Konten dari Pengguna

Hari Dokter Nasional: Tantangan dan Masa Depan Nakes Indonesia

Dicky Budiman, dr MScPH PhD
PhD, Medical Doctor, Epidemiologist, Researcher and practitioner on Global Health Security Policy at the Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Policy adviser to Minister of Tourism Creative Economy Indonesia
24 Oktober 2024 13:11 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dicky Budiman, dr MScPH PhD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dokter. Foto: PopTika/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dokter. Foto: PopTika/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Hari Dokter Nasional, yang kita peringati setiap 24 Oktober, bukanlah sekadar hari seremonial. Ini adalah momen bagi kita semua, khususnya para dokter, untuk merenungkan kembali makna keberadaan kita dalam masyarakat. Pada hari ini, kita menegaskan kembali sumpah dan komitmen kita—bukan hanya untuk menyembuhkan penyakit, tetapi untuk merawat kemanusiaan itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Ini adalah hari di mana kita mengenang perjuangan para dokter pendahulu kita yang tidak hanya berdiri di ruang perawatan, tetapi juga di garis depan kemerdekaan, mewujudkan hak rakyat atas kesehatan.
Makna Hari Dokter Nasional adalah panggilan jiwa. Sebuah momen untuk mengingatkan bahwa tugas dokter bukan sekadar menjalankan profesi medis, tetapi juga sebagai penjaga moralitas bangsa. Kita dipanggil untuk memastikan setiap individu di negeri ini mendapatkan hak dasar mereka atas kesehatan. Kita, para dokter Indonesia, adalah pilar utama yang menopang mimpi bangsa ini untuk tumbuh sehat, kuat, dan sejahtera.
Kita tidak bekerja di menara gading. Di rumah-rumah sakit terpencil, di tengah masyarakat adat, di desa-desa yang jauh dari akses kesehatan modern, kita hadir. Dokter Indonesia sering kali adalah satu-satunya harapan bagi masyarakat yang terisolasi oleh jarak dan keterbatasan. Perjuangan kita adalah perjuangan rakyat kecil yang kerap terpinggirkan dalam arus modernisasi.
ADVERTISEMENT

Esensi Peran Dokter Indonesia

Ilustrasi dokter. Foto: Shutter Stock
Menjadi dokter di Indonesia berarti siap menghadapi realitas yang kompleks. Kita tidak hanya berhadapan dengan penyakit, tetapi dengan persoalan sosial, budaya, dan ekonomi. Dalam masyarakat yang majemuk, kita berhadapan dengan tantangan kesehatan yang bersifat multidimensi.
Apa yang membedakan dokter Indonesia dari dokter di luar negeri? Kita tidak hanya bekerja di fasilitas yang lengkap atau lingkungan yang stabil, melainkan kita berjuang dalam kondisi serba terbatas, dari keterbatasan alat, akses obat, hingga situasi yang tidak menentu. Namun, justru di situlah letak keunggulan kita—kita adalah dokter yang tangguh, berinovasi dengan keterbatasan, dan menyentuh hati masyarakat dari berbagai lapisan.
Di negara lain, dokter mungkin lebih banyak fokus pada aspek teknologi dan inovasi medis terbaru. Di Indonesia, kita adalah penjaga tradisi, jembatan budaya, sekaligus pembawa perubahan. Kita hadir di rumah-rumah penduduk, di bawah atap puskesmas sederhana, hingga di rumah sakit pusat dengan teknologi canggih. Kita berperan sebagai pendidik, pemimpin masyarakat, dan agen perubahan yang membawa kesehatan untuk semua.
ADVERTISEMENT

Tantangan yang Dihadapi Dokter Indonesia

Namun, perjuangan ini tidak mudah. Ada banyak tantangan yang kita hadapi.

1. Keterbatasan Infrastruktur Kesehatan

Di banyak daerah, kita masih bekerja dengan fasilitas yang sangat minim. Rumah sakit dan puskesmas kekurangan peralatan medis dasar, obat-obatan, dan bahkan tenaga kesehatan yang cukup. Ini bukan hanya tantangan teknis, tetapi tantangan moral yang menguji komitmen kita terhadap pelayanan.

2. Distribusi Tenaga Medis yang Tidak Merata

Banyak dokter harus memilih antara karier di kota besar yang lebih menjanjikan atau pengabdian di daerah terpencil yang penuh tantangan. Namun, bagaimana kita bisa berbicara tentang keadilan kesehatan jika kita tidak hadir di tempat-tempat yang paling membutuhkan kita?

