Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Politik Etis: Mencetak Golongan Terpelajar dan Diskriminasi Pendidikan
22 Maret 2022 21:05 WIB
Tulisan dari Diana May Nur Khasanah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Politik etis merupakan kebijakan yang dibuat pada 17 September 1901 oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda sebagai bentuk terima kasih dan balas budi kepada rakyat Indonesia. Bentuk balas budi ini disebabkan oleh rakyat pribumi yang telah membantu meningkatkan kesejahteraan Belanda dan sebagai permohonan maaf karena kejahatan yang telah dilakukan oleh pihak Belanda terhadap rakyat pribumi. Dari program yang dicetuskan Belanda ini membawa sebuah harapan baru untuk rakyat pribumi. Namun, program ini terdapat sisi gelapnya tersendiri terutama dalam bidang pendidikan.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa saja program politik etis yang digagas oleh pemerintah kolonial Belanda? Bagaimana sisi gelap dari politik etis di bidang pendidikan? Mari simak uraian berikut.
Program Politik Etis
Sebagai program yang digadang-gadang akan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat pribumi, program politik etis ini terdiri dari irigasi, imigrasi, dan edukasi. Uraian ketiga program tersebut antara lain sebagai berikut:
- Irigasi
Irigasi merupakan program dari politik etis yang bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan pengairan untuk kebutuhan pertanian. Untuk mempermudah pengairan tersebut, dibuatlah bendungan dan pengairan di ladang atau sawah.
- Imigrasi
Imigrasi merupakan program yang bertujuan untuk memeratakan penduduk pribumi. Karena, pada masa itu penduduk hanya terpusat di daerah tertentu saja dan mengalami ketidakmerataan penduduk.
ADVERTISEMENT
- Edukasi
Edukasi merupakan program yang bertujuan supaya pribumi dapat mengenyam pendidikan dan memperoleh akses pendidikan seluas-luasnya. Program ini diadakan supaya menurunkan angka buta huruf dan meningkatkan kualitas SDM itu sendiri.
Diskriminasi pada Program Edukasi
Politik etis ini menjadi penanda lahirnya pergerakan nasional. Hal tersebut disebabkan oleh salah satu program politik etis yaitu program edukasi. Program edukasi atau pendidikan ini mampu menciptakan dan melahirkan pribumi yang berkualitas, berwawasan, dan berintelektual yang mampu menyumbangkan pemikiran-pemikirannya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Namun, dibalik itu semua ternyata program tersebut terdapat penyimpangan-penyimpangan selama pelaksanaannya
Politik etis yang dibuat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pribumi ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi. Banyak penyimpangan dari politik etis terutama di program edukasi. Program edukasi yang awalnya dibuat untuk menurunkan angka buta huruf, meningkatkan kualitas SDM, dan mencetak golongan terpelajar ternyata pada saat penerapannya sangatlah memprihatinkan.
ADVERTISEMENT
Program edukasi awalnya dibuat merata untuk semua lapisan masyarakat sehingga program ini sangat bermanfaat untuk pribumi terutama dari golongan bawah. Banyak golongan bawah yang memperoleh akses pendidikan sehingga mereka dapat membaca, menulis, dan berhitung. Namun, seiring berjalannya waktu akses pendidikan untuk golongan bawah semakin sempit dan lebih didominasi oleh golongan atas seperti keturunan Belanda, priyayi, dan bangsawan.
Tidak hanya diskiriminasi karena status sosial, diskriminasi pendidikan juga diterapkan Belanda pada sekolah-sekolah rakyat terutama sekolah yang berbasis pesantren. Lulusan dari sekolah Belanda lebih mudah mendapatkan pekerjaan karena akses mereka yang lebih luas daripada lulusan dari pesantren. Hal tersebut menandakan bahwa lulusan dari sekolah yang didirikan oleh Belanda mendapatkan keistimewaan daripada lulusan dari sekolah berbasis keagamaan seperti pesantren.
ADVERTISEMENT
Dibalik janji pemerintah Belanda kepada rakyat pribumi terutama dalam dunia pendidikan, ternyata janji tersebut ada maksud dibaliknya. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi ini tidaklah begitu mengherankan karena motif dibalik program pendidikan tersebut adalah mencetak SDM yang berkualitas, tetapi dengan upah yang murah untuk memenuhi tenaga kerja di kantor dan perkebunan Belanda. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari keinginan Belanda untuk mendapatkan keuntungan yang besar melalui politik etis ini.
Meskipun terdapat penyimpangan yang terjadi di dunia pendidikan, tetapi dari program ini terdapat hikmahnya. Banyak sekolah yang didirikan oleh Belanda dan masyarakat pribumi yang sempat mengenyam pendidikan lahir menjadi golongan terpelajar. Tanpa diduga, program yang dibuat oleh Belanda ini menjadi boomerang karena golongan terpelajar tersebut memanfaatkan kemampuan berfikirnya untuk menentang Belanda.
ADVERTISEMENT