Ali Syariati: Fungsi dan Perubahan Dalam Sejarah

Dian Purnomo
Mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Konten dari Pengguna
28 November 2023 10:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dian Purnomo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wilayah Iran, tempat kelahiran Ali Syariati. Sumber: Digital Collections Universiteit Leiden.
zoom-in-whitePerbesar
Wilayah Iran, tempat kelahiran Ali Syariati. Sumber: Digital Collections Universiteit Leiden.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Riwayat Hidup Ali Syariati
Didalam membicarakan mengenai sejarah dan pemikiran, tidak terlepas dari seorang tokoh kelahiran Khurasan, Iran. Tokoh tersebut benama Ali Syariati, pria kelahiran 24 November 1933. Beliau dikenal sebagai seorang intelektual dan pemikir yang kritis terhadap rezim Syah. Sikap kritis tersebut dia bangun sejak masih muda dengan banyak membaca karya-karya didalam perpustakaan milik ayahandanya. Dengan bermodalkan membaca dan rasa ingin tahunya yang besar Ali Syariati, dapat meraih gelar sarjana dari Universitas Mashdad dalam bidang sastra serta meraih gelar Doktor of Philoshopy dari Universitas Sarbone, Pranis pada bidang sejarah dan sosiologi.
ADVERTISEMENT
Ketiga bidang ilmu yang dikuasai oleh Syariati, sangat bermanfaat didalam menganlisa berbagai peristiwa dan fenomena sosial seperti penyelewengan kekuasaan dan kemiskinan yang terjadi di masyarakat kala itu sehingga tidak heran jika Ali Syariati, sangat kritis terhadap berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah Iran di bawah rezim Shah Pahlevi, sehingga dirinya sempat beberapa kali ditahan oleh polisi karena didakwa melakukan gerakan-gerakan yang mengarah kepada gerakan pro-kemerdekaan Iran dari Dinasti Pahlevi. Perlawanan Syariati, terhadap Shah Pahlevi, juga dilakukan pada waktu ceramah-ceramah atau pidato kuliahnya di Institut Husainiyah Irsyad, sehingga dirinya kembali dipenjara dalam tahanan rumah pada tanggal 1975 hingga 1977.
Ali Syariati, Intelektual yang kritis terhadap pemerintahan Shah. Sumber: Koleksi penulis.
Perlawanan Syariati terhadap rezim Shah Pahlevi, kemudian berterusan hingga dirinya dianggap sebagai tokoh yang sangat bahaya bagi kelangsungan dinasti Pahlevi, sehingga dirinya kemudian diasingkan ke Inggris pada bulan Mei 1977. Sebulan kemudian pada tanggal 19 Juni 1977, Syariati wafat secara misterius dan dikuburkan di Kota Damaskus, Suriah. Bahkan terjadinya Revolusi Islam Iran yang terjadi pada tahun 1979, tidak lepas dari pemikiran-pemikiran yang dicetuskan oleh Syariati dan kemudian direalisasikan oleh tokoh-tokoh revolusioner lainnya seperti Ayatulloh Rohullah Khomeini.
ADVERTISEMENT
Fungsi dan Perubahan di Dalam Sejarah
Menurut Ali Syariati, dengan merujuk kepada Al-Qur’an berpendapat bahwa sejarah berfungsi sebagai pelajaran atau ibrah untuk masa kini dengan bercermin dari masa lalu. Oleh sebab itu maka dalam Al-Qur’an, terdapat beberapa surat yang dinamai dengan peristiwa-peristiwa didalamnya, dimana dalam peristiwa-peristiwa tersebut terdapat ibrah atau pelajaran.
Contohnya ialah: surat Luqman, berisi mengenai kisah Luqman yang memberikan nasihat-nasihat berharga kepada anaknya; surat Yusuf, berisi mengenai kisah Nabi Yusuf dan kiprahnya menjadi nabi dan raja; surat Ar-Rum, berisikan mengenai kisah masyarakat Romawi; surat Ibrahim, menceritakan mengenai perjuangan Nabi Ibrahim didalam menegakkan tauhid dan perjuangannya dalam melawan pemimpin otoriter; dan lain-lain. Sudah sepatutnya segala peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat menjadi acuan kita didalam mengambil keputusan dan tindakan agar tidak menemukan kesalahan dan sebaliknya dengan mmpelajari peristiwa-peristiwa di masa lalu kita dapat melakukan yang lebih baik lagi.
