Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Hinaan Fisik Dijadikan Lelucon
30 November 2021 12:23 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Diah Ayu Kusuma Ningrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Istilah body shaming sudah tidak asing terdengar di kalangan masyarakat terutama di Indonesia, Perbuatan yang berawal dari ejekan ini ternyata sudah banyak memakan korban karena melewati batas dan menyakiti hati orang lain. Mungkin di sekitar kita sudah tidak asing dengan istilah body shaming, atau pembullyan? Lalu apa itu body shaming?
ADVERTISEMENT
Body shaming adalah mengkritik atau memberi komentar negatif kepada orang lain yang biasa terjadi dengan spontan tanpa niatan atau yang niat melakukannya dengan sengaja pada bentuk fisik seseorang. Ternyata hal ini dapat menyebabkan korban body shaming merasa tersinggung bahkan sakit hati apabila omongan tersebut tidak dapat ia terima yang dapat mengenai kesehatan mentalnya. Awal mula body shaming adalah sebuah bercandaan di mana hal ini sudah marak di media sosial tapi lama kelamaan hal ini menjadi serius dan dipakai untuk menjelek jelekan orang lain yang dapat menimbulkan ketidak nyamanan pada orang yang mengalami hal tersebut. Ditambah dengan kata-kata yang sangat tidak layak untuk didengar dan diucap sesama manusia. Seperti “ko kamu gendutan si?” “ko kamu tambah hitam ya?”
ADVERTISEMENT
Mirisnya hal ini dianggap masalah yang sepele, padahal ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang menyerang psikis korban. Mungkin di antara kalian ada yang mengalami hal ini?, peristiwa ini dapat terjadi karena beberapa faktor yang dialami pelaku seperti, didikan keluarga yang salah, pribadi yang selalu kurang puas dengan apa yang ia punya, sehingga selalu merasa kurang dan tidak senang apa yang dimiliki orang lain.
Body shaming merupakan kekerasan yang disebut dengan kekerasan non-verbal. Menurut wawancara dengan dr. Yunias Setiawati SpKJ(K) (Briggita, 2018) ada empat jenis kekerasan yang sering terjadi yaitu
1. meliputi fisik
2. verbal-emosional
3. seksual
4. ekonomi.
Body shaming merupakan suatu kekerasan verbal emosional, di mana hal ini sering terjadi dan tidak disadari oleh pelaku karena perbuatanya maka hal ini dianggap umum dan wajar. Kekerasan verbal adalah kekerasan yang dapat menyebabkan trauma psikis karena ucapan yang menyakitkan atau tidak menyenangkan di hati korban dan biasanya mereka juga lebih suka memendam walaupun menyakitkan yang akhirnya menyerang kesehatan jiwanya, seperti mempermalukan orang lain di depan publik seperti mencemooh dan tentunya body shaming juga termasuk ke dalam kekerasan verbal (bullying).
ADVERTISEMENT
Body shaming terjadi karena adanya ukuran ideal yang menjadikan semua wanita cantik apabila memenuhi kriteria ideal tersebut seperti putih, mancung, tinggi. Jika mereka yang tidak memiliki kriteria itu semua maka akan mendapatkan perlakuan yang berbeda, seperti diejek atau bahkan dihina.
Pengamat Sosial berikut juga Ketua Program Studi Vokasi Komunikasi UI Dr. Devie Rahmawati dalam radar jawa post 31 Maret 2019 mengatakan ada empat penyebab body shaming yaitu:
1. kultur patron klien yang berarti orang yang di atas atau hartanya berlebih, tenar, memiliki kekuasaan itu yang bisa melakukan apapun mereka menganggap bahwa hartanya atau kekuasannya yang dapat menyelamatkannya nanti tanpa memikirkan hati orang lain.
2. patriaki di mana wanita menjadi bahan lelucon terkait tubuh.
ADVERTISEMENT
3. minimnya pengetahuan bahwa body shaming adalah perilaku yang salah atau buruk sehingga ia tidak menyadari bahwa perbuatannya salah dan terus melakukannya.
4. post kolonial yaitu di mana orang Indonesia selalu melihat sesuatu yang kebarat-baratan seperti kulit putih, tinggi, mancung adalah hal yang sempurna dan menjadi patokan kecantikan di Indonesia.
Alam mentalnya bahwa iklan juga banyak yang mempengaruhi bahwa cantik itu putih. Yuk kita bisa saling menghargai bahwa seluruh manusia di muka bumi tidak ada yang sempurna dan saling menghargai kekurangan masing-masing, jika mempunyai opini buruk tentang seseorang cukup ditahan sendiri jangan membuat seseorang merasa malu dengan apa yang ia punya. Jadilah dirimu sendiri jika itu membuatmu nyaman, tanpa berpura-pura menjadi orang lain agar banyak disukai.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
http://fppsi.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Eva-Nur.pdf