Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Punya Sampah Bekas Botol Skincare? Yuk Mulai Dikelola Dengan Cara Zerowaste
6 Februari 2023 5:57 WIB
Tulisan dari Aisha Putri Naradiva tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Isu sampah menjadi perhatian serius bagi seluruh negara di dunia khususnya Indonesia. Hingga saat ini permasalahan sampah di Indonesia belum terselesaikan dengan baik. Disamping itu, jumlah penduduk yang semakin bertambah dari waktu ke waktu mengakibatkan volume sampah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia menjadi meningkat. Sampah yang dihasilkan dari aktivitas manusia seperti plastik adalah sebesar 14% dari 30-40% jumlah keseluruhan sampah anorganik.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2018 produksi plastik di Indonesia mengalami kenaikan drastis mencapai 381 juta ton. Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi negara yang mengalami darurat sampah. Maka tidak heran, jika isu sampah plastik menjadi perhatian serius bagi masyarakat Indonesia.
Pengelolaan sampah menjadi tantangan terbesar bagi pemerintah Indonesia. Tantangan tersebut meliputi minimnya kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah, terbatasnya jumlah penyuluh kebersihan di daerah-daerah, dan banyaknya penggunaan produk yang sulit terurai. Permasalahan sampah yang tidak kunjung selesai mengancam ekosistem dan lingkungan sehingga dibutuhkan penanganan khusus dalam mengatasinya.
Perlu diketahui bahwa salah satu faktor penyebab tingginya pencemaran lingkungan di Indonesia adalah produk skincare. Pasalnya, saat ini skincare merupakan produk yang menjadi bagian dari kebutuhan sehari-hari. Penggunaan skincare yang semakin meningkat menimbulkan permasalahan baru bagi alam. Hal ini dikarenakan tidak adanya keseimbangan antara penggunaan produk skincare dengan pengelolaan kemasan produknya. Sering terjadi kasus dimana pengguna skincare bingung dalam mengolah sampah botol skincare sehingga mereka membuangnya begitu saja dan berakhir di TPA.
ADVERTISEMENT
Apabila perbuatan tersebut terjadi secara terus menerus maka dapat memicu kerusakan alam seperti pemanasan global, banjir, pencemaran tanah, dan sebagainya. Solusi dari permasalahan tersebut adalah pengelolaan sampah melalui konsep zerowaste. Konsep tersebut berkaitan dengan daur ulang sampah. Secara umum prinsip zerowaste mencakup sistem pengelolaan sampah terpadu yang mengimplementasikan 5R yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (memanfaatkan kembali), Recycle (mendaurulang sampah), Replace (mengganti sumbernya), dan Replant (menanam kembali). Zerowaste juga menggabungkan proses pengelolaan sampah seperti pengomposan, insenerasi, pembuangan akhir, melaksanakan daur ulang, dan meminimalisir sumber sampah.
Pengelolaan sampah yang baik dapat menciptakan ekosistem ekonomi sirkular dalam dunia industri. Sampah kerap kali dinilai sebagai produk bekas yang tidak memiliki fungsi. Namun, pada era ekonomi sirkular ini sampah seperti botol skincare tidak lagi dianggap remeh. Tidak seperti sistem ekonomi linear yang cenderung mengumpulkan sampah atau produk bekas di TPA, sistem ekonomi sirkular ini mendorong kegiatan pemanfaatan kembali bahan baku atau material yang dapat diproses ulang menjadi suatu produk yang memiliki nilai jual.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan uraian sebelumnya, pengelolaan sampah berbasis zerowaste to landfill dapat diimplementasikan dalam penanganan permasalahan sampah dari botol skincare. Pengelolaan sampah berbasis zerowaste to landfill telah diterapkan oleh beberapa komunitas salah satunya adalah Waste4Change yang memastikan bahwa sampah-sampah dari produk skincare tidak dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir. Botol skincare yang sifatnya anorganik akan melalui proses daur ulang dengan memanfaatkan teknik geocycle agar tidak membebani di TPA.
Terkait dengan sampah dari bekas produk skincare, sudah seharusnya pengguna skincare mulai mengimplementasikan gaya hidup zerowaste untuk mencegah penumpukan sampah dari kemasan produk skincare. Beberapa contoh penerapannya adalah dengan memilih produk skincare yang menggunakan kemasan yang mudah terurai dan ramah lingkungan serta kemasannya dapat digunakan kembali. Selain gaya hidup zerowaste, maka dibutuhkan juga peran dari perusahaan skincare untuk melaksanakan pengelolaan sampah berbasis zerowaste to landfill atas produk yang dihasilkan. Perusahaan atau brand skincare dapat melaksanakan program zerowaste to landfill dengan menerima daur ulang sampah dari pelanggannya. Tentunya hal tersebut akan lebih mudah bagi pengguna untuk mengelola sampah kemasan skincare dengan optimal.
ADVERTISEMENT
Beberapa brand skincare yang telah menjalankan pengelolaan sampah berbasis zerowaste to landfill diantaranya adalah :
1. L’OREAL
Brand ini menghasilkan produ-produk ternama dan terbesar di dunia. Di tahun 2013 L’OREAL sudah menjalankan program bernama “Sharing Beauty with All”, dimana program tersebut berisi tentang komitmen L’OREAL di tahun 2050 mengenai pengurangan sampah skincare yang dihasilkan dari pusat-pusat maupun pabrik sebanyak 60% . Selain itu, upaya yang dilakukan oleh brand ini adalah dengan meminimalisir sampah dari sumbernya, mengkampanyekan sistem ekonomi sirkular, dan memperbaiki material sampah yang tidak bisa dihindari
2. The Body Shop
Untuk mendukung pengelolaan sampah berbasis zerowaste to landfill, brand ini mengadakan program daur ulang sampah bertemakan Bring Back Our Bottle (BBOB). Seperti namanya, program ini menyarankan konsumen untuk mengembalikan kemasan kosong produk ke toko TBS terdekat. Kemudian, kemasan tersebut dapat ditukar dengan satu poin. Poin yang telah terkumpul banyak dapat ditukar dengan potongan harga atau produk.
ADVERTISEMENT
3. Innisfree
Program pengelolaan sampah pada brand ini tidak jauh berbeda dengan brand The Body Shop karena produk ini juga menerima botol bekas skincare yang tidak terpakai. Hasanya program ini berlaku pada kemasan produk badan, rambut, dan kulit yang berasal dari bahan kaca ataupun plastik. Selain itu, pelanggan hanya dapat menukarkan paling banyak lima kemasan di setiap bulannya.