Konten dari Pengguna

Kereta Tanah Abang-Rangkas Bitung Semakin Padat, Apa Solusinya?

Dinda Nur Oktavia
Mahasiswi program studi Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang kini menekuni hobinya di bidang Sastra. Selengkapnya silakan kunjungi instagram @dind.ny
25 Juni 2024 6:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dinda Nur Oktavia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Faktor Penyebab, Dampak, dan Harapan Masyarakat terkait kepadatan Kereta Rute Tanah Abang-Rangkas Bitung

Kepadatan Penumpang di Stasiun Pondok Ranji, Sumber: Dinda Nur Oktavia
zoom-in-whitePerbesar
Kepadatan Penumpang di Stasiun Pondok Ranji, Sumber: Dinda Nur Oktavia
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kereta Api Indonesia (KAI) rute Tanah Abang-Rangkas Bitung merupakan salah satu rute yang memiliki kepadatan penumpang di wilayah Jabodetabek. Rute ini menghubungkan Kabupaten Lebak, Tangerang, dan Jakarta. Di mana pada beberapa wilayah ini memiliki Upah Minimum Regional (UMR) sehingga menyebabkan banyaknya masyarakat Kabupaten Lebak dan Tangerang lebih memilih bekerja di Kota Jakarta.
ADVERTISEMENT
Setiap hari, ribuan penumpang memadati stasiun-stasiun dari Rangkas Bitung sampai Tanah Abang. Ada beberapa titik yang memiliki persentase penumpang terbanyak, seperti : Stasiun Rangkas Bitung, Parung Panjang, Cisauk, dan Rawa Buntu. Hal ini juga didukung dengan lokasi Stasiun yang strategis dari beberapa titik lokasi.
Pemandangan penumpang berdesak-desakan sampai dorong-mendorong sudah menjadi pemandangan sehari-hari, terutama ketika hari kerja di jam sibuk seperti pagi dan sore hari.
Faktor Penyebab Kepadatan :
1. Urbanisasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Jakarta sebagai Ibu Kota dan pusat ekonomi Indonesia menarik banyak penduduk dari daerah sekitar untuk mencari pekerjaan. Banyak penduduk dari wilayah Banten, termasuk Rangkas Bitung, bekerja di Jakarta. Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Jakarta mendorong urbanisasi yang tinggi sehingga jumlah komuter meningkat drastis.
ADVERTISEMENT
2. Keterbatasan Infrastruktur
Meski pemerintah terus berusaha meningkatkan kapasitas dan kualitas transportasi umum, laju peningkatan jumlah penumpang sering kali lebih cepat daripada peningkatan kapasitas infrastruktur. Jalur Tanah Abang-Rangkas Bitung, meski sudah dilengkapi dengan kereta yang cukup modern, sering kali masih kekurangan gerbong pada jam-jam sibuk.
3. Pilihan Transportasi Terbatas
Meskipun ada alternatif transportasi lain seperti bus dan kendaraan pribadi, kereta api masih menjadi pilihan utama karena lebih cepat dan efisien dalam menghadapi kemacetan lalu lintas di Jakarta. Biaya yang relatif lebih terjangkau dibandingkan dengan kendaraan pribadi juga menjadi alasan utama banyaknya penumpang yang memilih kereta api.
Dampak untuk Penumpang :
Dengan keadaan berdesak-desakan dalam waktu yang cukup lama dapat membuat faktor kesehatan penumpang menurun. Terlebih untuk penumpang yang memiliki riwayat gangguan pernapasan. Selain itu, hal ini dapat menyebabkan risiko kasus pencurian dan pelecehan meningkat. Akhir-akhir ini tak jarang beredar kasus pelecehan yang terjadi di dalam kereta.
ADVERTISEMENT
Akibat kelelahan di jalan dapat membuat produktifitas pekerja mengalami penurunan. Seluruh energinya terkuras habis saat berdesak-desakan dalam waktu yang cukup lama.
Solusi dan Harapan Masyarakat :
Di jam-jam sibuk, terhitung kurang lebih 10 menit jeda kereta dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Namun, karena semakin membeludaknya penumpang, masyarakat berharap pihak PT. KAI menambahkan kapasitas kereta terutama di jam-jam sibuk.
Investasi dalam infrastruktur seperti pembangunan jalur ganda mungkin dapat membuat kenyamanan untuk penumpang. Selain untuk meningkatkan kapasitas penumpang, hal ini juga dapat meningkatkan kualitas stasiun
Perusahaan di Jakarta dapat mengimplementasikan fleksibilitas waktu kerja atau kebijakan bekerja dari rumah (work from home) untuk mengurangi jumlah pekerja yang harus berangkat dan pulang pada jam yang sama.
ADVERTISEMENT
Penggunaan teknologi yang lebih canggih dalam manajemen kereta dapat membantu meningkatkan efisiensi operasional. Misalnya, sistem signal otomatis dan pemantauan real-time dapat membantu mengatur frekuensi kereta dengan lebih baik dan mengurangi waktu tunggu di stasiun.
Meningkatkan fasilitas dan peluang pekerjaan di daerah suburban seperti Rangkas Bitung dapat mengurangi kebutuhan untuk bepergian ke Jakarta. Dengan adanya lebih banyak lapangan kerja dan fasilitas umum yang memadai di daerah pinggiran, arus komuter dapat berkurang.
Kepadatan penumpang di rute KAI Tanah Abang-Rangkas Bitung mencerminkan dinamika urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi di kawasan Jabodetabek. Meskipun tantangan yang dihadapi cukup kompleks, namun dengan kerja sama antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat, solusi yang efektif dapat ditemukan. Harapannya, transportasi publik yang lebih nyaman dan efisien dapat meningkatkan kualitas hidup para komuter serta mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT