Kisah Pelarian Spektakuler Masyarakat Jerman Timur dalam Film Ballon 2018

Dimas Sigit Cahyokusumo
Alumni Program Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik (MPRK) UGM
Konten dari Pengguna
29 Oktober 2022 17:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dimas Sigit Cahyokusumo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Gambar: https://www.shutterstock.com/search/ballon-2018
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Gambar: https://www.shutterstock.com/search/ballon-2018
ADVERTISEMENT
Sejak berakhirnya perang dunia II, Jerman secara langsung terbagi menjadi dua, yakni Jerman Barat dan Jerman Timur. Di Jerman Barat kekuasaan dipimpin oleh Amerika Serikat yang liberal dan di Jerman Timur dipimpin oleh komunis Uni Soviet. Kedua wilayah dipimpin dengan sistem yang sangat berbeda, jika di Jerman Barat sistem pemerintahan berjalan secara bebas dan demokratis. Maka di Jerman Timur berjalan secara otoriter.
ADVERTISEMENT
Kehidupan di Republik Demokratik Jerman terbentuk dengan adanya penindasan atas kebebasan berbicara dan pembatasan hak pribadi. Negara ini menanggapi munculnya kritik dengan penganiayaan dan penjara. Keadaan ini semakin diperparah dengan gagalnya menyejahterakan masyarakat. Kenyataan itu tergambarkan melalui banyaknya kerusakan lingkungan dan buruknya tingkat ekonomi.
Kondisi ini membuat masyarakat semakin tidak percaya dengan sistem dan pemerintahan yang berlaku di Republik Demokratik Jerman. Mereka kehilangan kepercayaan terhadap kepemimpinan politik dan tidak sanggup melihat masa depan mereka sendiri di Jerman Timur. Lebih dari 100.000 ribu orang mulai berusaha melarikan diri dari rezim otoriter Jerman Timur. Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat untuk bisa keluar dari Jerman Timur. Salah satunya sebagaimana dikisahkan dalam film berjudul Ballon tahun 2018.
ADVERTISEMENT
Sinopsis Film Ballon 2018
Ballon adalah film Jerman tahun 2018 yang disutradarai oleh Michael Herbig dan dibintangi oleh Friedrich Mucke, Karoline Schuch, David Kross, Alicia von Rittberg, dan Thomas Kretschmann. Film ini berdasarkan kisah nyata tentang salah satu pelarian paling spektakuler dari Jerman Timur yang dilakukan oleh teknisi dan tukang batu. Mereka adalah Peter Sterlzy dan Gunter Wetzel, kedua orang ini merancang balon udara untuk melarikan diri dari Jerman Timur yang saat itu menjadi zona pendudukan Uni Soviet.
Diantara tahun 1976 hingga 1988, diperkirakan ada 38.000 ribu usaha pelarian yang dilakukan oleh penduduk Jerman Timur menuju Jerman Barat. Usaha pelarian ini setidaknya telah memakan korban jiwa 400 orang pria, wanita, dan anak-anak. Pada tahun 1979, keluarga Peter Sterlzy dan keluarga Gunter Wetzel jauh-jauh hari telah merencanakan pelarian bersama pergi ke Jerman Barat.
ADVERTISEMENT
Pada suatu siang, kedua keluarga ini melakukan pertemuan untuk membahas tentang pelarian mereka. Tetapi tanpa diduga Gunter Wetzel membatalkan untuk melakukan pelarian. Ia masih ketakutan kalau aksinya diketahui oleh polisi. Meski Gunter Wetzel tidak ikut untuk pergi, Peter Sterlzy tetap untuk melakukan pelarian bersama keluarganya. Setelah berdiskusi dengan Gunter Wetzel, Peter Sterlzy menyuruh keluarganya untuk bersiap-siap pergi di malam hari dengan menggunakan balon udara.
Pada malam hari keluarga Peter Sterlzy ini mulai melakukan aksinya pergi ke Jerman Barat menggunakan balon udara. Sesampainya di hutan terbuka, mereka mempersiapkan balon udaranya. Balon ini memiliki panjang 20 meter dan lebar 15 meter dilengkapi gondola besi berbahan bakar gas rumah tangga seberat 11 kilogram. Peter Sterlzy bersama anaknya memotong tali secara bersamaan, lalu balon itu naik. Peter Sterlyz meminta anaknya untuk menghitung waktu dan ketinggian udara. Mereka harus terbang di atas awan untuk menghindar dari petugas perbatasan.
ADVERTISEMENT
Setelah melakukan penerbangan selama 14 menit, mereka mencapai ketinggian 1.700 di atas permukaan laut. Namun suhu udara terus turun hingga membekukan pipa penyuplai gas untuk pembakaran dan tiba-tiba ada air yang menetes dari atas akibat suhu yang terus naik. Balon yang mereka naiki mulai turun dengan cepat. Pipa gas yang membeku membuat suplai gas terhenti hingga pembakaran padam. Dan akhirnya mereka terjatuh.
Peter Sterlzy pun langsung pergi ke rumah untuk memikirkan ulang pelariannya dengan balon udara yang lebih baik. Keesokan harinya Peter Sterlzy mulai membuat balon udara yang lebih baik. Kali ini pelarian itu diikuti oleh kelurga Gunter Wetzel yang sebelumnya menolak untuk ikut. Berhari-hari kedua keluarga ini bekerjasama untuk membuat balon udara yang baru. Gunter Wetzel menyarankan menggunakan kain nilon untuk bahan pembuatan balon. Kini mereka membuat balon yang lebih besar dan membutuhkan kain selebar 1.250 meter.
ADVERTISEMENT
Setelah selesai membuat balon udara dan mendengarkan berita ramalan cuaca yang menerangkan bahwa angin utara akan berhembus dengan kecepatan 30 kilometer per jam. Peter Sterlzy segera pergi di malam hari. Pada malam hari, kedua keluarga ini kemudian pergi ke hutan terbuka untuk melaksanakan aksinya. Sesampainya di tempat penerbangan. Peter Sterlzy mulai menyiapkan balon udarnya, kali ini balon udara itu memiliki panjang 25 meter dan lebar 20 meter dengan bobot 180 kilogram. Setelah semua keluarga menaiki gondola total bobotnya mencapai 550 kilogram. Mereka pun kemudian terbang dengan balon udara itu, tetapi sesampainya di atas api balon udara tiba-tiba padam karena pipa suplai membeku. Peter Sterlzy dan Gunter Wetzel mencoba menyalakan api kembali dengan menggoyang tabung dan membakar pipa suplai. Api sempat menyala, tetapi tidak lama api kembali padam.
ADVERTISEMENT
Mereka pun kemudian jatuh diantara pepohonan. Setelah menghitung waktu penerbangan ternyata mereka hanya terbang 28 menit. Namun mereka belum mengetahui lokasi mereka jatuh. Tidak lama ada mobil yang melintas, mereka menghentikan mobil itu dan menanyakan daerah tersebut. Ternyata mereka berada di Bavaria Jerman Barat. Dengan begitu misi mereka berhasil. Gunter Wetzel kemudian melepaskan suar, guna meledek para polisi di Jerman Timur. Setelah 10 tahun dari aksi pelarian ini, Jerman Timur dan Jerman Barat kemudian bersatu menjadi satu negara, bernama Jerman. Sungguh sebuah film yang penuh dengan optimisme, semangat, dan perjuangan dari orang-orang yang rindu kebebasan dan kesejahteraan.