Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Mengintip Bangunan Peninggalan Belanda di Komplek Industri Perkebunan Galuan
15 Juni 2022 13:25 WIB
Tulisan dari Diki Setyawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda gula merupakan produk paling besar yang diproduksi di Hindia-Belanda oleh karena itu pemerintah kolonial banyak mendirikan pabrik-pabrik gula diwilayah Jawa. Selain pabrik gula pemerintah kolonial juga mendirikan infrastruktur pendukung yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi gula, salah satunya adalah jalur kereta uap. Jika dibandingkan dengan sekarang, jalur kereta pada masa kolonial sangatlah banyak, dikarenakan pada saat itu jalan raya masih belum terlalu populer seperti sekarang ini. Kereta uap tersebut digunakan untuk mengangkut hasil panen tebu dan juga sebagai sarana transportasi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Jalur-jalur kereta uap biasanya dibangun dekat dengan pabrik tebu di suatu daerah, selain itu di beberapa titik juga terdapat fasilitas untuk pengisian air yang digunakan sebagai bahan penggerak kereta uap. Salah satu fasilitas ini terdapat di Desa Galuan Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri dimana terdapat kompleks industri perkebunan tebu.
Kompleks industri perkebunan di Galoan merupakan bagian dari aset PTP XXI – XXII (sekarang PTPN 10) Pabrik Gula Ngadirejo yang difungsikan sebagai gudang quality control. Menurut beberapa sumber, sebelum kompleks perkebunan ini dinasionalisasi oleh pemerintah RI, kompleks ini bernama Galoean Tapioca Estates yang didirikan pada tahun 1908 dan kantor pusatnya ada di Surabaya. Dikatakan bahwa dulunya Galoean Tapioca Estates merupakan kompleks industri yang cukup megah namun sekarang hanya tersisa beberapa bangunan saja yang masih berdiri, kemungkinan bangunan-bangunan di wilayah ini hancur akibat agresi militer yang dilakukan oleh tentara Belanda pasca kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
Menurut warga sekitar dulunya bangunan ini digunakan sebagai tempat penampungan air yang digunakan untuk mengisi air pada trem atau kereta uap. Bangunan ini berdiri menjulang seperti menara yang dimaksudkan untuk mempermudah dalam mengisi air pada lokomotif kereta uap, jika dilihat lebih teliti pada bangunan ini masih tersisa beberapa pipa-pipa air yang menggantung dibagian langit-langit bangunan.
Perlu di ingat bahwa kompleks industri perkebunan di Galuan ini sering mengalami perubahan fungsi, misalnya pada tahun 1942-1945 wilayah ini oleh tentara Jepang digunakan sebagai Kamp interniran orang-orang Belanda yang masih tertinggal di Indonesia dan menunggu untuk dipulangkan kenegara asalnya. Tidak jauh dari kompleks industri juga ditemukan gua Jepang, yang kemungkinan besar pada masa pendudukan Jepang digunakan sebagai tempat perlindungan apabila terjadi serangan dari pihak sekutu.
ADVERTISEMENT
Meskipun bangunan ini cukup tua dan terbengkalai Water Torn ini cukup populer dikalangan anak muda biasanya mereka mendatangi tempat ini untuk dijadikan sebagai tempat berfoto, seperti yang kita tahu saat ini fotografi sedang sangat digemari oleh anak-anak muda, tempat ini cukup digemari karena nuansa bangunan tua yang sangat cocok apabila dijadikan latar belakang sebuah foto.