaman budaya Indonesia. Pada tahun 2021, IGC telah meluncurkan Museum Gastronomi Indonesia secara virtual di https://museumgastronomi.id/, dan berencana untuk membuat museum fisik ke depannya.
ADVERTISEMENT
“Walau IGC merupakan sebuah komunitas kecil, namun kami ingin memiliki andil dalam mengembangkan gastronomi Indonesia melalui kegiatan-kegiatan tersebut. Saat ini IGC sedang menyusun buku Tumpeng Indonesia yang didukung oleh para Dewan Pakar IGC,” lanjut Ria.
Selain itu IGC juga mendukung program dunia, dengan melaksanakan kegiatan untuk mencapai target pemerintah dalam prevalensi stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024. Kampanye yang diusung adalah meningkatkan gizi masyarakat melalui makanan tradisional, yang mungkin sudah ditinggalkan, karena ada makanan yang lebih praktis.
Strategi gastronomi yang digunakan IGC adalah dengan membuat menu gizi seimbang dari bahan pangan lokal, yang diolah menjadi berbagai hidangan yang enak dan menyehatkan, sehingga dapat memperbaiki gizi anak, dan menurunkan angka stunting melalui gastronom yang “smart”.
ADVERTISEMENT
Cara ini diharapkan dapat menjangkau kaum muda juga, agar mereka dapat mengkonsumsi beraneka ragam jenis makanan tradisional bergizi seimbang, berprotein tinggi, seperti bubur tinutuan dari Manado, sup ikan gabus, dan bahan pangan lokal yang mudah ditemukan dan punya nilai gizi tinggi, seperti umbi-umbian, jagung, dan kacang-kacangan.
Deklarasi Pencegahan Stunting telah dilaksanakan pada Oktober 2022 melalui kerjasama dengan Dr. Ray Basrowi dari Danone Indonesia, dan melibatkan para ahli yang berperan dalam menyusun konsesus nutrisi dan hidrasi berbasis makanan tradisional untuk penanganan stunting, yaitu Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum; Dokter Gizi dan juga President of Indonesian Nutrition Association, Dr.dr. Luciana B. Sutanto, MS, Sp.GK; Chef Stefu Santoso; Dewan Pakar IGC, Hindah Muaris; Legislatif (DPR) Komisi 9, Abidin Fikri; Perwakilan GAPPMI selaku Pelaku Industri, Patricia Tobing; Pakar Sosio-Antropologi dan Psikologi Komunitas, Dr. Endang Mariani Rahayu, M.Psi; serta Pengamat Media dari Kompas Gramedia Group, Ninuk Pamudi.
ADVERTISEMENT
Sebagai wujud komitmen tersebut, IGC telah melakukan sosialisasi di beberapa daerah, yaitu Kabupaten Serang, Kabupaten Kapuas, dan Pulang Pisau di Kalimantan Tengah, serta Puskesmas Cilincing.