Konten dari Pengguna

Dilema Wanita Karier yang Akan Menikah: Lanjut atau Berhenti Bekerja?

Dira Chaerani
Lulusan sarjana Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB University
7 Agustus 2023 6:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dira Chaerani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi Pasangan Menikah Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi Pasangan Menikah Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Memiliki karier yang cemerlang merupakan cita-cita banyak orang, tidak memandang gendernya. Akan tetapi, bagi wanita apalagi yang sudah menikah, cita-cita tersebut seakan sirna begitu saja karena banyak faktor.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, keputusan untuk menikah dan berkarier dikembalikan pada diri wanita masing-masing dan harus disertai dengan kesadaran penuh pada kemampuannya dan rasa tanggung jawab atas apa pun yang diputuskan.
Sebagian wanita karier beruntung memiliki kebebasan untuk memilih, setelah menikah akan tetap lanjut berkarier atau tidak. Wanita ini memiliki keluarga dan pasangan yang sangat supportive, sehingga akan selalu didukung atas apa pun keputusan yang diambil.
Jika ia memilih lanjut berkarier, ia harus siap dalam mengemban tanggung jawab atas peran yang dijalani, yaitu sebagai istri, akan menjadi ibu, dan sebagai wanita karier dengan segala kesibukannya. Ia juga harus ingat, jika pada akhirnya ia memutuskan untuk berhenti berkarier, tidaklah membuat value dalam dirinya hilang.
Ilustrasi wanita lelah bekerja. Foto: Amnaj Khetsamtip/Shutterstock
Wanita yang memilih lanjut berkarier, mau tidak mau harus menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaannya. Perlu adanya kesadaran bahwa saat ini ia sudah memiliki suami, sehingga perlu adanya komitmen untuk menjaga pernikahan tersebut. Sesibuk apa pun pekerjaan, tetap jaga komunikasi kepada suami dan luangkan waktu untuknya.
ADVERTISEMENT
Ketika memiliki anak, pastikan anak selalu mendapatkan kasih sayang sepenuhnya. Tetapkan dengan tegas batasan waktu bekerja, sehingga akan selalu ada waktu untuk anak.
Berusahalah selalu hadir ketika anak membutuhkan, apalagi dalam keadaan darurat. Pahami kebutuhan anak dan fasilitasi dengan baik. Yang tak kalah penting, jangan lampiaskan kemarahan atas yang terjadi di tempat kerja kepada anak.
Di sisi lain, ada sebagian wanita yang dipaksa harus mengakhiri kariernya ketika sudah menikah. Hal ini bisa terjadi karena masih kentalnya budaya patriarki di negeri ini yang memposisikan wanita selalu berada di bawah pria.
Ilustrasi ibu bekerja Foto: Shutterstock
Wanita dilarang untuk bekerja apalagi memiliki penghasilan lebih besar dari suaminya, dan hanya diperuntukkan dalam pekerjaan domestik di rumah.
ADVERTISEMENT
Dengan melarang istri bekerja atas apa pun alasannya, tidak bisa menjamin kehidupan rumah tangga akan menjadi lebih baik. Sebagai suami apalagi dengan istri yang dilarang bekerja, seorang pria harus benar-benar mapan agar seluruh kebutuhan istri dan anak dapat selalu tercukupi dan istri tidak perlu menurunkan standar hidup dari yang dimiliki ketika sebelum menikah.
Suami juga harus bertanggung jawab atas mental istri yang mengalami masa transisi dari terbiasa bekerja dan mandiri secara finansial kemudian menjadi ibu rumah tangga. Fasilitasilah istri dengan kegiatan lain yang menyenangkan dan produktif.
Padahal, tidak menjadi suatu ancaman apabila wanita memiliki pendidikan yang tinggi, karier yang bagus, bahkan penghasilan yang besar.
Ilustrasi ibu hamil dan keluarga. Foto: Shutterstock
Hal-hal tersebut tentunya sangat berguna untuk membangun sebuah keluarga. Penghasilan yang dimiliki dapat membantu perekonomian keluarga, anak-anak dididik oleh ibu yang cerdas, dan suami memiliki teman diskusi yang bisa diandalkan.
ADVERTISEMENT
Suami dan istri memiliki derajat yang sama, sehingga sudah sepantasnya dapat bekerja sama dengan baik dalam berkeluarga. Jangan jadikan istri saingan dan langsung beranggapan bahwa istri dengan karier yang lebih cemerlang akan semena-mena terhadap suami. Rumah tangga dan seisinya merupakan tanggung jawab istri maupun suami sejak memutuskan untuk menikah.
Suami memang sepantasnya menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga, tetapi bukan berarti haram hukumnya untuk istri apabila bekerja juga. Istri memang dianggap lebih apik dalam membersihkan rumah dan mengasuh anak, tetapi bukan berarti suami akan kehilangan harga dirinya apabila mengerjakan hal-hal tersebut.
Apa pun yang akan diputuskan kelak, harus sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan wanita itu sendiri. Wanita harus memiliki kemerdekaan dan atas yang ia pilih, tidak dipaksakan oleh budaya patriarki atau stigma lainnya dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Jika memilih menikah lalu lanjut berkarier harus mampu menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan. Wanita yang memilih untuk berhenti berkarier karena belum mampu menyeimbangkan kedua hal tersebut tidak akan kehilangan value dalam dirinya. Menunda menikah dan ingin fokus berkarier terlebih dahulu juga tidak apa-apa.