Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kehidupan Glamor Masyarakat Kelas Atas di Kota Batavia Abad XVIII
12 Juli 2023 18:50 WIB
Tulisan dari Dian Purnomo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kota Batavia yang didirikan oleh Jean Peterzoon Coen pada tahun 1619 berkembang dengan megitu masifnya. Dalam perjalanan sejarahnya kota ini melahirkan kegemilangan dan kehidupan yang mengarah kepada kesmobongan dan gaya hidup glamor yang hedonistik. Gaya hidup ini dijalankan oleh masyarakat kelas atas yang terdiri dari masyarakat berdarah Eropa, termasuk masyarakat Belanda. Bahkan dalam perkembangannya gaya hidup glamor juga dilakukan oleh sebagain masyarakat Mardjikers.
ADVERTISEMENT
Gaya hidup glamor ini merupakan sebuah dampak yang diakibatkan oleh kegemilangan perekonomian di Kota Batavia dan sebagai bentuk kesombongan yang dihasilkan oleh perbedaan strata sosial didalam masyarakat koloni. Gaya hidup glamor setidaknya dapat kita lihat dari penggunaan fasilitas kehidupan seperti rumah yang mewah, penggunaan perhiasan yang semarak, dan kepemilikan budak yang banyak, serta penguasaan tanah partikelir yang luas.
Dalam melihat kepemilikan rumah yang mewah kita dapat menelusurinya dari gambar-gambar lithografi yang dilukis oleh pegawai VOC, yaitu Johannes Rach. Dalam lukisannya Rachmenggambarkan mengenai rumah yang sangat besar yang dimiliki oleh masyarakat kelas atas, yang mayoritas merupakan pegawai tinggi VOC, seperti gubernur jeneral, direktur jeneral, dan pegawai pedagang senior lainnya.
Salah satu gubernur jeneral yang memperlihatkan kehidupan glamor melalui rumahnya ialah Gubernur Jeneral Willem Baron von Imhoff. Rumah tersebut dia dirikan di wilayah Buitenzorg (Bogor). Selain itu terdapat juga mantan gubernur jeneral Reineir de Krerk yang membangun rumah peristirahatan (lanhuis) di kawasan harmoni bersebelahan dengan Sungai Batnghari (kanal Molenvliet). Terdapat berbagai motif yang menjadi dasar bagi pembangunan rumah mewah tersebut, yaitu sebagai simbol status sosial kelas atas dan sebagai respon dari tidak sehatnya wilayah Oude Batavia (Batavia Lama).
ADVERTISEMENT
Tidak hanya rumah mewah, kehidupan glamor joga ditunjukan dari gaya hidup sehari-hari seperti kepemilikan budak. Jean Gelman Taylor, dalam bukunya Kehidupan Sosial di Batavia, mengatakan bahwa budak merupakan unsur yang signifikan dalam populasi permukiman VOC di Batavia. Mayoritas budak dimiliki oleh masyarakat Eropa yang dipekerjakan sebagai pelayan pribadi, pengawal pribadi, dan pemain musik. Seorang Mardjikers, yaitu Major Jantje, pada tahun 1883, memiliki budak sebanyak 320 orang, 117 orang budak diantaranya dipekerjakan sebagai pengurus berbagai pekerjaan di rumahnya. Banyaknya kepemilikan budak merupakan sebuah tanda tingginya status seseorang.
Selain itu kehidupan glamor juga dapat dilihat dari penggunaan aksesoris dan fasilitas kehidupan perhiasan dan penggunaan kereta beserta kudanya. Bahkan di Kota Batavia dibentuk suatu undang-undang penggunaan aksesoris dan fasilitas kehidupan guna memberikan perbedaan terhadap masyarakat kelas atas dan kelas bawah, sebagaimana yang dilakukan oleh Gubernur Jeneral Rijklof van Goens. Goens, membuat aturan tentang hak milik pribadi, mengizinkan isteri dan anggota keluarga dari anggota pemerintah pusat untuk memakai berlian, mutiara, emas, perak, dan permata lainnya sebagai pelengkap penampilan mereka. Goens, juga melarang pegawai pangkat rendah dan orang biasa untuk memiliki kereta kuda.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu peraturan mengenai kemewahan dan gaya hidup glamor juga dibuat oleh Gubernur Jeneral Jacob Mossel.Aturan yang disebut sebagai "Kode Mossel" yang diterbitkan pada 30 Desember 1754, dikatakan bahwa Gubernur jeneral dan para anggota dewan diberi kereta kaca dua pintu dengan lambang keluarga diukirkan di pintunya. Gubernur jeneral akan menggunakan enam kuda, sedangkan anggota dewan akan memiliki empat kuda. Jadi peraturan ini merupakan bukti bahwa pegawai tinggi VOC itu senantiasa menjaga kehidupan glamornya dan agar pegawai tingi atau masyarakat kelas atas tidak tersaingi oleh orang lain mengenai gaya hidup glamornya.