Kemarau Jangan Cemburu

Dhimas Muhammad Yasin
Seorang sarjana sastra yang enggan disebut sebagai sastrawan.
Konten dari Pengguna
17 September 2020 15:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dhimas Muhammad Yasin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kemarau Jangan Cemburu
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sudah enam bulan lebih lamanya,
bahkan sampailah kepada detik ini,
ADVERTISEMENT
masih kau kekang dengan gembok perakmu,
lalu kau buang jauh-jauh kuncinya entah ke mana,
dan berharap tak ada yang pernah menemukannya,
dendam kesumatmu walau hanya segenggam,
kepada kasih yang kau sebut hujan.
Barangkali kau dilanda cemburu yang teramat sangat,
ketika kasihmu sedang asyik bercakap-cakap,
bersama ruang biru yang kau sebut langit,
hingga terciptalah hukum fisika yang disebut evaporasi,
sungguh tega ... kau menyebutnya sebagai selingkuh.
Barangkali kau dilanda cemburu yang teramat dalam,
ketika kasihmu sedang asyik bersenda gurau,
bersama gumpalan putih yang kau sebut awan,
hingga terciptalah hukum fisika yang disebut kondensasi,
sungguh sadis ... kau menyebutnya sebagai patgulipat.
Barangkali kau dilanda cemburu yang teramat buta,
ADVERTISEMENT
ketika kasihmu sedang asyik bersukacita,
bersama makhluk tak kasat mata yang kau sebut udara,
hingga terciptalah hukum fisika yang disebut presipitasi,
sungguh lancang ... kau menyebutnya sebagai kongkalingkong.
Barangkali kau dilanda cemburu yang teramat sakit,
ketika kasihmu sedang asyik bekerja sama,
bersama bongkah cokelat yang kau sebut tanah,
hingga terciptalah hukum fisika yang disebut infiltrasi,
sungguh sembrono ... kau menyebutnya sebagai munafik.
Kemarau janganlah kau cemburu,
hentikan segala macam prasangkamu,
karena segenap jagat raya yang mengiringimu,
makin terharu biru oleh ketidakdewasaanmu,
segeralah memohon maaf dengan kerendahan hatimu,
supaya kasihmu yang tengah berduka nestapa itu,
bersedia menolong bumi yang tengah kering dan layu.
Mengenang Tanggal Lima Belas Oktober,
ADVERTISEMENT
Tahun Dua Ribu Delapan Belas,
di Teras Rumah Berlantai Dua.
Puisi ini dimuat dalam buku Antologi Puisi Banjarbaru's Rainy Day Literary Festival 2018 "A Skyful of Rain".