Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Filosofi Praktis Aliran Utilitarisme Jeremy Bentham untuk Kesejahteraan Bersama
3 April 2024 13:26 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Diah Rahmatul Faizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Utilitarisme, sebagai suatu aliran dalam filsafat etika, telah menjadi topik yang mendalam diperdebatkan sejak lahirnya pada abad ke-18 oleh filsuf Inggris, Jeremy Bentham. Konsep utama di balik utilitarisme adalah bahwa tindakan yang benar atau salah dinilai berdasarkan pada akibatnya, khususnya tingkat kebahagiaan atau penderitaan yang dihasilkan oleh tindakan tersebut. Dengan kata lain, tujuan utama dari tindakan tersebut adalah untuk memaksimalkan kebahagiaan secara keseluruhan di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pengenalan pada Aliran Utilitarisme
Utilitarisme adalah teori etika yang mengemukakan bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang menghasilkan konsekuensi yang paling baik pula bagi sebanyak mungkin orang. Ini berarti bahwa keputusan moral harus dievaluasi berdasarkan pada dampak keseluruhan dari tindakan tersebut, dan bukan berdasarkan pada nilai intrinsik dari tindakan itu sendiri. Konsep ini diperkuat oleh Jeremy Bentham, seorang filsuf utilitarianisme pertama yang terkenal, dan kemudian dikembangkan oleh John Stuart Mill.
Filosofi Praktis Jeremy Bentham
Jeremy Bentham memperkenalkan pendekatan praktis untuk utilitarisme yang dikenal sebagai prinsip "kalkulasi utilitas". Bagi Bentham, kebaikan adalah kebahagiaan, dan kebahagiaan diukur dalam unit utilitas. Dia mengatakan bahwa "prinsip utama utilitarianisme adalah tindakan yang menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin orang yang terkena dampak". Dari situ muncullah adagium yang terkenal di kalangan aliran utilitarianisme yaitu "The greatest happiness of the greatest number" (kebahagian yang paling besar adalah kebahagian mayoritas orang sebanyak mungkin).
ADVERTISEMENT
Bentham merumuskan "kalkulasi utilitas" sebagai alat untuk menentukan apakah suatu tindakan adalah yang terbaik. Dia menyarankan agar kita menimbang semua konsekuensi dari suatu tindakan, termasuk konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang, serta dampaknya terhadap semua pihak yang terlibat. Bentham percaya bahwa dengan menggunakan kalkulasi ini, kita dapat memutuskan tindakan mana yang akan menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi masyarakat.
Relevansi dalam Konteks Modern
Meskipun Jeremy Bentham hidup pada abad ke-18, konsep-konsep utilitarisme yang dia ajarkan tetap relevan dalam konteks moral dan sosial saat ini. Dalam dunia yang semakin kompleks dan terhubung, kebutuhan akan pendekatan etika yang praktis dan berorientasi pada akibat semakin penting.
Dalam politik dan kebijakan publik, utilitarisme dapat menjadi panduan yang berharga dalam pengambilan keputusan. Misalnya, dalam mengevaluasi kebijakan ekonomi atau lingkungan, pemerintah dapat menggunakan prinsip utilitarianisme untuk memastikan bahwa keputusan mereka akan menghasilkan manfaat terbesar bagi masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, dalam menetapkan tarif pajak, pemerintah dapat mempertimbangkan dampaknya terhadap penerimaan negara dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Dalam etika bisnis, konsep utilitarisme juga dapat membantu perusahaan untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab secara sosial. Dengan mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka pada berbagai pemangku kepentingan, termasuk karyawan, pelanggan, dan masyarakat luas, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah yang mempromosikan kesejahteraan bersama.
ADVERTISEMENT
Dalam keputusan Individu, prinsip Utilitarisme juga dapat memandu keputusan moral sehari-hari. Misalnya, seseorang dapat menggunakan prinsip ini untuk memutuskan apakah membantu orang lain dalam situasi tertentu akan menghasilkan manfaat terbesar bagi semua pihak yang terlibat.
Kritik terhadap Utilitarisme
Meskipun utilitarisme memiliki banyak kelebihan, pendekatannya juga telah dikritik oleh beberapa filsuf dan akademisi. Salah satu kritik utama terhadap utilitarisme adalah bahwa itu dapat mengabaikan hak individu. Kritikus mengatakan bahwa dalam upaya untuk memaksimalkan kebahagiaan secara keseluruhan, utilitarisme dapat membenarkan tindakan yang merugikan atau menindas minoritas.
Selain itu, ada juga kritik terhadap kesulitan dalam mengukur atau menilai kebahagiaan secara objektif. Bagaimana kita dapat menentukan secara pasti apa yang membuat seseorang bahagia? Dan apakah kita dapat membandingkan kebahagiaan satu individu dengan yang lainnya?
ADVERTISEMENT
Dengan menggunakan pendekatan utilitarianisme, kita dapat lebih baik memahami bagaimana tindakan kita mempengaruhi orang lain dan masyarakat secara keseluruhan, serta bagaimana kita dapat bertindak untuk mempromosikan kesejahteraan bersama. Meskipun kita mungkin tidak selalu setuju dengan setiap aspek dari utilitarisme, mempertimbangkan prinsip-prinsip ini dapat membantu kita membuat keputusan yang lebih bijaksana dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari kita.