Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Melihat Ikuji, Pengasuhan Anak di Jepang dan Perbedaannya dengan Indonesia
11 Oktober 2023 6:11 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Dimas Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pentingnya peran orang tua dalam membentuk karakter dan perkembangan anak adalah sebuah keharusan. Dalam budaya Jepang, konsep pengasuhan anak, yang dikenal sebagai "Ikuji" (育児), memiliki ciri khas tersendiri dan dihargai sebagai aspek penting dalam membesarkan anak.
ADVERTISEMENT
Artikel ini akan membahas perbedaan konsep pengasuhan anak di Jepang dan Indonesia referensi dari buku " The Japanese Mind" oleh Roger J. Davies.
1. Budaya dan Nilai-nilai dalam Pengasuhan Anak di Jepang
Jepang, dengan budaya yang kaya akan tradisi, menempatkan nilai-nilai seperti disiplin, kesopanan, dan kerja sama di pusat pendekatan pengasuhan anak.
Azuma (1994), orang tua Jepang cenderung memiliki tipe disiplin yang disebut "seep-down" ketika menghadapi tahap disiplin pada masa bayi. Di Jepang, kecenderungan perilaku anak dipelajari "dengan meniru orang tua daripada melalui penjelasan analisis linguistik," seperti yang biasa terjadi di Amerika (ibid., halaman 123).
Orang tua Jepang cenderung memberikan penghargaan atas keberhasilan anak dengan memberikan pujian yang bersifat internal, seperti "ganbatte" (berusaha dengan keras) dan "ganbatte kudasai" (tolong usahakan dengan keras). Ini menciptakan motivasi intrinsik pada anak untuk belajar dan berkembang.
ADVERTISEMENT
2. Perbedaan dalam Pengasuhan Anak di Indonesia
Di Indonesia, konsep pengasuhan anak juga dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya dan tradisi lokal. Meskipun setiap keluarga memiliki pendekatan yang berbeda-beda, budaya gotong royong dan rasa kebersamaan sangat dijunjung tinggi.
Budaya gotong royong di Indonesia menciptakan lingkungan sosial yang mendukung perkembangan anak-anak. Budaya gotong royong di Indonesia tidak hanya menciptakan lingkungan sosial yang mendukung, tetapi juga memberikan dampak positif pada perkembangan anak-anak.
Pendekatan gotong royong dalam pengasuhan anak meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa tanggung jawab sosial pada anak-anak. Dalam masyarakat yang menghargai kebersamaan, anak-anak diajarkan untuk saling membantu dan bekerja sama dengan orang lain.
Hal ini tidak hanya menciptakan ikatan emosional yang kuat di antara anggota masyarakat, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai seperti kerja sama, kepercayaan, dan empati kepada generasi muda.
ADVERTISEMENT
3. Perbandingan Metode Pengasuhan Anak
Dalam konteks metode pengasuhan anak, Jepang memiliki pendekatan yang lebih terstruktur dan menekankan pada kedisiplinan, sementara di Indonesia, pendekatan lebih bersifat fleksibel dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan anak.
Data dari penelitian longitudinal yang dilakukan oleh para ilmuwan pendidikan di Jepang menunjukkan bahwa pendekatan konsisten terhadap aturan dan struktur waktu harian memberikan keamanan emosional kepada anak-anak, yang pada gilirannya mendukung perkembangan psikososial mereka.
Di sisi lain, di Indonesia, metode pengasuhan yang lebih inklusif dan mendukung kreativitas ditekankan. Orang tua sering memberi kebebasan kepada anak-anak untuk mengembangkan minat dan bakat mereka sendiri.
4. Penyelarasan Konsep Pengasuhan untuk Meningkatkan Pengembangan Anak
Meskipun terdapat perbedaan signifikan dalam pendekatan pengasuhan anak di Jepang dan Indonesia, ada potensi besar untuk saling belajar dan berbagi pengalaman.
ADVERTISEMENT
Memahami keunikan masing-masing metode pengasuhan dapat membantu orang tua dan pendidik mengintegrasikan elemen-elemen yang positif dari kedua budaya untuk mendukung perkembangan anak-anak secara holistik.
Pentingnya konsep pengasuhan anak Ikuji (育児) tidak dapat diabaikan dalam pembentukan karakter dan kesejahteraan anak-anak. Meskipun terdapat perbedaan dalam pendekatan budaya dan nilai-nilai, ada peluang besar untuk saling belajar dan meningkatkan pengasuhan anak dengan mengintegrasikan elemen-elemen positif dari kedua budaya ini.
Dengan demikian, orang tua dan pendidik dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak-anak secara optimal, mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di masa depan.