3. Beban Administrasi dan Birokrasi

Di tengah semangat pengabdian, sering kali kita dihadapkan pada beban administrasi yang menyita waktu, energi, dan perhatian. Kita seharusnya bisa lebih banyak berada di samping pasien, bukan di belakang tumpukan kertas.
ADVERTISEMENT

4. Kurangnya Dukungan Kesejahteraan

Masalah kesejahteraan bagi tenaga kesehatan, terutama yang bekerja di daerah-daerah terpencil, sering kali masih jauh dari kata layak. Padahal, mereka adalah ujung tombak dalam menjaga kesehatan masyarakat di daerah yang paling membutuhkan.

Langkah ke Depan Bagi Dokter Indonesia

Petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri (APD) bersiap merawat pasien di rumah sakit darurat penyakit virus corona (COVID-19), di Jakarta, Indonesia, 17 Juni 2021. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/Reuters
Namun, di balik segala tantangan, kita tidak boleh menyerah. Hari ini adalah panggilan bagi kita semua untuk kembali memperkuat tekad dan visi besar kita. Sebagai dokter, kita harus:

1. Terus Belajar dan Berinovasi

Dunia kedokteran terus berubah. Teknologi dan penelitian terus berkembang. Kita harus siap menghadapi perubahan ini dengan terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kita, bukan hanya untuk diri kita, tetapi untuk masyarakat yang kita layani.

2. Menguatkan Solidaritas Antar Dokter

Kita tidak bisa berjalan sendirian. Kita harus memperkuat solidaritas antar sesama tenaga medis. Bersama, kita bisa menghadapi tantangan yang ada dan memperjuangkan hak-hak kita sebagai tenaga profesional, tanpa melupakan misi utama kita: pelayanan kemanusiaan.
ADVERTISEMENT

3. Menjadi Pemimpin di Masyarakat

Dokter bukan hanya penyembuh, tetapi juga pemimpin. Kita harus aktif dalam mengedukasi masyarakat, bukan hanya tentang penyakit, tetapi juga tentang pentingnya pola hidup sehat. Kita harus hadir di tengah masyarakat, menjadi penggerak perubahan yang nyata.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyapa wartawan setibanya di kediaman Presiden Terpilih Prabowo Subianto, Kertanegara, Jakarta Selatan, Senin (14/10/2024). Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO

Pemerintah dan Peranannya

Untuk pemerintah, kita ingin menegaskan: dokter bukan hanya tenaga kerja, melainkan aset bangsa. Para dokter, khususnya yang bekerja di daerah-daerah terpencil, adalah pahlawan yang membutuhkan dukungan lebih. Pemerintah harus:

1. Memperbaiki Infrastruktur dan Fasilitas Kesehatan

Tidak ada lagi alasan bagi rumah sakit atau puskesmas kekurangan alat dan obat-obatan. Kesehatan adalah hak asasi, dan pemerintah harus memastikan setiap warga negara mendapatkan akses yang layak.

2. Memberikan Dukungan Kesejahteraan yang Memadai

Insentif dan remunerasi yang layak bagi dokter, terutama mereka yang bekerja di daerah terpencil, adalah bentuk penghargaan atas pengorbanan dan pengabdian mereka. Ini bukan hanya soal uang, tetapi soal pengakuan dan dukungan moral.
ADVERTISEMENT

3. Menyederhanakan Birokrasi dan Administrasi

Kita butuh sistem yang efisien, yang memungkinkan dokter lebih fokus pada pasien, bukan pada administrasi yang memberatkan.

4. Mendorong Pendidikan dan Pelatihan yang Berkualitas

Pendidikan kedokteran harus terus ditingkatkan kualitasnya, baik dari segi akses maupun mutu. Pemerintah harus memastikan setiap calon dokter mendapatkan pendidikan yang terbaik, tidak hanya di kota besar, tetapi juga di daerah-daerah.

Pesan dan Harapan Pribadi

Sebagai seorang dokter, setiap hari adalah perjuangan, tetapi juga sebuah anugerah. Saya merasa terhormat bisa menjadi bagian dari sistem kesehatan yang terus berjuang untuk lebih baik. Saya berharap, di Hari Dokter Nasional ini, kita semua kembali menyalakan api pengabdian di dalam diri kita. Jangan biarkan tantangan dan keterbatasan memadamkan semangat kita.
Mari kita jaga martabat profesi ini dengan terus memberikan pelayanan terbaik. Mari kita bangun masa depan kesehatan Indonesia yang lebih kuat dan merata, di mana setiap orang—tanpa memandang status, latar belakang, atau tempat tinggal—dapat menikmati hak mereka atas kesehatan yang layak.
ADVERTISEMENT
Kepada rekan-rekan dokter di seluruh Indonesia, saya ingin menyampaikan bahwa kita adalah agen perubahan. Hari ini, mari kita bersama mengangkat sumpah yang lebih kuat lagi, untuk rakyat, untuk bangsa, dan untuk kemanusiaan.