Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menikah Muda: Antara Mimpi dan Kenyataan
3 April 2024 11:16 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Diah Rahmatul Faizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernikahan merupakan sebuah institusi yang memiliki makna mendalam dalam kehidupan manusia. Bagi sebagian orang, pernikahan menjadi sebuah impian yang diidamkan sejak lama. Namun, apa jadinya jika impian tersebut terwujud di usia muda? Bagaimana dengan kenyataan yang harus dihadapi?
ADVERTISEMENT
Menikah muda adalah fenomena yang tidak jarang terjadi di berbagai belahan dunia. Di berbagai budaya, menikah di usia muda sering kali dianggap sebagai sesuatu yang wajar atau bahkan diharapkan. Namun, di sisi lain, ada pula pandangan yang mengkritik praktik ini, menganggapnya sebagai langkah yang terlalu dini dan kurang matang.
UU Perkawinan secara tegas menetapkan batasan usia minimal untuk menikah, yaitu 19 tahun untuk pria dan wanita. Namun, di beberapa kasus, terutama di daerah yang masih kental dengan tradisi dan budaya patriarki, perkawinan di usia yang jauh lebih muda seringkali masih terjadi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan masalah-masalah yang terkait dengan perkawinan dini, seperti risiko kesehatan, pendidikan yang terganggu, serta potensi pelanggaran hak-hak asasi manusia.
Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa definisi 'muda' dalam konteks ini dapat bervariasi secara signifikan tergantung pada konteks sosial, budaya, dan agama. Di beberapa masyarakat, menikah muda bisa berarti pada usia remaja, sementara di tempat lain, itu bisa berarti pada awal usia dewasa. Namun, satu hal yang pasti, menikah muda membawa konsekuensi dan tantangan tersendiri. Berikut merupakan tantangan dan kendala yang kemungkinan akan dihadapi:
ADVERTISEMENT
Budaya dan nilai-nilai sosial memainkan peran besar dalam membentuk pandangan terhadap menikah muda. Di beberapa masyarakat, menikah muda dianggap sebagai langkah yang tepat dan dihargai. Hal ini bisa dipengaruhi oleh tradisi, agama, dan norma-norma yang berlaku. Sebaliknya, di tempat lain, terutama di negara-negara dengan standar pendidikan dan kesejahteraan yang tinggi, menikah muda sering kali dipandang sebagai tindakan yang kurang bertanggung jawab dan berisiko.
Menikah muda membawa tantangan emosional dan psikologis yang serius. Pada usia yang relatif muda, individu mungkin belum sepenuhnya mengembangkan identitas dan kemandirian mereka. Hal ini bisa menyebabkan kesulitan dalam menavigasi peran sebagai pasangan suami istri. Selain itu, tekanan dari lingkungan sekitar dan perubahan-perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dapat memengaruhi kesejahteraan mental.
ADVERTISEMENT
Salah satu aspek penting dalam menikah adalah kesejahteraan finansial. Menikah muda sering kali berarti memasuki tanggung jawab keuangan yang besar tanpa memiliki stabilitas finansial yang cukup. Hal ini bisa menimbulkan stres dan ketidakpastian, terutama jika pasangan tersebut belum memiliki pekerjaan yang stabil atau sumber pendapatan yang cukup.
Pernikahan di usia muda sering kali menghentikan pendidikan formal pasangan. Ini dapat berdampak negatif pada peluang karir dan penghasilan di masa depan, serta membatasi potensi pengembangan diri mereka.
Wanita yang menikah pada usia yang terlalu dini berisiko mengalami masalah kesehatan reproduksi, seperti komplikasi saat melahirkan, persalinan prematur, serta masalah kesehatan lainnya yang terkait dengan kehamilan pada usia muda.
ADVERTISEMENT
Menikah muda juga berarti memulai pembentukan keluarga di usia yang relatif muda. Ini dapat membawa tantangan tersendiri dalam hal merencanakan masa depan, membangun karir, dan memenuhi harapan-harapan pribadi. Selain itu, tanggung jawab orang tua yang datang lebih cepat juga menjadi faktor yang harus dipertimbangkan dengan serius.
Sebagai masyarakat, penting untuk memberikan dukungan dan sumber daya yang diperlukan bagi pasangan yang memilih untuk menikah di usia muda, sambil tetap mengedepankan pendidikan, kesejahteraan mental, dan kemandirian sebagai prioritas. Terlebih lagi, pembicaraan terbuka tentang isu-isu yang terkait dengan menikah muda perlu ditingkatkan, sehingga individu dapat membuat keputusan yang lebih baik dan lebih terinformasi tentang masa depan mereka.
Dengan demikian, menikah muda memang merupakan sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan dan penyesuaian, namun dengan dukungan yang tepat dan komitmen yang kuat, pasangan muda dapat menghadapi dan mengatasi segala rintangan yang mungkin mereka temui dalam perjalanan hidup mereka sebagai suami dan istri.
ADVERTISEMENT