ADVERTISEMENT
Menurut Syariati, sejarah adalah peristiwa yang dialami oleh manusia dalam ruang dan waktu yang dalam aktivitasnya berisi mengenai perubahan-perubahan. Perubahan ini menurutnya terbagi menjadi dua bentuk. Pertama, adalah dialetika dua kutub. Dua kutub ini merupakan sebuah symbol yang saling berlawanan dan berhadapan. Dalam konsep sosial historis Al-Qur’an, dua kutub ini disebut sebagai mustadhafin dan mustakbirin. Mustadhafin diwakili oleh para nabi dan orang-orang lemah yang kemudian menentang atau melawan ketidakadilan dan kezaliman dari para mustakbirin yaitu para raja, penguasa, dan orang-orang kafir. Dalam prosesnya, kedua kutub ini akan menghasilkan kemenangan di salah satu pihak, terutama kemenangan dari mustadhafin.
Pada masa kini dialektika dua kutub masih terjadi bahkan hingga menimbulkan korban jiwa dan peperangan yang hebat. Di satu pihak terdapat kelompok yang ingin menguasai sebuah wilayah dan di satu pihak ada kelompok yang ingin mempertahankan wilayahnya dan bahkan ditindas oleh kelompok yang ingin menguasai wilayahnya. Namun demikin akhir dari konflik tersebut akan menghasilkan kemenangan di pihak kelompok yang mempertahankan wilayahnya (mustadhafin), contoh tersebut dapat kita lihat dari Perang Dunia Pertama dan Kedua, Perang Dingin, bahkan Perang-perang kontenporer yang terjadi baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya dialektika dua kutub yang dikembangkan oleh Ali Syariati, memiliki kesamaan dengan dialektika yang dicetuskan oleh Karl Marx mengenai pertentangan antara kaum pemilik modal (borjuis) dengan kaum pekerja (proletar), kaum pemilik modal senantiasa melecehkan dan memperbudak kaum pekerja demi memenuhi target poduksi. Dilain pihak kaum pekerja tertindas dan tidak memiliki akses terhadap kebutuhan dasar. Namun, demikian menurut Marx, hasil akhir dari pertentangan konflik ini di masa depan ialah kemenangan pihak kaum pekerja. Kaum pekerja inilah yang nantinya dapat menciptakan sebuah tatanan dunia tanpa kelas sosial yang berhierarkis.
Kedua, adalah migrasi atau hijrah. Proses ini diawali dengan kemauan serta kehendak manusia yang ingin berubah kehidupannya melalui perpindahan atau migrasi dan hijrah dalam arti yang luas. Contohnya, ialah perpindahan dari kebodohan menuju kepintaran, kemunduran menuju kemajuan, kelesuan menuju kekuatan, dan lain-lain. Dalam konteks ini hijrah bukan hanya dimaknai sebagai perpindahan dari sebuah tempat sebagaimana Nabi Muhammad Saw, dari Makkah menuju Madinah, ataupun masyarakat Barat (Inggris) menuju wilayah Benua Australia, namun lebih daripada itu hijrah merupakan perubahan sikap, prinsip, perbuatan, serta pemikiran menuju ke arah yang progresif.
ADVERTISEMENT
Sehingga mustahil seseorang dapat berhasil manakala dirinya tidak bergerak atau berpindah dari satu sifat yang buruk atau kurang bagus menuju sifat yang mulia. Sejarah akan bernilai manakala dihiasi oleh orang atau individu yang memiliki kearifan, kecerdasan, dan rasa saling hormat yang tinggi, karena gerak sebuah sejarah akan ditentukan oleh individu tersebut. Seorang individu didalam kehidupannya dalam ruang dan waktu memiliki kehendak dan kebebasan yang dapat dikehendaki oleh dirinya sendiri. Hal tersebut ada di dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka merubah apa yang ada pada diri mereka." (QS: Ar-Ra'd ayat 11).